Cari Blog Ini

Kamis, 05 November 2020

Napak tilas bersepeda Solo - Jogja - Solo Day 1 & 2

Ketika tahu ada tanggal merah jatuh di hari Kamis 29 Oktober 2020, pikiranku langsung dengan cepat membuat rencana: hari Rabu 28 Oktober aku berangkat ke Solo, hari Kamis 29 Oktober aku dan Ranz bersepeda ke Jogja, hari Jumat 30 Oktober kita bersepeda dalam kota Jogja (I was expecting Malioboro still as quiet as a few months ago in the beginning of pandemic), hari Sabtu 31 Oktober bersepeda kembali ke Solo, hari Minggu 1 November bersepeda di area Solo sebelum aku balik ke Semarang.

 

 

Dan ternyata keinginanku ini dikabulkan oleh yang berkuasa mengabulkan. Hihihi … kebetulan Ranz mendapat 'cuti' seperti yang dicanangkan oleh pemerintah. (kantor Angie ga libur soalnya. Andai libur, mungkin kita akan dolan bareng, which means aku ga akan sepedaan. :D )

 




Rabu 28 Oktober 2020

 

Hari Rabu 28 Oktober aku berangkat ke Solo dengan naik travel Citi trans yang pool-nya terletak di Jl. Trilomba Juang, harga tiket Rp. 85.000,00, gratis bagasi. Oh ya, aku membawa Austin tentu saja. Mobil yang kunaiki meninggalkan pool pukul 11.00, aku sampai di rumah Ranz sekitar pukul 12.45. lumayan cepat, karena travel lewat jalan tol.

 




Siang itu Ranz mengajakku makan di warung makan adiknya yang terletak di area pasar oleh-oleh Jongke, tak jauh dari traffic light. Soto ayamnya enak pol lho, ga kalah sama soto ayam di RM Soto Hj. Fatimah. Sama-sama enak, tapi tentu aku lebih memilih ngelarisi jualan adiknya Ranz yang mantan chef hotel bintang 4. dia terpaksa dirumahkan gegara pandemi.

 




Sorenya aku mengajak Ranz ke 'Omah Lowo/Lawa' yang sekarang diubah menjadi museum/toko batik keris. Cuma lihat-lihat doang, ga berniat beli. Work from home membuatku merasa ga perlu beli baju baru. (ssshhhttt … alasan utama sih karena harga baju2nya mihil! Lol.) kita sempat mampir di café yang terletak di dalam situ juga. Aku memesan cappuccino hangat, Ranz ga pesan minum apa-apa karena ga ada coklat. (Kalau kita berdua ke café, biasanya aku pesan kopi, Ranz pesan coklat. She doesn't drink coffee.)

 




Dari sana, kita mampir ke Wedangan Pak Basuki, angkringan wajib kunjung karena teh nasgitelnya super ngangenin! Harga cemilan/jajanan yang lain memang mahal disini, tapi aku kesini hanya demi teh nasgitelnya, bukan yang lain. :D Sebenarnya dari Omah Lowo, Ranz menawariku mampir ke café Nue atau Pak Basuki. (Dia pingin minum coklat di café Nue itu.) Tapi, aku beralasan, "Café ada dimana-mana. Semarang juga buanyaaak. Tapi teh nasgitel yang super enak hanya ada di Pak Basuki." dan … yes, tentu saja Ranz mengalah. Hohoho …

 

Sekitar jam 22.00 kita balik ke rumah Ranz.

 

 

Kamis 29 Oktober 2020

 

 

Semalam Ranz bertanya kita mau berangkat jam berapa. Kujawab, "Santai, sebangunnya kita." (Dia suka ngeluh kalau pas hari libur, dia terpaksa bangun pagi karena di hari kerja dia sudah harus bangun pagi setiap hari, lol.) Ternyata jam lima pagi dia sudah memulai ritual paginya di kamar mandi. :)

 

