Background:
Sudah
lumayan lama aku pingin dolan ke Ngawi, tepatnya untuk mengunjungi Museum
Trinil. FYI, aku jatuh cinta pada Museum Sangiran, telah mengunjunginya 3 kali
dengan naik sepeda, sekali naik sepeda motor karena mengajak Angie, anakku.
Maka, aku pun ingin membandingkannya dengan Museum Trinil. Namun, Ranz tidak
menyetujui keinginanku bersepeda ke Ngawi karena jalan raya Solo - Surabaya itu
dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan besar yang tidak pernah terlihat peduli
dengan pengguna jalan lain, apalagi pesepeda. Bus-bus sejenis Sumber Kencono
yang memang terkenal ngawur dan sopirnya tidak mau mengalah bakal menjadi
'kawan' seperjalanan kita. :)
Dan mendadak
di akhir tahun 2019 Ranz begitu saja bersedia menemaniku bersepeda ke Ngawi!
Nah lo! Satu destinasi wisata yang lumayan baru telah membuat Ranz penasaran
hingga tanpa berpikir lebih panjang, dia langsung mengatakan, "Yuk
bersepeda ke Ngawi!" Padahal semula kita mau bersepeda Semarang - Jogja -
Solo. Hohoho …
Kisah:
Usai
menyelenggarakan event Gowes Hari Ibu di hari Minggu 22 Desember 2019 pagi,
sorenya kita berangkat ke Solo naik travel. (Haha … tumben yak, ga naik kereta
maupun bus? Well, kita kehabisan tiket kereta, dan Ranz males nungguin aku
mengayuh pedal Austin menuju Sukun; apalagi jika kemudian kita ga dapat tempat
duduk waktu naik bus. Hehehehe …)
Senin 23
Desember 2019
Kita mulai
mengayuh pedal meninggalkan rumah Ranz di daerah Laweyan sekitar pukul 06.30.
Kupikir kita menuju arah Karanganyar karena aku ingat waktu kita gowes ke Wana
Wisata Alas Bromo, ada satu jalan dengan petunjuk "KE SRAGEN" maka
aku bayangkan kita akan sarapan di warung timlo yang pernah kita mampir on the
way ke Candi Cetho, atau sarapan di warung soto segeeer Mbok Giyem di kitaran
daerah yang sama. Eh, ternyata setelah sampai Palur, kita belok kiri. Owh …😜
di jembatan penghubung kabupaten Karanganyar dengan kabupaten Sragen |
Setelah
meninggalkan fly over Palur kurang lebih 3 kilometer, Ranz menawariku untuk
berhenti di satu rumah makan untuk sarapan. Karena aku sudah membayangkan soto
Mbok Giyem yang segar itu, aku berharap menemukan warung makan yang berjualan
soto ayam. Namun, hingga bersepeda 5 kilometer dari saat Ranz menawariku
sarapan, kita hanya menemukan warung makan soto daging sapi. Hadeeeeh. Karena
patah hati dan perut sudah keroncongan minta diisi, aku pun ga pilih-pilih,
tapi, kebetulan warung yang 'akhirnya' kupilih terlihat menawarkan 'soto ayam'
di geber yang dipasang. Waaah … akan tetapi, ternyata, aku terlalu berharap
banyak, lol, si penjual hanya menyediakan soto daging sapi; jika pingin 'soto
ayam' berarti dia akan menggorengkan ayam sebelum disajikan. Loh, kok begituuu.
Lol. Untunglah dia juga menyediakan nasi pecel. Akhirnya pagi itu aku sarapan
nasi pecel, sementara Ranz nasi soto daging.
Kita sudah
bersepeda sejauh 19 kilometer sesampai warung tempat kita sarapan ini.
Usai makan,
kita melanjutkan perjalanan. Kita berhenti untuk foto-foto ketika memasuki
kabupaten Sragen. Kemudian lanjut. Trek terus menerus rolling meski lebih
didominasi turunan. Ranz juga sempat memotretku di satu taman yang ada tulisan
KOTA SRAGEN. Namun waktu akan foto-foto di alun-alun, alun-alun penuh
orang-orang yang nampaknya baru selesai mengikuti upacara Hari Ibu. Kita tidak
jadi foto-foto.
Berikutnya
kita berhenti di satu minimarket untuk membeli air mineral, sekalian nunut ke
toilet.😅
Setelah
melewati perbatasan propinsi Jawa Tengah - Jawa Timur, kita memasuki daerah
Mantingan, yang ternyata sudah masuk kabupaten Ngawi, sekitar 53 kilometer dari
Laweyan. Tak jauh dari situ, kita langsung 'disambut' hutan. Ga enak nih kalau
lewat daerah hutan begini saat hari sudah gelap.
Bagaimana
dengan 'kawan-kawan' seperjalanan kita? Well, alhamdulillah karena sekarang
sudah ada jalan tol, kita ga perlu terus menerus 'berhadapan' dengan bus-bus
maupun truck. Jumlah kendaraan-kendaraan besar itu jauh berkurang, kata Ranz.
Aku sering melihat bus EKA, MIRA, mapun Sugeng Rahayu, namun seingatku aku
tidak melihat bus Sumber Kencono yang namanya terkesan membahayakan, lol.
