Ini kisah lanjutan Gamago Virtual Ride 2020.
Hari Minggu 20 Desember 2020, kita berempat -- Angie, Fitri, Ranz,
dan aku -- dolan berempat naik motor. Angie dan Fitri berangkat ke Jogja naik
sepeda motor sendiri-sendiri. Semula Angie pingin ke Museum Ullen Sentalu
(tahun 2017 dulu karena tidak ada moda transportasi, kita tidak bisa kesana,
meski kita sempat menginap semalam di kawasan Kaliurang ini), namun karena tata
tertib yang dicanangkan oleh pihak pengelola museum untuk pengunjung di masa
pandemi ini dirasa Angie rada ribet, lol, mana Fitri bilang dia ga akan ikut
masuk karena dia sudah pernah masuk, membuatku menawari Angie dolan ke tempat
lain: Stonehenge ala Merapi. :D
Siang itu Angie dan Fitri meninggalkan penginapan sekitar pukul
14.00 untuk kembali ke Semarang. Aku memutuskan untuk menginap semalam lagi
disini, dan Ranz setuju.
Setelah Angie dan Fitri pulang, aku dan Ranz berjalan kaki ke arah
Tlogo Putri, aku akan mengajak Ranz trekking nanjak ke gardu pandang Pronojiwo.
Tapi ternyata sesampai sana, destinasi wisata satu ini tutup karena kondisi
Gunung Merapi dinyatakan dalam kondisi 'siaga'. Kita berdua akhirnya berjalan2
di kawasan situ, masuk ke hutan lindung yang terletak di 'belakang' Villa
Fluoride.
Senin 21 Desember 2020
Kita nyantai pagi ini. Aku tidak punya agenda apa pun selain dalam
perjalanan turun ke Jalan Kaliurang km 4,5 aku ingin mampir ke Café Brick. Aku
menawari Ranz sarapan di RM tempat kita telah makan beberapa kali bareng Angie
dan Fitri, dia tidak mau, lol.
Dalam perjalanan aku mencari tempat praktek drg. Dian, seorang
kawan di grup Kagama Virtual, di Jakal km. 13. saat tidak ketemu di km 14 - 13,
aku penasaran karena saat 'turun' bulan Oktober lalu dalam kondisi ngebut aku
bisa melihatnya, kali ini aku pelan2 kok tidak ketemu. :( ternyata, o, ternyata
tempat prakteknya di Jakal km. 12. lol. Semula aku hanya ingin memotret Austin
di depan tempat prakteknya, namun kala melihat kios 'burger DINAR' aku ingat,
dia juga punya bisnis jualan burger. Aku pun menawari Ranz untuk beli burger.
Saat menunggu burger dibuat ini Ranz bilang dia melihat petunjuk ke 'Blue
Lagoon', satu destinasi wisata yang aku belum tahu. Ketika melihat foto-fotonya
di instagram, aku pun mau diajak kesana. :D toh kita tidak ada agenda apa-apa.
Setelah burger jadi, kita makan satu, yang satunya lagi kita bawa
menuju 'Blue Lagoon'. Untuk ke arah sini, kita harus balik nanjak sedikit, dari
km. 12 ke km. 14, kemudian belok kanan, ke arah Timur. Dari sana, mungkin kita
mengayuh pedal sejauh 3,5 kilometer. Tempatnya rada nylempit, tapi masih bisa
ditemukan dengan mudah.
Usai foto-foto dan menikmati satu burger lagi, kita melanjutkan
perjalanan. Kita harus kembali ke arah jalan utama, Jalan Kaliurang. Kita jadi
mampir ke Café Brick, untuk ngopi (aku) dan nyoklat (Ranz) sekalian makan
siang. Suasana Café Brick cukup ramai meski kita masih bisa menjaga jarak
dengan aman dari pengunjung-pengunjung lain. Interior maupun eksterior café
satu ini cukup menarik banyak orang mampir untuk foto-foto.
Setelah selesai makan dan foto-foto, kita melanjutkan perjalanan.
Ranz telah booking satu kamar hotel RedD**** di Gang Kinanthi, gang yang
terletak di seberang mantan kosku saat menyelesaikan tesis di tahun 2005.
betapa aku kecewa ketika tahu bahwa hotel ini tidak memiliki tempat parkir yang
memadai. Hiks. Kita 'hanya' diminta untuk memarkir sepeda di luar hotel, yang
notabene juga merupakan jalan umum orang lewat gang itu. Hikkksss. Sebenarnya
aku bilang ke Ranz tidak usah buking, nanti kita cari hotel saja on the spot.
(Hotel tempat kita menginap di bulan Oktober lalu sudah fully-booked.) berburu
hotel kan nikmat juga. Tapi Ranz yang masih kelelahan dari pekerjaannya, lelah
tubuh dan mental sih dia itu, bersikeras tidak mau kuajak berburu hotel.
Akhirnya ya itu, buking online, dan setelah lihat tidak ada tempat parkir yang
layak, aku khawatir setengah mati. :(
Sore itu aku mengajak Ranz ke supermarket Manna Kampus lagi, nyari
daster untuk oleh-oleh adik ragilku. Tapi aku ga mendapatkan daster dengan
harga di bawah limapuluh ribu rupiah. Aku ogah kalau harus ke Malioboro yang
saat weekend panjang bulan Oktober sebelumnya penuh sesak pengunjung dan
menyebabkan jumlah penderita covid 19 di Jogja melonjak.
Dari Manna Kampus aku mengantar Ranz ke satu distro yang jualan
kaos/jersey/outfit untuk olahraga yang terletak di perbatasan kampus UGM dan
UNY. Ranz membeli 2 jersey disini. (Dia sedang rajin fitness 3 bulan terakhir
ini.) Dari sana, aku mengajak Ranz memutar ke Jalan Gejayan. Saat lewat sini 2
hari sebelumnya, aku lihat ada satu toko jualan baju yang memajang daster di
depan toko. Tapi, ternyata daster-daster itu ukurannya kecil2, mungkin hanya
untuk remaja. Dengan patah hati, aku mengajak Ranz ke arah Jakal, lewat pinggir
Selokan Mataram. Ranz mengajak makan malam di Café Maraville, tempat kita
pernah ngopi di bulan Oktober lalu.
Sebelum sampai café Maraville, aku lihat ada satu fashion store di
Jakal km 5 itu, seingatku dulu 'lapak' ini adalah persewaan VCD/DVD saat aku
mengerjakan tesis di tahun 2005. aku mengajak Ranz belok kesini dulu. Dan ….
Voila! I got what I wanted to buy! Daster cantik warna-warni dengan harga
bersahabat! Tak jauh dari harga daster2 yang biasa dijual di Malioboro.
Alhamdulillah!
Dari sana, kita makan malam di café Maraville. Ketika di Café
Brick aku pesan spaghetti bolognese, kali ini aku lupa pesan apa ya, lol. Usai
makan, kita balik ke penginapan. Kali ini, aku berhasil memprovokasi Ranz untuk
mengamankan sepeda dengan membawanya naik ke lantai 2. iya, kamar kita terletak
di lantai 2, dimana tangganya terletak di luar hotel, di pinggir jalan gitu
deh. Tapi, tentu aku merasa lebih aman karena sepeda ada di DALAM hotel, tidak
di LUAR hotel. Oh ya, harga sewa kamarnya murah meriah ya, di saat 'peak
season' seperti ini, hanya Rp. 150.000,00.
Dengan lega aku bisa tidur dengan nyenyak, lol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.