BIKECAMPING
PULAU PANJANG – JEPARA
Akhirnyaaaa ... aku (pribadi) nambah lagi satu pengalaman
merealisasikan jargon “there will always be the first
time to do anything” : bikecamping!
Yuhuuu ...
(well, waktu ngikut JOGLOATTACK tahun 2012 itu kita juga camping di camping ground Candi Prambanan,
tapi waktu itu kita :hanya” gabung, tanpa ikut ribet nyiapin ini itu itu ini.)
Sebenarnya rencana telah kita canangkan sepulang kita
berenam – para ‘velogirls’ dari kota
Semarang – sejak sepulang dari mbolang Jogja bulan Juli lalu. Itulah sebabnya
kita sangat excited waktu
kita akhirnya mampu menjadikan keinginan ini menjadi kenyataan. Hanya saja,
ketika kita mbolang ke Jogja itu kita hanya berenam (Raditya “hanya” menemani kita di hari kedua, waktu susur selokan
Mataram, plus mengantar kita ke Situs Ratu Boko, sehingga kitaa bisa masuk
situs itu g-r-a-t-i-s
tisss.) kali ini kita ditemani beberapa teman laki-laki. Selain aku, Ranz, Tami, Dwi, Avitt, dan Hesti, ikut pula Edy Wi, Uak – yang sudah
resmi jadi yayangya Tami sejak bulan Juni 2016 (ehem ...) Arif Daeng, meski dalam kondisi kurang sehat namun tetap nyidam
pingin ikut (lol), plus Affrel, si
adik bontot karena dia yang paling muda di antara kita semua. Sesampai Demak, Wachid – yang juga gabung kita dalam
event Gowes Kartini – juga ikut
bergabung.
Preparation
Sebelum hari H – berbulan-bulan sebelumnya – Ranz sudah
mulai “mengumpulkan” pernak pernik yang kita butuhkan waktu camping: nesting; kompor; pisau lipat; lampu yang bisa dicharge; hammock; fly sheet, dll. Sejak tahun 2013 Ranz sudah punya tenda (single
layer) yang waktu itu rencana akan kita gunakan di Pantai Klayar, namun tidak jadi. Karena Ranz mendadak sakit dalam
perjalanan waktu itu, kita lebih memilih menginap di penginapan dimana dari
situ kita tetap bisa memandang keindahan pantai Klayar yang aduhai.
Khusus untuk bikecamping ini, Ranz juga meminjam satu tenda
(double layer) dari sepupunya. Plus, kita menyewa satu tenda lagi di satu
tempat persewaan alat-alat outdoor. Dengan satu buah tenda yang dibawa Edy,
kita membawa 4 buah tenda dalam bikecamping kali ini: 2 tenda (double layer)
bisa dipakai untuk 8 orang (masing-masing tenda 4 orang); dan 2 tenda (single
layer) bisa dipakai untuk 4 orang (masing-masing tenda 2 orang).
Sabtu
10 Desember 2016
Bulan Desember memang identik dengan hujan yang turun setiap
hari. Alhamdulillah hari Sabtu pagi itu, Semarang hanya disaput mendung, tanpa
butiran gerimis dari langit. “Restu dari Semesta!” begitu kataku pada diri
sendiri. J
Seperti biasa kita berkumpul di Balaikota. Namun rencana
paling lambat meninggalkan tikum pukul 06.30 terpaksa molor. Arif yang kurang
sehat badannya – pilek dan tenggorokan gatal – datang dengan menaiki sepedanya
yang sebenarnya juga kurang fit untuk dinaiki jarak jauh. LOL. Om Dije yang
sempat datang untuk “say goodbye” tidak merekomendasi sepeda Arif itu untuk
dinaiki. Akhirnya, Arif ganti Orenj. Untuk ini, dia harus ke rumah Dwi dulu
untuk menukar sepedanya dengan Orenj.
|
orang lewat balaikota, yang tertarik pada kita :) |
Kali ini, aku naik Austin; Ranz naik Pockie; Dwi naik Oddie;
Hesti naik sepeda lipat barunya yang belum diberi nama (hanya kita sebut “adik
bungsu” lol); Tami naik Siput (folker putih milik Uak), sedangkan Avitt yang
barusan melepas kepemilikan Poliss kepada orang lain dengan berbesar hati
menaiki sepeda motornya. Alhamdulillah yah, hingga dia bisa sangat membantu
membawa sebagian beban yang sebelumnya nangkring di rak boncengan Pockie.