Di satu area
hutan jati ini kita berhenti di satu warung sederhana karena aku mengantuk,
butuh minum kopi. Ranz memesan es kelapa muda. Ranz ngecek dari sini ke Museum
Trinil, kita hanya butuh bersepeda sejauh 10 kilometer lagi. Waaah, sudah
dekat! Tapi, setelah sadar bahwa banyak museum tutup di hari Senin, kita
terpaksa mengubur keinginan mampir hari itu.
Kita
berhenti untuk foto-foto lagi di petunjuk "Museum Trinil" kurang
lebih 2,9 kilometer. Cuma untuk foto-foto, setelah itu kita langsung
melanjutkan perjalanan ke arah Ngawi.
Sekitar jam
13.30 kita melewati terminal Kertonegoro yang disebut dalam lagunya Didi Kempot
yang berjudul "Dalan Anyar". (sobat ambyar detected! Lol.) Tidak lama kemudian kita sampai di satu
perempatan yang namanya menjadi satu judul lagunya Denny Caknan, yakni
KARTONYONO. Aku melihat nama itu ditulis di satu gedung yang dicat warna putih.
Weee lhaaa … ternyata ada beneran yak daerah bernama Kartonyono?
Di
perempatan itu, Ranz belok kiri, kemudian berhenti untuk ngecek alun-alun dari
situ masih seberapa jauh lagi. Saat itu aku melihat tulisan "HOTEL AA
NUANSA", kupikir Ranz akan mengajakku menginap disitu, namun karena Ranz
ingin memastikan jarak yang masih harus kita tempuh, dia berhenti untuk ngecak
gmap.
Nah, waktu
kita berhenti itu, seorang petugas dari Dishub nyamperin kita; dia tertarik
karena kita naik sepeda lipat, dan nampak kalau kita pendatang. 😍 Dia menyapa
dan mengajak ngobrol. Dari dia aku tahu ternyata di Ngawi sudah ada komunitas
sepeda lipat dengan nama SELINGAR singkatan dari Sepeda Lipat Negeri Ngawi
Ramah. Dia juga menyarankan kita menginap di hotel AA Nuansa karena tarifnya
yang murah; selain itu, dia menyarankan kita berkunjung ke benteng 'pendhem'
bernama Van Den Bosch.
Setelah
check in di hotel, (tarifnya memang sangat bersahabat buat kantong kita, kita
memilih kamar yang terletak di lantai 2 dengan tarif Rp. 160.000,00 per malam
dengan fasilitas 2 single bed, kamar mandi dalam, AC, plus sarapan. Waaaah!!!
We loved this!) Ranz mengajak ke benteng Van Den Bosch setelah dia cek di gmap
ternyata lokasinya hanya sekitar 3 kilometer dari hotel.
Belum ada
jam 16.00 kita sudah sampai di benteng. Dari luar nampak benteng ini dirawat
dengan semestinya. Tiket masuk Rp. 5000,00. Mungkin karena saat itu sedang
musim libur akhir tahun, kita melihat banyak wisatawan yang datang, dengan naik
mobil yang plat nomornya sangat variatif, misal dari Surabaya, Madiun,
Blora/Cepu, Solo, bahkan ada yang dari Bandung dan Bogor!
Kondisi
benteng ternyata tidak seterawat yang kuharapkan ketika sampai di gerbang
masuk. Secara tidak sengaja aku membandingkannya dengan benteng Vandeburg Jogja
dan benteng Van Der Wijk Gombong. Namun, yang namanya peninggalan zaman
kolonial Belanda tetap saja menarik untuk dikunjungi. Jika seseorang memiliki
mata yang jeli, bisa menghasilkan jepretan foto yang wah.
Di antara
bangunan-bangunan yang sudah rubuh disana sini, ada satu area yang mungkin
sudah direnovasi, di dalamnya kita bisa menemukan pajangan foto-foto benteng
zaman dulu, dan diorama sederhana berisi sedikit benda peninggalan.
Ssebelum
adzan maghrib berkumandang, kita sudah meninggalkan lokasi menuju alun-alun,
mencari warung makan untuk makan siang yang kesorean (atau makan malam yang
terlalu awal, lol). Kita berhenti di satu warung yang berjualan Chinese food;
aku memesan capcay, Ranz memesan apa ya, lupa, ayam bumbu lada hitam kalau
tidak salah. Ternyata, kita tidak sanggup menghabiskannya karena porsinya
lumayan besar untuk perut kita; akhirnya kita minta untuk membungkusnya dan
kita bawa pulang ke hotel.
Usai mandi,
kita kembali ke alun-alun, kali ini kita jalan kaki. Di alun-alaun ada pasar
malam dengan berbagai macam atraksi mainan, selain orang-orang yang berjualan
makanan atau baju atau mainan anak.
Jam 22.00
kita sudah kembali ke hotel untuk beristirahat, persiapan untuk gowes hari
kedua.
Jarak
bersepeda: Laweyan -- Hotel AA Nuansa 87,3 kilometer dengan elevasi gain 515
mdpl. Dari hotel ke benteng Van Den Bosch pp 8 kilometer.
To be continued.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.