Sekitar pukul 06.30 kita mulai mengayuh pedal meninggalkan area Jongke - Laweyan. Sengaja Ranz memilih jalan yang menuju Baki - Sukoharjo dan tidak lewat Kartasura agar kita tidak perlu terlalu sering berdampingan dengan bus di jalan raya. Ini adalah napak tilas pengalaman kita bersepeda Solo - Jogja 9 tahun lalu, Ranz juga mengajak lewat rute ini.  Bedanya waktu itu Ranz naik Snow White -- sepeda lipatku polygon urbano 3.0 buatan tahun 2010 -- karena di rak boncengan ada tas pannier yang berisi baju-bajuku -- sedangkan aku naik Pockie -- sepeda lipat pocket rocket buatan tahun 2009 -- tanpa pannier karena di Pockie tidak ada rak boncengan. Kali ini aku naik Austin -- sepeda lipat downtube nova buatan tahun 2011 -- dengan tas pannier mungil di rak boncengan, Ranz naik Petir sepeda lipat bazooka 14" yang dia buat jadi single speed.

 

Jika 9 tahun lalu Ranz sempat mengajakku beli jajanan sebelum meninggalkan pasar oleh-oleh Jongke, kali ini tidak, kebetulan juga tidak ada yang jualan jajan di pinggir jalan. Semalam aku tidak melakukan carbo loading padahal, hanya minum cappuccino di café Omah Lowo dan teh nasgitel di Wedangan Pak Basuki. Terakhir mengkonsumsi carbo ya Rabu siang, waktu maksi soto ayam.

 





Kita terus melaju tanpa berhenti sampai sekitar 15 menit, dimana di satu perempatan Ranz bilang jika kita belok kiri kita akan sampai di warung makan ayam goreng Mbah Karto - Sukoharjo. Loh, kok malah kita ke Selatan banget yak? Dan, ternyata memang benar, Ranz memilih rute yang membawa kita terlalu ke Selatan, hingga untuk 'kembali' ke jalan utama Solo - Jogja kita harus bersepeda ke arah Utara hingga kurang lebih 7 kilometer. Hohoho … Dalam hati sih aku sudah siap jika sampai harus mengayuh pedal sejauh 100 kilometer hari ini. Sekalian nge-grandfondo sajaaa. :D

 

Ketika akhirnya kita sampai di jalan propinsi Solo - Jogja, aku berpikir, kira-kira batas kota Solo - Klaten sudah kelewat belum ya? Secara aku sudah sengaja mengenakan sweater yang sama dengan yang kukenakan 9 tahun lalu je, untuk berfoto di perbatasan kota, untuk membandingkan tubuhku yang kian melar selama 9 tahun berlalu, lol. Jika sampai sudah kelewat, duuuuuh, musproooo keinginanku berfoto di titik sama mengenakan sweater yang sama. Lol.

 





Saat berpikir-pikir apakah kira-kira perbatasan kota telah lewat, mak jegagik yang kucari ada di depan mata! Horreeeee! Maka, dengan suka cita aku meminta Ranz memotretku disitu. Saat kubandingkan dengan fotoku 9 tahun yang lalu, hmmm … memang yang paling mencolok terlihat berbeda adalah tubuhku yang melebar ke samping, lol, namun senyumku tetap mempesona laaah. Lol.

 

 

Setelah berfoto -- Ranz menolak kufoto disitu -- kita melanjutkan perjalanan. Perutku mulai keroncongan. Tak lama kemudian kita mulai memasuki area pusat kota Klaten. Di Jalan Veteran, Ranz melihat ada sebuah warung makan sop ayam Klaten di seberang, Ranz menawariku mampir kesana. Aku langsung setuju. (Semula aku bilang ke Ranz ingin sarapan di RM Djatayu yang terletak tak jauh dari Candi Prambanan, tapi dia menolak. "Kejauhan! Keburu kelaparan!" komplainnya, lol.)

 





Selama sarapan, kita melihat banyak sekali pesepeda yang melintas, baik dari arah Solo ke Jogja, maupun sebaliknya, Jogja ke Solo. Ah … ini pas tanggal merah 29 Oktober 2020, Maulud Nabi. Apalagi semenjak pandemi, banyak orang yang mendadak bersepeda. :D

 

Usai sarapan, kita langsung melanjutkan perjalanan.

