#kalori
terbakar
Bagi sebagian kawan, mencatat kegiatan
berolahraga adalah satu kegiatan mubazir dan tidak penting. Namun, bagi
sebagian kawan lain -- termasuk aku -- hal ini penting untuk mengecek kedisplinan
diri sendiri. Mungkin orang2 lain memiliki alasan yang berbeda. Just feel free
ya?
Sebelum Ranz iseng download strava di
gadgetku menjelang gowes Sidoarjo - Probolinggo - Cemara Lawang menjelang akhir
Desember 2017, aku pakai sportstracker. Aku pakai itu hanya untuk mengetahui
jarak bersepeda yang telah kutempuh dan waktu yang kubutuhkan, jadi jika aku
ingin napak tilas rute yang sama aku sudah tahu seberapa jauh jarak yang akan
kutempuh, seberapa lama waktu yang kubutuhkan, dan seberapa tinggi tanjakan
yang akan kulewati, jika ada. Biasanya sih catatan ini kutulis di blog jadi
mudah bagiku untuk ngecek.
Aku belum memanfaatkan sportstracker
untuk menjadikannya medsos: untuk berinteraksi dengan "atlit" lain.
Aku baru ngeh strava bisa jadi medsos
kira2 setahun yang lalu, ketika seorang kawan men-screenshoot- "club
leader" di satu grup sepeda alumni yang aku ikuti. (Aku memang gabung club
sepeda alumni di strava, iseng2 saja awalnya.) Namaku tercantum di 10
"atlit" yang bersepeda paling banyak kilometernya. Aku heran, lha aku
kan cuma nyepeda ke kantor? Kok bisa termasuk 10 teratas pesepeda paling
"ngoyo"? Hihihi ... ini pasti karena orang2 di grup alumni itu bukan
orang2 yang hobi gowes jauh setiap hari. Di grup "B2W Indonesia"
jelas peringkatku di atas angka 100. maklum, kawan2
b2wer yang tinggal di Jakarta itu bersepeda ke kantor bisa menempuh jarak 50
kilometer pp sehari je. Hwaaaa
Naaah, akhir2 ini aku baru ngeh
memperhatikan satu fitur di strava: kalori.
Seorang kawan di satu grup alumni
mengadakan healthy life challenge yang berupa berolahraga minimal 30 menit
setiap hari selama 4 bulan. Semula dia mengajukan satu syarat saja: yang paling
rajin akan mendapat hadiah utama, yakni sebuah sepeda lipat. Yang paling rajin
berarti yang selama 4 bulan tidak ada hari off sama sekali plus setiap hari
yang paling banyak menitnya. Simpel kan ya? Maka aku pun semangat sekali untuk
memenangkan challenge ini.
Namun, out of the blue, kawan ini
menambah satu point penilaian lagi: KALORI.
Aku perhatikan laporan kawan2 yang
menyetorkan hasil workout mereka. Gile, kok bisa ya kalori yang
"terbakar" bisa sampai ribuan kcal? Padahal dengan jarak dan waktu
tempuh yang tidak jauh beda, stravaku mencatat kaloriku yang terbakar mentok
hanya, misal, 600 - 700 kcal.
Kebengonganku ini dijawab oleh
seseorang. Satu kali dia bertanya, "Mbak pakai gadget samsung ya? Gadget
satu itu memang terkenal pelit untuk mengeluarkan catatan kalori yang terbakar.
Saya pakai XOSS. Jika di samsung kalori terbakar saya mungkin hanya tercatat
650 kcal, di XOSS bisa sampai 2400 kcal." NAH LO.
Karena merasa hal ini tidak adil, aku
curhat lah pada seseorang. dia bilang,
"kok aneh gitu Miss? Tapi sakjane, sing bener ki kalori sing tenan
terbakar ning njero awake dewe ki pira? Sing tercatat ning gadget samsung?
(Utawa gadget hp liyane.) Apa sing sebangsane smart watch? Misale XOSS ngono
kuwi?"
Lha embuh
Ini kuberi contoh. Seseorang bersepeda
dengan menyalakan strava di 2 gadget yang berbeda. Anggap saja yang satu di
gadget samsung, satunya lagi pakai XOSS. Catatan kalori yang terbakar jauh kan?
Dan, karena orang ini (he is NOT in my friendlist ) menyalakan 2
gadget yang berbeda, setelah selesai bersepeda, dia melakukan sinkronisasi,
hasilnya adalah, di catatannya dia menempuh jarak bersepeda 2 kali lipat jarak
yang sesungguhnya dia jalani. Ga usah heran jika di hari ini dia tercatat ada
di posisi klasemen 10 besar tertinggi. Hihihi
Btw, busway, tulisanku ini lebih fokus
ke masalah kalori yang terbakar ya? Barangkali ada yang bisa menjelaskan
sebenarnya kalori yang terbakar di tubuh kita itu yang tercatat di smart watch
atau di gadget? Barangkali ada yang bisa menjelaskan. Matur nuwun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.