Cari Blog Ini

Senin, 30 September 2013

Review B2W di bulan September 2013

Sekarang tanggal 30 September 2013. Untuk "memperingati" #G30SPKI (LOL), aku akan menulis review kegiatan berbike-to-work-ku di bulan September ini. (Seharusnya aku melakukannya di tiap akhir bulan atau awal bulan ya? Untuk introspeksi diri.)

Well, to start with, memang semenjak kampus sekolahku pindah ke lokasi baru yang berarti jarak yang kutempuh lebih jauh dan aku harus menanjak lebih tinggi (bahkan waktu pulang juga ada tanjakan yang lumayan 'killing' yang harus kulewati: menuju gerbang masuk/keluar Gombel Golf), kutengarai bahwa kegiatan b2w lebih 'menantang' -- jika aku pengen ja-im untuk menyatakan yang sesungguhnya: aku jadi (rada) malas bersepeda ke kantor. LOL. 


di depan 'gerbang' masuk kawasan sekolah

'Weekdays' bulan September dimulai hari Senin tanggal 2 September 2013; pada hari dan tanggal yang sama aku memulai catatan berbike-to-work di bulan kesembilan ini. Jarak kurang lebih 10 kilometer, elevasi dari 0 meter dpl menuju 225 meter dpl kutempuh sekitar 50 menit. Waktu pulang di sore hari, aku langsung ke kantor dimana aku bekerja di sore hari, pukul 17.00 - 19.00 (kadang sampai jam 21.00). Dalam perjalanan turun, aku hanya butuh 25 menit, setengah dari perjalanan berangkat :). Seusai bekerja di sore/malam hari, jarak yang kutempuh hanya kurang lebih 2,5 kilometer. 

B2W kedua kulakukan pada hari Rabu tanggal 4 September 2013. Sorenya, kegiatan yang sama yang kulakukan: gowes dari kantor yang satu ke kantor yang lain. 


Austin mejeng di halaman :)

B2W yang ketiga -- sangat nyaman dilakukan -- karena aku tak perlu menuju ke kawasan Gombel Golf course. Di hari Sabtu kantorku -- sebuah sekolah -- libur. Khusus hari Sabtu aku bersepeda ke kantor -- sebuah English Course -- yang lokasinya hanya berjarak 2,5 kilometer dari rumah. :) Ini tanggal 7 September 2013.

Hari Minggu tanggal 8 September 2013 aku tidak gowes, namun berenang. Setelah sekian tahun tidak berenang, ternyata berenang kali ini membuat perutku kram dengan sangat; mungkin karena sebelum berenang aku tidak melakukan warm-up yang cukup. :'(  Karena kram perut yang sangat mengganggu ini, aku tak (bisa memaksakan diri) bersepeda ke kantorku yang terletak di Gombel Golf course sampai tanggal 13 September. Aku kembali berbike-to-work pada hari Sabtu 14 September 2013, dimana aku bersepeda hanya 2,5 kilometer saja. :) Sore/malam harinya aku menemani Cipluk night ride -- bersama Ranz dan Asrul. (Baca postingan ini.)


di gerbang masuk kawasan Gombel Golf

B2W kelima -- ke Gombel -- kulakukan pada hari Rabu 18 September 2013. Sorenya kegiatan yang sama kulakukan -- bersepeda dari Gombel ke Imam Bonjol, kemudian pulang setelah pukul 21.00 dengan jarak tempuh yang hanya 2,5 kilometer. :)

B2W keenam jatuh pada hari Jumat 20 September 2013. Sorenya, kegiatan yang sama yang kulakukan, cuma kali ini aku pulang jam 18.00. :)


Austin di depan kantorku di sore hari

B2W ketujuh hari Sabtu 21 September 2013. Sorenya ga kemana-mana, dari kantor langsung pulang.