 

Alhamdulillah perjalanan lancar sampai kita masuk kota Jogja. Menjelang masuk Jalan Solo, aku mengajak Ranz belok kanan untuk masuk ke area Jalan Gejayan yang berubah nama menjadi Jl. Affandi. Di pertigaan sebelum sampai Universitas Sanata Dharma, kita belok kiri, masuk Jalan Colombo.  Kita mampir di satu angkringan karena Ranz merasa haus. Aku yang sudah tahu sebentar lagi akan sampai kawasan Bulaksumur, maka ga lama lagi akan sampai di hotel tempat kita menginap manut saja.

 

"Dari sini ke hotel masih seberapa jauh?" tanya Ranz.

 

"Di ujung jalan itu sudah RS Panti Rapih lho. And you know, ga jauh dari situ adalah Bunderan UGM. Dari situ ke hotel masih sekitar 1 - 2 kilometer lah." jawabku.

 

"Di ujung jalan itu, seberapa jauh kita ini dari ujung jalan itu?" tanya Ranz, penasaran, lol.

 

Kita hanya minum es teh, masing-masing segelas, kemudian kita lanjutkan perjalanan. Aku heran waktu melihat sebuah hotel yang cukup besar di sebelah kanan jalan, tidak jauh dari gerbang masuk UNY. Gile, ada hotel baru disini! Besar pula! Kira-kira target marketnya siapa? Keluarga wisudawan UGM/UNY? Wow.

 

Aku memilih lewat Jalan Kaliurang. Dari Bunderan UGM, kita masih melaju ke Barat, kemudian di perempatan yang di sebelah kiri ada Mirota Kampus dan di sebelah kanan ada KFC, aku mengajak Ranz belok kanan, ke arah Utara. Langsung jalan terasa nanjak halus. :D

 

Menjelang traffic light di Selokan Mataram, jalanan mulai terasa padat merayap. Menyeberang Selokan, jalanan kian padat. Ranz sudah booking kamar di hotel Sellinan OYO di Gang Megatruh, jarak satu gang dari kosku zaman kuliah dulu, Gang Mijil. Meski jalanan padat, baik dari arah Selatan maupun Utara, untung kita tidak kesulitan menyeberang untuk kemudian masuk ke Gang Megatruh.

 

 

Sekitar pukul 13.30 kita sudah check in. Hotel Sellinan ternyata fully-booked, untunglah Ranz sudah booking seminggu sebelumnya. Saat kita akan check in, ada dua orang datang bertanya apakah masih ada kamar kosong. Dijawab oleh resepsionis, semua kamar terisi. Ah iya, ini long weekend! Ga nyangka, tidak hanya hotel-hotel yang terletak di kawasan Malioboro yang fully-booked, namun juga hotel-hotel yang terletak di Jalan Kaliurang km. 5.

 



 

Setelah check in, memasukkan barang-barang kita di kamar -- kita mendapat kamar nomor 9 di lantai 2 -- kita keluar lagi. Kita makan siang gudeg di satu RM gudeg yang cukup terkenal yang terletak di pinggir Selokan Mataram. Setelah makan siang, kita mengayuh pedal menyusuri Selokan Mataram sampai Jalan Gejayan, kemudian belok kanan, Ranz mencari 'tempered glass' untuk hapenya yang baru. Dari sana, kita masuk ke area UNY, untuk kemudian keluar di Jl. Colombo, kita mampir ke Mirota Kampus. Ranz bilang dia lupa bawa celana pendek untuk ganti, in case hujan.

 

Ternyata ketika keluar dari Mirota, malah aku yang belanja celana pendek untukku dan Angie. Hahaha … Ranz didn't get any. Dari Mirota, kita mampir ke satu angkringan lagi, Ranz haus, dia pingin minum es the. Setelah itu, kita kembali ke penginapan.

 





Malamnya kita nongkrong di Sembari Café, yang terletak kira-kira 1,5 kilometer dari penginapan. Radit yang memberi tahu kita lokasi café itu kemudian menyusul kita untuk ngobrol bareng. Pukul 21.30 kita meninggalkan café.

 

Sekitar pukul 22.15 aku dan Ranz sudah (mencoba untuk) tidur. :)

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.