REJEKI OH REJEKI
Setahun yang lalu waktu aku berkunjung ke Bali mengawal
anak-anak field trip, aku bilang ke Ranz, my (biking) soul mate, “Nabung yuk,
biar kita bisa bikepacking ke Bali.” (btw, sudah sekitar 3 tahun terakhir aku
nyidam bersepeda di Bali, gowes dengan menaiki sepeda sendiri, bukan rental.)
Jawaban Ranz sedikit mengecewakan (juga menyedihkan), “Aku pesimis bisa
menabung buat bikepacking ke Bali. You know blah blah blah ...” LOL.
Siapa sangka setahun kemudian Ranz lah yang justru berusaha
keras untuk mewujudkan impian kita berdua ini? Tak tanggung-tanggung, tak hanya
kita bikepacking ke Bali, namun terus berlanjut hingga ke Lombok, terus
menyeberang ke Gili Trawangan.
Empat tahun yang lalu Om Hel promosi betapa cantiknya Lombok dan
aku KUDU nyempatin diri bersepeda di Lombok. Dengan santai kujawab, “Aku pasti
akan ke Lombok Om Hel.” Dia tanya, “Kapan?” “Belum tahu lah kalo sekarang.”
Jawabku sekedar ‘menghentikannya’ mengejarku. LOL. “Please come here before you
die. Or you will regret,” he insisted. “Don’t worry, I will have long life,”
jawabku yakin. LOL. “Are you god?” tanyanya. Hahahahaha ...
Aku sudah lupa perbincangan kita empat tahun lalu sampai setelah
aku sampai di Lombok, dan Om Hel mengundangku untuk menginap di rumahnya. Hwaaa
... Sudah telanjur di malam pertama aku sudah check in di Wisma Nusantara di
kawasan Cakranegara, dan malam kedua aku sudah setuju untuk menginap di rumah
Mba Ely. :)
“Mengapa Mba Nana memilih menginap di hotel yang murah? Jika ada
yang gratis?” kata Om Hel waktu kita makan malam bersama. LOL.
Begitulah. Kita kadang tidak tahu dari mana rejeki kita datang,
baik dalam bentuk uang, waktu senggang, kesehatan, termasuk teman-teman baik
yang meski selama ini hanya kita kenal lewat sosial media.
Senin 29 Juni 2015
Kita menginap di ANDI homestay yang harga sewa kamarnya murah
meriah untuk ukuran Gili Trawangan, yakni Rp. 350.000,00 (untuk dua malam) dengan fasilitas
double bed, fan, kamar mandi dalam + shower, dan breakfast. Mungkin karena kita
datang di bulan Ramadhan, penghuni homestay selain kita adalah turis
mancanegara. Penghuni dua kamar lain berbahasa Spanyol, dan mereka satu
rombongan (3 perempuan, satu laki-laki), penghuni satu kamar tidak jelas
berbahasa apa karena aku hanya melihat mereka lewat kamar tempat kita menginap
tanpa berbincang, sepasang lelaki dan perempuan. Penghuni kamar di pojok
berbahasa Inggris, mereka ramah sekali menyapa, “hello” ke kita ketika mereka
lewat dan kita sedang duduk-duduk di teras kamar.
Hari kedua di Gili Trawangan ini aku membangunkan Ranz pukul
06.00 untuk berburu pemandangan sunrise. Namun seperti yang kutulis di status
dan foto yang kuunggah beberapa hari lalu, kita memilih spot yang salah. LOL.
Pemandangan mentari terbit terhalang pulau di seberang. Mungkin itu Gili Air. Setelah
mendapatkan beberapa jepretan, (meski sunrise-nya di balik pulau), kita
berjalan-jalan di pinggir pantai, merasakan kelembutan pasir dan membuat
tapak-tapak kaki yang dengan mudah terhapus kala ombak mencumbu pantai.
Kita kembali ke penginapan sekitar pukul delapan.