Austin di pinggir pantai Maron

B2W kedelapan hari Senin 23 September 2013. Sorenya -- karena kantor yang sore (English course) sedang libur kenaikan kelas -- dari kantorku yang berlokasi di Gombel Golf aku gowes ke Pantai Maron yang lokasinya terletak kurang lebih 16 kilometer dengan catatan turun dari pasar Jatingaleh aku memilih turunan di Bendan yang tidak hanya melulu melewati turunan, namun tetap ada 2 tanjakan yang lumayan curam. FYI, jalan ini memang nampaknya tanahnya labil. 


mengejar sunset di pantai, namun tak terkejar :-P



jelang matahari bersembunyi di balik awan, otw ke Maron

B2W kesembilan hari Rabu 25 September 2013. Sorenya aku kembali gowes ke Pantai Maron. Yah, mumpung belum musim hujan: jalanan offroad-nya masih lumayan bersahabat, tanpa lumpur, paling hanya berdebu. Meski selalu aku ketinggalan memandang sunset di pinggir pantai Maron. :)

B2W kesepuluh hari Kamis 26 September 2013. Kali ini sorenya aku tidak gowes ke Maron, namun mampir ke kantorku yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol, bukan karena sudah masuk kerja (lagi), namun untuk sekedar hotspotan. LOL. 

Demikianlah review kegiatan bike-to-work yang kulakukan di bulan September 2013. :)

GG 09.45 300913

Rabu, 18 September 2013

WEEKEND WITH CIPLUK


WEEKEND WITH CIPLUK

Sudah lumayan lama Cipluk – rekan gowes dari Kudus – tidak berkunjung ke Semarang. (Padahal duluuuuu sering lho. J ) Kebetulan hari Sabtu 14 September 2013 Cipluk ke Semarang, maka malam minggu itu aku dan Ranz menemaninya NR alias night ride (dan kita ditemani Asrul, sang b2wer militan). Di hari Minggu pagi 15 September 2013 kita gomingpai alias gowes minggu pagi ditemani si mungil Tami yang juga sudah cukup lama ga gowes bareng aku dan Ranz.

Gowes Malam

di depan kantorku :)

gedung di samping Tay Kak Sie

tampilan di malam hari bertabur cahaya :)


 Kita mulai bernite ria setelah aku usai menjalankan salah satu tugas negara – turut serta mencerdaskan generasi penerus bangsa – di Jalan Imam Bonjol 180. Dari Jalan Imam Bonjol kita gowes ke arah Jalan Pemuda, sampai di traffic light dekat A** H**dw***, kita belok kanan ke Jalan Gajahmada. Di perempatan pertama dari situ, kita belok ke arah kiri Jalan Kranggan. Tak jauh dari situ kita sampai ke gerbang selamat datang di kawasan Pecinan Semarang. Kita tidak berhenti untuk berfoto-ria di gerbang tersebut, kita langsung masuk ke Gang Warung – tempat dilaksanakannya pesta kulineran tiap wiken di Semarang. Waktu itu ada beberapa ‘stall’ yang sudah buka, namun banyak juga yang pedagangnya baru memasang tenda, menata meja dan kursi, dll. Warung Semawis masih sepi pengunjung. Kita langsung sampai ujung Gang Warung, kemudian belok kiri, untuk kemudian setelah melewati jembatan Sungai Koping (konon dulu namanya Khauw Ping) kita belok kiri lagi, untuk menuju Kelenteng Tay Kak Sie.

Berbeda dengan dua minggu lalu waktu aku dan Ranz berkunjung kesini – saat itu sedang ada persiapan upacara King Hoo Ping – malam minggu kemarin suasana cukup lengang. Acara tunggal tentu adalah bernarsis-ria di depan kamera dengan Ranz sebagai fotografer kita. J

patung Laksamana Cheng Ho dengan Tay Kak Sie


unjuk narsis di depan Tay Kak Sie :)


Setelah cukup puas, kita melanjutkan gowes ke arah Gereja Blenduk. Sesampai di Jalan Jendral Suprapto, kita belok kanan (melawan arah traffic J) di Jalan Cendrawasih. Tujuan kita kali ini adalah Gedung Marabunta, yang dulu merupakan gedung pertunjukan seni.

Gedung Marabunta dibangun sekitar abad ke-19 dan konon pernah dipakai tempat pertunjukan seorang mata-mata perempuan yang terkenal: Matahari. Satu ciri utama gedung ini adalah dua patung semut raksasa di atas gedung. Sayang kita kesana di malam hari sehingga patung semut raksasa itu tak terlihat dengan jelas di foto. J


Gedung Marabunta 1

Gedung Marabunta 2

Dari Gedung Marabunta, kita gowes kembali ke arah Jalan Pemuda. Tujuan kita kali ini: angkringan di seberang gedung Bappeda! Semenjak night ride Earth Hour di bulan Maret yang lalu, angkringan ini menjadi salah satu tempat nongkrong favorit kita. J

Usai ‘ngangkring’ kita pulang.

