Sabtu 16 September
2018
Aku dan kawan-kawan
yang menginap di Sentosa Homestay meninggalkan penginapan sekitar pukul enam
pagi, menuju Benteng Rotterdam, titik kumpul gowes pagi itu. Menurut catatan
panitia, ada lebih dari 1200 orang yang tercatat sebagai peserta. Namun aku
yakin ada ratusan peserta yang hanya mendaftar dan tidak hadir di lokasi. Dari
Semarang saja minimal ada sekitar 10 orang yang aku tahu hanya mendaftar tanpa
berniat datang. :) Mereka hanya ingin memiliki merchandise jamselinas 8 namun
tidak kepingin datang. Biaya transportasi yang mahal plus butuh waktu lebih
dari 2 hari yang menjadi kendala.
Di Benteng Rotterdam
kebetulan kita bertemu rombongan Dekseli, jadi kita bisa bersepeda barengan.
Dari Komselis, seingatku ada Ranz, Avitt, Hesti, Riu, Da Ningrum, Tayux, Dany
Saputra, om Budenk, Mizan, Iin, Ariking, Maryoto, om Andy Roza dan istrinya, Iffan,
Desi, Tuhu, Erika, dan aku. Lumayan banyak juga perwakilan dari Komselis. :)
Dari Dekseli ada om Munir, Nurul Uyung, dan Adist.
Trek cukup
bersahabat, tidak banyak tanjakan. Nte Ria ikut bersepeda sampai ke pit stop
satu, yaitu makam Sultan Hasanuddin. Setelah itu nte Ria balik ke Makassar
karena dia harus segera pulang ke Jakarta untuk mengurus satu acara penting
lain di Ibukota.
Pitstop kedua adalah
Istana Balla Lompoa dimana kita dihibur dengan tarian magis, yakni beberapa
perempuan menari dengan membawa obor, mereka dengan sengaja mengarahkan obor ke
baju yang mereka pakai, dan juga tubuh namun mereka tidak terbakar. Beberapa peserta
jamselinas juga ada yang mencoba menjadi 'korban' untuk dibakar. Ajaibnya,
mereka tetap tidak terbakar. :)
Pitstop ketiga
adalah Benteng Somba Opu dimana kita juga dihibur dengan tari-tarian daerah.
Beberapa orang menari sambil bermain bola tanpa menyentuh bola itu dengan
tangan.
Dari pitstop ketiga,
peserta kembali bersepeda ke titik awal, Benteng Rotterdam. Disana kita makan
siang sembari dihibur dengan bagi-bagi door prize.
Sekitar pukul tiga
sore kita semua kembali ke penginapan.
Malamnya semua
peserta jamselinas 8 disaji makan malam dengan menu masakan khas Makassar di
rumah Gubernur.
Minggu 17 September
2018
Di hari kedua ini
panitia memberi beberapa pilihan, (1) naik kapal (tiruan) Phinisi dan berlayar
memutar ke pulau Samalona (2) bersepeda sambil kulineran (3) bersepeda ke
Rammang-Rammang. Kebetulan kita dari Komselis sepakat untuk naik kapal Phinisi.
Usai kembali dari
boat riding, aku dan Ranz langsung kembali ke penginapan. Kita sempat makan
siang di satu rumah makan dekat dengan penginapan dengan menu masakan Palopo,
kemudian kembali ke penginapana untuk packing dan persiapan check out.
Bersama dengan yang
lain yang menginap di Sentosa Homestay -- kecuali Avitt, Hesti, Dany, dan om
Budenk -- kita menuju bandara Sultan
Hasanuddin pukul 16.00 WITA. Pesawat yang kita naiki menuju Semarang akan
terbang sekitar pukul 18.00.
Sesampai Semarang,
aku dan Ranz meninggalkan bandara naik BRT sampai halte Hotel Amaris, Jl.
Pemuda. Ranz kemudian kembali ke Solo naik go car.
Akankah kita -- aku
dan Ranz -- ikut jamselinas 9 Palembang di tahun 2019? Entahlah …
PT56 21.21 25/12/2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.