Eh, dalam perjalanan akhirnya Tami naik Orenj; gantian
dengan Arif. Nampaknya Orenj hanya ‘jinak’ pada pesepeda perempuan. LOL.
|
pas mau melewati rel KA, ada KA yang lewat :) |
Rombongan meninggalkan tikum menjelang pukul tujuh pagi. (too
late is better than never. Hahahahah ...) Atas rekomendasi Edy, kita tidak
lewat Kaligawe, karena katanya kawasan itu banjir yang cukup dalam. Dari Balaikota kita
belok ke Jalan Thamrin, kemudian belok menyusuri Kampung Kali, lurus sampai
jembatan (baru) selepas Jalan Kartini hingga Jalan Gajah. Kita menuju arah
Tlogosari. Dari Tlogosari kita menyeberang rel kereta api yang jalannya sempit
namun penuh pengguna jalan. Waktu kita akan menyeberang, pas satu kereta api
lewat!
Kita terus mengikuti Edy sebagai penunjuk jalan ... sampai
di satu jalan ... kita disambut banjir!
Hahahahaha ... Kita menghindari Kaligawe untuk menghindari banjir, namun
ternyata memang banjir sangat amat ingin menyapa kita. LOL. Banjir di jalan itu
nampak cukup dalam; mungkin bakal akan membasahi pannier yang berada di rak
boncengan Pockie maupun “adik bungsu”. Akhirnya Ranz memutuskan untuk kembali,
dan menyusuri jalan menuju Kaligawe.
Di jalan raya Kaligawe kita memang harus melewati genangan
banjir, namun nampaknya tidak sedalam banjir yang tadi kita temui.
|
waktu berhenti di satu spbu, Arif mengistirahatkan diri :) |
Selepas pertigaan Genuk, perjalanan lancar. Kita mengayuh
pedal sepeda masing-masing dengan kecepatan sedang. Avitt pun berinisiatif “mengambil
alih” tugas Ranz sebagai tukang dokumentasi. LOL. Avitt cukup menggunakan
hapenya untuk memotret kita.
Kita sempat berhenti sebentar di satu pom bensin karena
‘nature calls’. LOL. Tidak lama, kita langsung melanjutkan perjalanan. Jelang
sampai Karangtengah, Affrel pamit mau mampir ke rumah orang tuanya sebentar
untuk mengambil hammock. Untuk menghemat waktu; kita tidak ikut mampir. Bahkan
kita sarankan Affrel untuk naik motor; untuk sementara Avitt naik sepeda
Affrel. J
|
Avitt menaiki sepedanya Affrel :) |
Kita terpaksa berhenti lagi ketika di depan kita ada
‘pemeriksaan’ sepeda motor; apakah pengendaranya membawa SIM dan sepeda motor
dilengkapi dengan STNK. Nah lo; tadi Avitt belum sempat menjelaskan pada Affrel
dimana dia meletakkan STNK. Karena khawatir Affrel bakal kena masalah; kita
berinisiatif berhenti, menunggu Affrel lewat. Kita mencoba menelpon Affrel;
namun tidak diangkat.
Sementara yang lain menunggu Affrel; aku dan Arif
melanjutkan perjalanan menuju warung soto di daerah Tembiring, untuk sarapan.
Arif nampak sangat ‘mengkhawatirkan’, lol, mungkin disebabkan (1) tubuhnya
memang kurang fit (2) belum sarapan.
|
sarapan, kakak2 centil merubungi dedek ragil :D |
Tak lama setelah aku dan Arif sampai di tempat sarapan –
waktu event Gowes Kartini kita juga
sarapan disini, atas rekomendasi Mas Tunggal, eks ketua Komselis – ternyata
yang lain pun berdatangan. Rupanya, Affrel sudah cukup hafal kebiasaan para
polantas di Demak: mereka mengadakan razia di tempat “tersebut” jelang pukul
10.00. dia – yang asli Demak – tahu bagaimana bisa sampai terminal Demak tanpa
perlu melewati perempatan dimana para polantas mengadakan razia. LOL.
Seusai sarapan – sekitar pukul 10.50 – matahari besinar
sangat terik. Wew. Ini terlalu siang.
Kita sempat khawatir kita sampai Pantai Kartini lebih dari jam 16.00 dan
kita bakal ditolak untuk menyeberang ke Pulau Panjang. L
|
waktu istirahat di satu mini market, Arif istirahat lagi :) |
Wachid bergabung dengan kita setelah kita melewati
Trengguli. Kita beristirahat lagi sewaktu bertemu dengan mini market jelang
masuk daerah Welahan. Mungkin ini sekitar pukul 12.00. Matahari tetap bersinar
dengan terik.