Gomingpai

Kali ini Asrul tidak ikut karena dia harus masuk kerja. Tami yang malam sebelumnya tidak bisa ikut NR, bergabung dengan kita gowes pagi ini. Sempat bingung mau mengajak Cipluk gowes kemana, akhirnya kita ke Vihara Tanah Putih Semarang. Untuk rute kita memilih Jalan S. Parman, kemudian menanjak di Rinjani – tanjakannya super ‘friendly’ – sampai di pertigaan AKPOL, kita belok kiri ke Jalan Sisingamangaraja. Sampai ujung Jalan Sisingamangaraja, kita belok kiri, Jalan Wahidin.

di gang dimana kos Ranz terletak

di Jalan Rinjani, bertemu dengan Om Tatang

Cipluk our bikepacker this time :)
Vihara Tanah Putih memang terletak di sebuah tempat yang ‘agak tidak enak’ dicapai karena tanjakannya lumayan curam, plus belokan jadi waktu kita menyeberang jalan, kita harus sangat hati-hati. Sayangnya sesampai di vihara, oleh seorang petugas keamanan kita tidak diijinkan masuk karena sedang ada sembahyangan. Kita cukup merasa ‘puas’ berfoto ria di gerbang masuk vihara, untuk kemudian melanjutkan gowes.

di gerbang masuk Vihara Tanah Putih

di seberang vihara :)

Dari Tanah Putih, kita menuju Jalan Sriwijaya, kemudian lanjut ke Jalan Veteran, kembali bertemu pertigaan RS Dr. Kariadi, belok kiri ke arah Jalan Kaligarang. Usai menyeberang traffic light dekat jembatan Banjirkanal, kita terus melaju ke arah Gedung Batu Sam Po Kong: lokasi bernarsis ria selanjutnya. J

di gerbang masuk Gedung Batu Sam Po Kong

narsis mulu daahhh ceritanya :)

piye jal ceritane ki? :D

narsis jalan terus

narsis terus jalan :D

Dari Sam Po Kong – yang dulu cukup dikenal dengan sebutan ‘Gedung Batu’ saja – kita gowes ke arah Puspowarno; hal ini berarti kita menanjak ‘gundukan’ Pamularsih dari arah Gedung Batu, kemudian belok kanan. Untuk sarapan ringan kita pagi itu kita mampir ke sebuah kios yang berjualan bubur kacang hijau dan ketan hitam.

gek ngopo jal? :P

it is in Hong Kong! :)
dengan patung Laksamana Cheng Ho sebagai latar belakang :)

Usai sarapan kita gowes ke arah Pusponjolo, melewati Jalan Pusponjolo Selatan untuk menuju taman Banjirkanal Barat di samping jembatan yang menghubungkan kawasan Pusponjolo dengan Lemah Gempal. Meski belum ada jam sepuluh namun waktu itu matahari bersinar dengan sangat terik, mengurangi hasrat untuk berlama-lama narsis. LOL.

obrolan yang serius nih :)

Cipluk in action

me in action :)

Dari Taman Banjirkanal itu, aku pamit pulang, ‘ritual’ Mingguan telah menungguku. Sementara itu, Cipluk sempat beristirahat sejenak di kos Ranz selama beberapa saat untuk kemudian melanjutkan gowesnya : pulang ke Kudus!


GG 12.21 180913

Rabu, 11 September 2013

Gowes Semarangan : Gowes Wisata Religi ke Pura Giri Natha (jilid 2)

Sudah cukup lama aku mendengar bahwa di kota Semarang ada Pura yang khusus dibangun untuk beribadah para umat Hindu yang tinggal di kota Semarang dan sekitarnya. Juga sudah lama bahwa Jalan Sumbing -- dimana Pura ini terletak -- merupakan salah satu rute yang disukai para goweser untuk menguji stamina mereka di tanjakan yang curam namun tidak sepanjang tanjakan Gombel. Meskipun begitu, baru hari Minggu tanggal 2 September 2013 aku berkesempatan mampir kesana. Better late than never, right? :)