Acara pagi ini di penginapan adalah ... mencuci pakaian. LOL. Sebagian
baju yang bersih (yang kita cuci di Sanur) telah dikirim balik lewat JNE oleh
Ranz. Hadeeehhh ... LOL. Usai mencuci, kita hanya nongkrong-nongkrong di teras,
mendengarkan empat turis mancanegara yang ribut sekali berbincang dalam bahasa
Spanyol. Sekitar pukul sebelas mereka keluar, mungkin akan berjemur. Kita
berdua masuk kamar. LOL. Kita tak perlu mengupayakan warna kulit kita kian
eksotis karena bersepeda melewati pulau Bali dari Gilimanuk hingga Padang Bai
kemudian menyeberang ke pulau Lombok lantas bersepeda di Lombok, dan
menyeberang ke Gili Trawangan, plus nyepeda di GT menunggu jam check in sudah
sangat membuat warna kulit kita gelap bercampur merah padam. LOL.
Di penginapan siang itu aku menyibukkan diri mengetik menulis
catatan perjalanan bikepacking kita. Sementara itu karena Ranz ga tahu mau
ngapain, dia malah molor! LOL.
Kita berdua keluar sekitar pukul tiga sore. Aku ingin bermain
air di kawasan “snorkeling” di tempat Ranz memotret Pockie satu hari
sebelumnya. To my disappointment, air laut sedang surut. Dan ternyata, seperti
di pantai Bama, ketika air laut surut, terlihatlah hamparan rumput hingga
puluhan meter. Air memang sangat bening, namun aku kesulitan untuk berjalan
menuju tengah laut (melewati hamparan rumput) karena banyaknya coral yang
lumayan tajam hingga jika tidak hati-hati bakal melukai tapak kaki. :(
suasana 'night market' di Gili Trawangan |
salah satu penjual di 'night market' dengan berbagai macam dagangannya |
Setelah membiarkan diri berpanas-panas ria di lokasi itu, kita melanjutkan perjalanan dengan melewati kawasan berpasir, sehingga terpaksa kita harus menggendong sepeda. Well, dalam perjalanan kali ini kita lumayan sering memanjakan sepeda dengan menggendongnya. LOL. Tujuan kita adalah Ombak Sunset hotel, dimana di depan hotel terletak 3 ayunan yang menjadi lokasi favorit turis untuk berfoto ria menjelang sunset.
Jangan heran jika selama berada di Gili Trawangan kita bakal
dimanjakan dengan pemandangan alam – berupa pantai – nan aduhai sekaligus para
turis bule yang hanya mengenakan bikini (cewe) maupun boxers (cowo) doang. LOL.
Jagalah matamu dengan santun hingga tak nampak begitu ngiler. LOL. Disini kita
akan menemukan pasangan, maupun rombongan atau keluarga yang berupa ayah ibu
dan anak yang sedang berlibur. Tentu karena kita berkunjung di bulan puasa,
sangat jarang kita menemukan turis dalam negeri. Sebagian besar dari mereka
berkulit putih dan berambut blonde.
Gili Trawangan bebas dari polusi kendaraan bermotor karena
memang tidak ada kendaraan bermotor. Alat transportasi yang ada disini berupa
sepeda, kereta kuda, atau kuda.
Setelah mendapatkan foto yang kita inginkan – sunset – kita
kembali ke penginapan. Sesampai penginapan, kita buru-buru mandi untuk segera
menuju pasar malam. Ranz sudah sangat lapar! Dan ... aku ... setelah sampai
pasar dan melihat begitu banyak ragam makanan, dengan mudah terprovokasi rasa
lapar. LOL.
Di meja tempat kita makan, ada empat rombongan / pasangan turis
yang berbeda. Keempat rombongan itu berbicara dalam bahasa yang berbeda! Ih
wow! Kita hanya mendengarkan sambil merasa terkagum-kagum (ndeso banget deh
pokoknya! LOL) karena para bule berkulit putih itu makan makanan Indonesia,
nasi plus berbagai macam sayuran, dengan botol bir bintang di tangan kiri
mereka. LOL. Emang enak ya habis makan minum bir? Hihihihihi ... Sebagian yang
lain sih membawa botol air mineral. :)
Pukul setengah sepuluh malam kita kembali ke penginapan. Saatnya
packing karena keesokan hari kita akan kembali ke Lombok terus ke Bali.
To be continued.
Sanur 00.17 01.07.2015
Luar biasa :-)
BalasHapusSemoga ada waktu untuk bisa menapaki jejakmu, mbak :-)
yes! yes!
Hapussemoga ya? amin _/\_