Akhirnya
aku dan Ranz 'berani' dolan bareng lagi, hahaha … setelah off sekian bulan
gegara PPKM Darurat yang disebabkan oleh merebaknya covid 19 varian delta yang
menggila di bulan-bulan Juli - Agustus.
Hari
Jumat 3 Desember 2021 aku ke Solo dengan naik travel Cititrans yang berangkat
dari pool pukul 10.00. sampai di pool Solo yang terletak di kawasan Purwosari
menjelang pukul 12.00. dari sana, aku 'menjemput' Ranz yang sedang latihan
fisik di DNA Fitness Center. (setahun terakhir ini dia sedang gila-gilanya
latihan fisik disana.) aku sempat menemaninya latihan sekitar 40 menit.
Sekitar
pukul 13.00 kita berdua sudah sampai di RM Tenda Biru untuk makan siang.
Seperti biasa, aku memesan satu porsi selat Solo, kali ini aku memilih daging,
sementara bulan Oktober lalu aku memilih 'galantin'. Ranz memesan satu porsi
gado-gado. Kata Ranz, saat RM satu ini masih baru 'merangkak' menjadi satu RM
yang bisa diandalkan, dua menu andalan yang mereka tawarkan adalah selat dan
gado-gado. So? Kalau kesini, pesanlah salah satu dari 2 menu itu. :D kalau mau
memesan menu yang lain, ya gapapa sih, tapi mending pilih RM yang khas jualan
itu. Well, ini 'motto' jajan Ranz loh ya.
Sebelum
pukul 15.00 kita sudah balik ke rumah Ranz yang terletak di kawasan Jongke.
Setelah istirahat selama kurang lebih 1,5 jam, Ranz menemaniku ke terapis
langganan keluarganya: lututku sebelah kanan cedera dan butuh diterapi: aku ga
bisa jalan kaki lebih dari 1 kilometer! Hiksss … masih untung masih bisa
mengayuh pedal sepeda. Pulangnya kita nyaris kehujanan.
Sekitar
pukul setengah delapan hujan sudah reda; maka seperti biasa Ranz mengajakku ke
Wedangan Pak Basuki: teh nasgitelnya bikin lidahku nagih.
Sabtu 4
Desember 2021
Hari
ini aku memilih bersepeda ke Janti Park, yang terletak tak jauh dari Umbul
Pelem/Manten tempat kita main air di bulan April lalu.
Perjalanan
sejauh 20 kilometer kita lalui dengan lancar, cuaca mendung, tapi malah enak
kita ga kepanasan. Hihihi … seperti bulan April lalu, kita juga mampir sarapan
di satu rumah makan sederhana yang terletak di seberang SMP N 1 Gatak. Satu
porsi timlo tanpa nasi hanya seharga delapan ribu rupiah, dan cukup
mengenyangkan bagi perutku, juga perut Ranz.
Oh iya,
jika bulan April lalu aku naik Astro -- sepeda polygon urbano milik Ranz --
karena aku berangkat ke Solo tanpa membawa sepeda, kali ini aku naik Austin.
Ranz tetap naik Petir, sepeda lipat kesayangannya, dengan ban 14 inchi, single
gear.
Di
Janti Park ngapain? Jelaaas, aku berenang! Kolam renangnya lumayan besar,
panjang 25 meter, lebar mungkin sekitar 15 meter. Kedalaman sekitar 1,8 meter.
Dan … kondisi kolam renang yang ini relatif sepi! Jadi, aku bisa berenang 25
meter kali 40 dengan leluasa. Ada sih beberapa orang lain yang juga 'main air'
tapi ga terlalu 'mengganggu' gerakanku berenang dari satu ujung ke ujung lain,
begitu berulang kali sampai 40 kali.
Ranz
ngapain? Duduk anteng menungguku sambil sesekali memotretku dengan hpnya yang
anti air. Hohoho … sambil ngemil juga ding. Hahahah …
Usai
berenang 1000 meter (25 meter 40 kali), aku main ikan, alias terapi ikan. Aku
memasukkan kakiku ke kolam yang berisi sejenis ikan tertentu yang akan segera
memakan kulit mati yang menempel di kaki orang. Awalnya aku geli rada ngeri, hahahahah,
lama-lama, it was okay. Setelah itu, aku baru mandi.