Pagi itu aku dan beberapa teman -- Ranz, Eko, Wawan, Andra + suami -- berkumpul di Balaikota untuk rapat B2W Semarang. Setelah selesai berbincang-bincang sedikit, kita mampir ke sebuah warung makan yang berjualan Soto Lamongan di dekat Jalan Tanjung. Usai sarapan, Eko mohon pamit karena harus mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan ketebalan dompet. Kita berlima melanjutkan gowes ke arah RS Dr. Kariadi untuk kemudian nanjak ke arah Gajahmungkur dan Rinjani. Sebelum sampai hotel Rinjani, ada jalan belok kiri, kita belok kiri. Itulah Jalan Sumbing. Kurang lebih 100 meter dari pertigaan itu, kita akan menemukan Pura Giri Natha.

Berikut ini adalah beberapa jepretan sebagai dokumentasi. :)

di satu 'sudut' Jalan Rinjani

Andra + suami menapaki tanjakan Rinjani

aku berdua Wawan menelusuri Jalan Rinjani :)

di pintu gerbang Pura

Ranz mejeng sendirian :)

Jalan Sumbing nan curam :)

 Pura di halaman dalam

berfoto bersama di pura gerbang masuk :)

guess who took the pic? :)

mejeng berdua Ranz 

no comment :-P

salah satu pemandangan kota Semarang dari Pura

narsis is my middle name :)

:)

mulai menapakti turunan tanjam Jalan sumbing :)

IB180 18.18 110913

Senin, 09 September 2013

GOWES SEMARANGAN : WISATA RELIGI (jilid 3)


GOWES SEMARANGAN : WISATA RELIGI jilid 3

Masih dengan semangat yang sama – mengenal peninggalan nenek moyang yang berupa Masjid dan Gereja – hari Sabtu 7 September 2013, aku, Ranz dan Andra gowes bersama dengan tujuan Masjid Menara alias Masjid Layur dan Kapel Susteran Gedangan.

Aku dan Ranz melaju ke arah Kota Lama Semarang untuk bertemu dengan Andra sekitar pukul 07.20. Kita bertemu di Jembatan mBerok sekitar pukul 07.35. Yang pertama kita kunjungi adalah Masjid Layur yang juga dikenal sebagai Masjid Menara Kampung Melayu. Dari arah Kantor Pos Besar Jalan Pemuda, sebelum Jembatan mBerok, kita belok kiri. Kita akan menemukan rel kereta api di depan, kita menyeberangi rel tersebut. Jalan Layur ini merupakan daerah ‘langganan’ terkena banjir ‘rob’. Pada waktu kita kesana juga jalan sedang tertutup air banjir sehingga kita ‘terpaksa’ menjinjing sepeda untuk menuju masjid; sayang jika sepeda kita terkena air rob yang sering ‘jahat’ karena menyebabkan besi/alumunium mudah berkarat.

kebetulan pas kereta barang lewat :)

 
rob di Jalan Layur

Menara Masjid terlihat dari ujung jalan sebelum rob

dengan sepenuh cinta kujinjing Austin :)

Kawasan ini dulu dikenal dengan nama ‘Kampung Melayu’ karena konon dulu mayoritas didiami oleh mereka yang keturunan Melayu.

Masjid Layur ini dibangun tahun 1802 oleh ulama Arab Hadramaut (Yaman). Bangunan induk mesjid memiliki arsitektur gaya Jawa dengan atap masjid susun tiga. Sedangkan menara yang berdiri kokoh di depan pintu masuk masjid bergaya arsitektur Timur Tengah.

menara masjid dari halaman dalam dan pintu masuk

interior di dalam masjid

interior di dalam masjid

tiang dan atap di dalam masjid

Sampai sekarang bangunan masjid ini masih asli seperti ketika pertama kali dibangun kurang lebih dua abad lalu. Masjid juga masih digunakan untuk beribadah oleh masyarakat sekitar setiap harinya.

aku dan Andra nunut narsis di teras masjid :)

selalu unjuk narsis :)

Andra, aku dan menara :)

tampilan utuh masjid dengan atap bersusun tiga

Setelah cukup puas berfoto-fiti, kita bertiga meninggalkan masjid untuk mencari sarapan. J Seperti ketika menuju masjid, aku dan Andra menjinjing sepeda kita masing-masing, sedangkan Ranz tetap menaiki Febby, sepeda BMX-nya menembus banjir rob.

