Day 2 14 Juli 2016 SUSUR SELOKAN MATARAM
HINGGA KE RATU BOKO
Pukul lima pagi kita
memulai kesibukan di hari kedua ini. Sebagian mulai mandi, sebagian sarapan,
sebagian masih molor, menunggu kamar mandi kosong. LOL. Sekitar pukul 07.30,
kita sudah siap meninggalkan hotel Limaran 2.
di depan hotel Limaran 2 |
Kita janjian bertemu
dengan Radit di bunderan UGM pukul 08.00. Pokoknya, jika kita berada di kawasan
dekat bunderan UGM, wajib hukumnya untuk bernarsis ria dengan latar belakang
tulisan UNIVERSITAS GADJAHMADA, dan jika cuaca cerah, gunung Merapi di Utara
bisa ikut terlihat.
Sebelum mulai
menyusuri selokan yang dibangun sejak zaman Kolonial Belanda, Avitt harus
membetulkan pedal sepedanya di tukang tambal ban di seberang RS Panti Rapih. Setelah
itu, kita kembali masuk kawasan UGM karena salah satu alumninya – aku LOL –
ingin berfoto-foto di Gedung Pusat. J
gedung pusat, a.k.a rektorat :D |
Setelah meninggalkan
kawasan UGM, kita mulai menyusuri Selokan Mataram. Di tahun 2016 ini, bagiku dan
Ranz, ini adalah kali kedua kita menapaki jalur yang sama. Yang pertama, bulan
Februari, seusai acara ultah JFB.
Radit mengajak kita lewat jalan yang biasanya hanya dilewati pejalan kaki :D |
salah satu trek di pinggir Selokan Mataram |
Panas mentari terasa
cukup menyengat, meski belum terlalu siang. Bisa dipahami ketika kita sampai
kawasan Candi Sambisari, yang pertama kita serbu adalah angkringan. J semua pesan es teh, kecuali Radit. Dia memesan
teh hangat. Kutengarai, dia tidak minum es. LOL. Barangkali tubuhnya
sama “jadul”nya dengan selera musiknya. LOL. (Orang "jadul" biasanya minum hangat, bukan es. LOL.)
Kita menyempatkan
waktu untuk masuk ke Candi Sambisari setelah “mengademkan” diri. J ga pake lama, yang penting adalah foto-foto
untuk dokumentasi bahwa kita masuk ke dalam Candi. J
Usai merasa cukup
puas bernarsis-ria di Candi Sambisari, kita kembali menyusuri Selokan Mataram. Tujuan
berikutnya adalah Candi Kalasan. Untuk ini, kita “akhirnya” harus meninggalkan
Selokan Mataram, kembali ke “peradaban”, Jalan Solo. LOL. Candi Kalasan
terletak di sebelah Selatan jalan utama Jogja – Klaten.
Kondisi Candi
Kalasan yang kurang aman untuk “dipanjat” LOL, membuat kita tidak tinggal lama
disana. Kita cukup memandang candi dari jauh. Aku dan Ranz terakhir kesini
tahun 2014, aku masih menyempatkan diri masuk kedalam relung candi.
Dari Candi Kalasan,
kita menyeberang jalan utama lagi, untuk menyambangi Candi Sari. Bangunan Candi
Sari yang dulu adalah asrama untuk para bikkhu mempelajari agama Buddha masih
sangat kokoh, jika dibandingkan Candi Kalasan. Kita berenam masuk kedalam candi
dan merasakan sejuknya hawa di dalam.
Setelah meninggalkan
Candi Sari, lagi-lagi kita menyeberang jalan, setelah memarkirkan sepeda di
satu tempat parkir yang memang disediakan. Kali ini bukan untuk mengunjungi
candi, melainkan menikmati segar dan nikmatnya segelas es dawet! Yuhuuu ...
Dawetnya yang halus, bisa langsung masuk kerongkongan, tanpa perlu dikunyah
dulu, sehingga buatku untuk menghabiskan segelas es dawet, aku tidak butuh
waktu lama. J
Dari warung es
dawet, kita langsung menuju hotel Galuh, tempat kita menginap di malam kedua
kita “mbolang”. Untuk penginapan ini, Ranz telah booking satu kamar untuk 5
orang (karena waktu merencanakan turing ini, kita hanya berlima, tanpa Hesti). Kamar
untuk 5 orang ini, tanpa AC, harga sewanya Rp. 385.000,00, lebih mahal
ketimbang hotel Limaran 2.
Kita sampai hotel
Galuh pukul 14.00. Setelah istirahat sebentar, pukul 15.00 kita kembali
mengayuh pedal sepeda menuju arah Selatan. Tujuan kita sore ini adalah
(reruntuhan) Kerajaan Ratu Boko. Jika sepanjang menyusuri Selokan Mataram trek
yang kita lewati full datar, kali ini kita harus menapaki tanjakan.
Sekitar pukul 16.00
kita telah sampai di tempat parkir. Atas “usaha” Radit, kita bisa masuk kedalam
kawasan wisata ini g-r-a-t-i-s! Ya! Gratis! Lumayaaan. LOL. (Harga
tiket masuk Rp. 25.000,00)
Well, mengapa Ratu
Boko? Instead of Candi Plaosan yang juga tentunya bagus difoto di saat senja? Shhhttt
... ini gegara para “korban” film AADC2. LOL.
Berhasilkah kita
membidik foto sunset sebagai latar belakang pintu gerbang reruntuhan kerajaan
Ratu Boko? Sayangnya, kita gagal mendapatkan apa yang kita inginkan karena sang
mentari yang malu-malu bersembunyi di balik awan kelabu. LOL. Apa boleh buat? Ga
hanya kita yang “kecele”. LOL buanyaaak pengunjung lain yang juga terpaksa
gigit jari. J
Sekitar pukul 18.00
kita meninggalkan kawasan Ratu Boko, kembali ke penginapan.
To be continued.
LG 13.00 20/07/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.