Usai
mandi -- ga pakai antri mandinya, syukurlah -- aku jajan kopi hitam, es the,
dan cemilan di deretan yang jual jajanan. Di dekat sini ada kolam khusus
bermain anak-anak. Nah, di kolam ini, pengunjung bejubel main air! Waaah …
syukurlah kolam renang yang terletak di dekat pintu masuk itu cukup dalam, jadi
jelas hanya yang bisa berenang yang akan 'main' disitu.
Setelah
rambutku kering, jajanan dan kopi/teh habis, kita melanjutkan perjalanan. Bukan
balik ke Solo, tapi Ranz mengajakku bersepeda ke Boyolali, ke satu resto tempat
adiknya bekerja sebagai chef utama, namanya Omah Brem.
Sebelum
menuju jalan penghubung Boyolali - Jatinom, Ranz sempat mengajakku blusukan
mencari satu toko yang berjualan batere kamera, karena dia lupa ngecharge
batere kamera yang dia bawa. How did she find such a place? Google maps, of
course. Hihihi … Ranz yakin bahwa aku bakal mau difoto di Omah Brem nantinya,
hohoho …
Ini
adalah pertama kali aku menapaki jalan penghubung Boyolali - Jatinom untuk
pertama kali. Jalan yang cukup sempit dengan banyak kendaraan berbadan besar
berseliweran yang membuat jalan terkesan kian sempit. Plus karena kita menuju
Boyolali, jelas jalan terasa miring ke atas, lol.
Saat
kita berada di satu lokasi kurang lebih tinggal mengayuh pedal sejauh 1,5 km
dari Omah Brem, hujan turun. Nah lo. Mau pakai mantel, males, orang sudah
tinggal dikit lagi, lol. Kalau ga pakai, nanti basah. Hadeeeh. Lol. Akhirnya,
kita berdua menepi, mencari tempat berteduh. Untungnya hujan ga lama, kurang
lebih 15 menit kemudian curah hujan menipis, sehingga kita memutuskan untuk
melanjutkan perjalanan.
Saat
sampai Omah Brem, (aku lupa lihat jam), suasana resto pas sepi, belum ada
diners yang lain. Baju yang kupakai sedikit basah. Aku langsung membayangkan
wajahku bakal nampak lusuh, males banget kalau mau foto-foto, lol. Tapi, kalau
aku beneran males foto, kasihan Ranz yang bela-belain browsing di google map
tempat untuk beli batere kamera, plus mengajakku blusukan kesana. ''untung'nya
suasana resto lagi sepi, jadi yang kusempatkan sedikit memoles wajah dengan
bedak yang kubawa. Hahaha …
Untuk
makan siang (yang kesorean), aku memesan steak daging kalkun, (satu hidangan
'specialty' di Omah Brem) dan pisang goreng, jus jeruk dan cappuccino hangat.
Ranz memesan daging kalkun juga, tapi bakar, kalau tidak salah.
Setelah
kita berdua selesai makan, semakin banyak orang yang datang untuk makan disana,
rata-rata mereka berombongan atau bersama anggota keluarga lain. Usai makan,
aku dan Ranz masih sempat berfoto-foto di dalam resto, meski sudah banyak
diners lain, hihihi … biar Ranz tidak kecewa telah menyempatkan diri blusukan
Sekitar
pukul empat sore, aku dan Ranz meninggalkan Omah Brem. Sisa genangan hujan
masih terlihat di jalan kecil, namun di jalan raya, permukaan jalan sudah
kering, tak nampak sama sekali bahwa hujan turun lumayan lebat beberapa jam
sebelumnya. Alhamdulillah perjalanan pulang lancar sampai rumah Ranz yang
terletak di kawasan Laweyan.
Jarak
tempuh Laweyan - Janti Park 20 kilometer
Jarak
tempuh Janti Park - Omah Brem 13 kilometer
Jarak
tempuh Omah Brem - Laweyan 26 kilometer
Next
time, mari kita ber-duathlon lagi, Ranz. :D eh, aku ding yang duathlon, karena
Ranz tidak berenang. Hihihi …
PT56
12.39 21/12/2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.