narsis sembagi nunggu pesanan datang

di luar warung 

Kita sarapan di rumah makan yang nasi goreng jerohannya sudah kondang kemana-mana. Sayangnya, aku dan Ranz tidak begitu suka jerohan sehingga kita hanya memesan ‘nasi goreng polosan’. J Letak rumah makan ini dekat dengan jembatan mBerok, di samping sungai yang mengalir di bawah jembatan itu. (Sungai Semarang ya namanya kalau tidak salah? J )

Usai sarapan, kita melanjutkan gowes ke arah Jalan Jendral Suprapto yang sedang ditutup dari kendaraan bermotor karena sedang ada penyelenggaraan Festival Kota Lama. Di dekat Gereja Blenduk, berdiri sebuah warak dengan ukuran yang lumayan besar untuk menarik perhatian pengunjung. Suasana festival masih sangat lengang mungkin karena masih sangat pagi.
gayanya Ranz tuh gimana yak? :D

aku, warak, dan Gereja Blenduk
Ranz yang (suka sok) cool :-P

salah satu hiasan di tengah jalan Jendral Suprapto

gedung Marba

salah satu hiasan dalam rangka Festival Kota Lama

Dari Jalan Jendral Suprapto, kita menuju Jalan Ronggowarsito dimana Gereja Gedangan terletak. Andra yang mengajak kita masuk ke bangunan susteran yang terletak di seberang Gereja. Kebetulan kita bertemu Suster Silvana yang sangat ramah menyambut kita; bahkan beliau yang mengantar kita masuk ke kapel Susteran yang artistik dan cantik. Honestly, ini pertama kali aku masuk ke kapel/gereja! Dan aku melihat dengan mata kepalaku sendiri – tidak hanya lewat televisi LOL – interior kapel yang dibangun pada tahun 1809!

Kapel (berwarna) Merah

interior di dalam Kapel Susteran Gedangan

aku dan Andra berpose bersama Suster Silvana

prasasti yang menunjukkan Kapel dan Susteran dibangun tahun 1809

Seperti Masjid Layur, masalah yang dihadapi bangunan Susteran ini sama: banjir rob! L Namun kita harus mengacungkan jempol dengan semua material yang dipakai membangun kapel ini: meski sering dilanda banjir rob, bangunan masih kokoh berdiri dengan tegar dan megah. Bahkan menurut penuturan Suster Silvana – yang ketika berbicara logat Balinya masih kentara meski beliau telah tinggal di Semarang sejak tahun 1981 – lantai bangunan justru kian kinclong jika dibersihkan setelah terendam banjir rob untuk beberapa saat.
Dinding luar terbuat dari batu bata merah, sehingga Gereja Gedangan ini kadang juga disebut sebagai Gereja Merah. Tidak banyak tenaga Suster yang tinggal di Susteran. Meskipun begitu mereka semua selalu bersemangat untuk menjaga kebersihan Susteran agar bangunan yang sudah masuk banguna kuno yang layak dilestarikan ini tetap dalam kondisi prima.

pintu masuk menuju kapel dengan gerendel pintu nan artistik

aku berdua Ranz pose di depan pintu masuk ke kapel

jalan masuk menuju kapel

Kita bertiga sudah merasa cukup beruntung diperbolehkan masuk ke Susteran dan bahkan foto-foto di dalam kapel, sehingga kita tidak masuk ke Gereja Gedangan yang terletak bersebrangan dengan bangunan Susteran ini.

bagian atas Kapel Susteran Gedangan

lantai nan tetap kinclong meski sering terkena rob

si narsis unjuk pose :)
Andra berpose di sebrang Gereja Santo Yusuf Gedangan 

Jika anda penikmat wisata religi dan gedung kuno yang masih dilestarikan – bahkan masih berfungsi seperti semula bangunan dibangun – jangan pernah lewatkan untuk berkunjung ke Masjid Layur alias Masjid Menara Kampung di Jalan Layur Melayu dan Gereja / Susteran Gedangan di Jalan Ronggowarsito. You will love the experience! J

Sampai jumpa di gowes wisata religi yang berikutnya! J

GG 11.47 090913