Waktu melanjutkan perjalanan, Ranz mengeluh asam lambungnya
kumat. L (Dia hanya makan satu
dua sendok soun dalam sotonya waktu sarapan.) jika asam lambungnya kumat, Ranz
tentu bakal kesulitan jika harus mengayuh pedal dengan cepat, apalagi beban
pannier yang cukup berat di rak boncengan Pockie. Padahal kita harus secepat mungkin
sampai Pantai Kartini; agar tidak keduluan hujan; hingga kita bisa menyeberang
ke Pulau Panjang. :D
Disinilah Avitt menjadi savior. Pelan-pelan dia mendorong
laju Pockie agar Ranz tidak terlalu harus kerja keras. Kadang gantian Uak yang
mendorong. Sesampai gapura selamat datang Jepara, Uak kembali lagi untuk
gantian mendorong Hesti dan Dwi; ini untuk kali pertama buat mereka gowes jauh
dengan membawa pannier di rak boncengan; naik sepeda lipat. J
|
debut Hesti gowes jarak jauh naik seli :) |
|
duet folker :) |
Kita semua sampai di gapura pukul 14.30. alhamdulillah ...
ternyata tidak “selama” yang kita perkirakan semula. Gapura ini menjadi ‘tanda’
bahwa tanjakan yang harus kita lewati telah berlalu. LOL. Trek selanjutnya
tinggal trek yang menyenangkan. :D
Sekitar pukul 15.10 kita sampai di pertigaan yang jika belok
kanan kita menuju terminal. Disini kita berbagi tugas. Avitt, ditemani Uak dan
Tami ke mini market untuk belanja kebutuhan kita selama di Pulau Panjang;
sedangkan Ranz ke pantai Kartini untuk memastikan bahwa masih ada perahu yang
bersedia menyeberangkan kita ke Pulau Panjang. Yang lain juga langsung menuju
Pantai Kartini.
(Note : waktu event Gowes Kartini yang lalu, para pesepeda
bisa masuk Pantai Kartini gratis, kali ini kita harus beli tiket; harganya Rp.
7000,00 per orang. Wedew. LOL.)
Syukurlah tak sulit bagi kita untuk mendapatkan perahu yang
akan membawa kita bersebelas – plus 10 sepeda – menyeberang. Kita ‘cukup’
membayar Rp. 330.000,00. Setelah mendapatkan kepastian kita bisa menyeberang,
sambil menunggu Avitt, Uak, dan Tami yang sedang berbelanja, kita mampir ke
warung yang ada untuk sekedar mengisi perut.
|
wajah2 lelah, meski tetap ceriah :D |
Kita menyeberang ke Pulau Panjang sekitar pukul 16.30, dalam
kondisi gerimis mulai turun. (big thanks to dua kru perahu yang membantu para
perempuan yang ada membawakan sepeda-sepeda ke dalam perahu, ketika 4 laki-laki
yang ada sedang shalat di mushalla. Avitt dkk waktu itu belum balik dari
belanja.) oh ya, ternyata waktu akan menyusul ke Pantai Kartini, mereka bertiga ‘tersesat’
masuk ke kawasan tempat menyeberang ke Karimun Jawa! LOL.
|
sebelum memasang tenda di pinggir pantai, kita letakkan sepeda disini |
Apa pun yang terjadi ... sekitar pukul 17.00 kita telah
sampai di Pulau Panjang dengan selamat, disambut gerimis. Syukurlaaaah. J
Gerimis yang datang dan pergi, menemani kita mendirikan
tenda, mumpung sinar mentari masih bisa kita andalkan memberi penerangan. J Saat empat tenda telah berdiri, suasana masih
belum begitu gelap.
FYI, kelompok kita bukan satu-satunya yang berkemah di Pulau
Panjang di malam minggu itu. Ada beberapa kelompok lain yang juga melakukan hal
yang sama dengan kita. Mungkin karena para ‘campers’ ini lah; satu warung tetap
buka sampai malam, in case, para
campers tidak membawa bekal. Warung ini juga menyediakan jasa ngecharge loh. J Toilet dengan air berlimpah juga ada.
Gerimis masih menggoda kita hingga pukul 20.00. Namun,
setelah itu, cuaca terang. Dengan penuh tanggung jawab dan rasa kasih sayang
pada sesama (halah :p), kulihat Uak
mengeringkan ‘mmt’ yang kita gelar di depan tenda hingga kita semua bisa
nongkrong di atas lapak yang bersih dan kering; di bawah cahaya rembulan dan
bintang.
Indahnya merealisasikan impian menjadi kenyataan. :D