Minggu 04
Oktober 2020
Sempat
ragu-ragu hari ini jadi bersepeda ke Alas Bromo - Karanganyar atau tidak gegara
dadaku yang terasa sakit setelah terjatuh kemarin, makanya aku rada malas
bangun pagi. :D Ranz juga. Namun, toh akhirnya kita berangkat juga. Jika sehari
sebelumnya kita berangkat meninggalkan rumah Ranz pukul 07.30, hari ini kita
baru berangkat pukul 07.50.
Melewati
Jalan Slamet Riyadi yang panjang, yang sebelum pandemi merupakan area 'car free
day', aku mengacungkan jempol pada rakyat Surakarta yang tidak nampak
berkerumun di jalan ini di Minggu pagi itu. Di Semarang, ada maupun tidak ada
'car free day' setelah pandemi berjalan kurang lebih 2 bulan, area Simpanglima
tetaplah ramai di hari Minggu pagi. Pak Ganjar sempat mengunggah vlog di
instagram pribadinya menegur orang-orang yang tetap saja berkerumun tanpa
mengenakan masker di Simpanglima maupun area Kota Lama di hari Minggu pagi, dan
memberi edukasi, namun toh rakyat Semarang tetap saja ndableg. Makanya tidak
heran jika Semarang termasuk zona merah pandemi covid 19, sedangkan Surakarta
tidak.
Sesampai
di kawasan Jebres, saat melewati sebuah warung makan yang berjualan timlo, selat,
dll, Ranz menawariku berhenti untuk sarapan. Aku setuju. 'Langganan' kita
sarapan di kawasan Karanganyar jika kita bersepeda ke arah sini terasa jauh
sekali, soalnya. Lol.
Oh ya, di
hari Sabtu 03 Oktober 2020, aku dan Ranz sama-sama mengenakan jersey resmi
jamselinas X. Namun strava di gadget Ranz error, karena kegaptekan Ranz cara
mengoperasikannya, lol. Maka di hari Minggu ini, aku menyemangati Ranz untuk
mengenakan jersey itu lagi, kebetulan jersey miliknya sudah sempat dicuci dan
cukup kering untuk dikenakan lagi. Di hari kedua ini, aku pastikan strava di
gadget Ranz bekerja dengan sebagaimana mestinya, agar dia bisa setor hasil
sepedaan ke panitia jamselinas X. hohoho …
Setelah sarapan
dan melanjutkan perjalanan, Ranz mencoba mencari peruntungan barangkali akan
berpapasan dengan para peserta jamselinas X lain, mereka yang juga mengenakan
jersey resmi. Tapi, ternyata ga ketemu juga, lol.
Sudah
lama tidak bersepeda ke arah sini, ternyata kantor bupati Karanganyar terletak
lebih jauh dari yang kuingat, wkwkwkwkwk. Heran kok ga sampai-sampai yaaa.
Padahal kita sudah cukup beruntung lho karena mendung sehingga sinar mentari
tidak bersinar begitu terik. Beberapa kali kita mampir ke pom bensin karena
Ranz butuh ke toilet berkali-kali. :D
Ketika
akhirnya kita sampai di pertigaan dimana jika mengambil jalan di sebelah kanan
kita akan menuju Karangpandan, dan ke kiri ke arah jalan alternatif ke Sragen,
aku nyicil ayem, kita sudah hampir sampai. Akan tetapi, ternyata treknya kok
naik turun naik turun yang lumayan bikin deg degan yak gegara RD Austin
bermasalah. Mana kata Ranz roda belakang Austin nampak goyang ketika dikayuh.
Waduwww … mana kita mau masuk hutan kok malah Austin bermasalah.
Setelah
sempat ketar ketir selama beberapa kilometer karena mulai terdengar suara-suara
yang tidak kuharapkan dari crank Austin, karena aku sering memindah-mindah gear
pas tanjakan/turunan (dibandingkan sehari sebelumnya, bersepeda ke Sukoharjo yang
flat treknya), akhirnya kita sampai di Alas Bromo. Alhamdulillaaah.
Pintu
masuk ke Alas Bromo nampak tertutup. Waduw, apa sekarang orang awam dilarang
masuk yak? Sementara aku memotret Austin di papan nama Alas Bromo, aku melihat
3 motor berhenti di jalan raya, tak jauh dari pintu masuk ke Alas Bromo. Ada
beberapa gadis remaja yang duduk-duduk di atas motor itu. Ranz sempat khawatir
kita bakal dilarang masuk. Ketika Ranz sedang memotret Petir, aku melihat 2
petugas Alas Bromo sedang ngobrol di dalam. Kemudian aku melihat 3 - 4 motor
trail keluar dari arah dalam hutan. Lah, mereka yang naik motor trail saja
boleh menjelajah, mosok kita yang 'Cuma' naik sepeda onthel tidak boleh? Tapi,
eh, siapa tahu mereka 'kerabat petugas' ya? Meskipun begitu, aku mencoba
peruntungan dengan bertanya pada petugas, apakah kita diizinkan masuk untuk
foto-foto. Dan … ternyata BOLEH! Leganyaaaa.
Kita pun
masuk. Tak lama kemudian, beberapa motor pun masuk, termasuk 3 motor yang
kulihat sebelumnya. Mereka nampak nyantai memarkir motor di balik pagar,
kemudian ngobrol dengan petugas. Mereka mengenakan baju ala orang-orang yang
sedang latihan olahraga beladiri. Di antara mereka ada yang membawa kamera
dslr, mungkin juga akan foto-foto di dalam sambil mengenakan baju latihan bela
diri.
Lumayan
lama kita berada di dalam, Ranz asyik sekali memotret Petir dan Austin, hohoho
… saat keluar, kita kembali menyusuri jalan yang 4 tahun lalu juga kita lewati.
Dari jalan 'setapak' kita masuk, kita terus lurus sampai bertemu dengan sungai
(treknya naik turun). Setelah bertemu sungai, trek naik, sampai bertemu
belokan, kita belok kanan, kemudian ngikutin jalan, sampai di satu perempatan,
kita belok kanan lagi. Tak jauh dari situ, kita melihat perkampungan, kita pun
belok menuju perkampungan. Tak jauh dari situ, kita bertemu pintu masuk menuju
Waduk Tirtomarto. Namun ternyata pintunya terlihat ditutup, akhirnya kita tidak
lewat situ, kita lewat jalan yang dekat perkampungan penduduk.
Otw balik
ke arah pertigaan dimana jika belok kiri kita ke arah Karangpandan, rantai
Austin mogok. Bukan hanya lepas rantainya, Ranz telah memasangnya kembali namun
tetap susah memutar. Kata Ranz RD-nya Austin bermasalah. Untunglah Ranz masih
bisa mengakalinya sehingga aku tetap bisa mengayuh pedal Austin.
Kita
mampir makan di sebuah rumah makan yang menu utamanya ayam goreng, mirip dengan
rumah makan Mbah Karto Tembel. Kita sampai sini pukul dua siang. Pukul tiga
siang kita selesai makan. Kemudian kita langsung kembali ke arah Surakarta.
Sekitar
pukul lima kurang seperempat, kita sampai di daerah Purwosari. Ranz menawariku
sekalian booking travel untuk balik ke Semarang. Aku memilih pemberangkatan
pukul tujuh malam. Pukul sembilan malam aku telah sampai rumah Semarang.
Alhamdulillah.
Kapan-kapan
dolan lagiiiii. :D tanpa dolan, hidupku hampa. Uhuk.
PT56
17.46 05-Oktober-2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.