MEWUJUDKAN MIMPI:
BIKEPACKING KE BALI
Tahun ini selayaknya kita – aku dan Ranz – bersyukur kepada
semesta karena mimpi kita untuk berbikepacking ke Baluran dan Bali terwujud. Ke
TN Baluran a.k.a Africa van Java kita wujudkan di awal bulan Mei 2015;
sedangkan ke Bali saat ini sedang kita lakukan. Biasanya catatan tentang
bikepacking kutulis setelah usai perjalanan, kali ini aku ingin mencatat
sebelum usai karena kebetulan ada sinyal internet. (Bandingkan waktu kita ke
Baluran, di Pantai Bama sinyal hape saja tidak ada, apalagi internet. :) )
Hari Sabtu 20 Juni 2015 aku dan Ranz berangkat ke Solo setelah
aku menuntaskan tugas di kantor. (Kebetulan Ranz sedang ada di Semarang,
setelah malam sebelumnya kita ngabuburide bareng dalam rangka segowangi alias
‘Semarang gowes Jemuwah Bengi’.)
Minggu
21 Juni 2015
Kita berangkat ke Banyuwangi dengan mengendarai KA Sritanjung,
seperti yang kita lakukan wakt kita akan ke Baluran bulan Mei lalu. Seperti
waktu itu, kita melewati pintu pemeriksaan tiket lancar, meski bawaan kita
lumayan banyak, dua sepeda lipat, satu tas pannier besar yang biasa kita bawa
jika kita mbolang selama kurang lebih 4 – 5 hari, satu tas pannier kecil yang
biasa kita bawa jika kita mbolang hanya
dalam waktu 2 – 3 hari, satu tas pannier kecil yang biasa nangkring di
boncengan Austin atau di setang Cleopatra dan satu tas cangklong. Semua
beratnya mungkin lebih dari 50 kg. :)
Perjalanan yang memakan waktu 13 jam itu lancar. Berangkat dari
stasiun Purwosari tepat waktu, pukul 08.10, sampai di stasiun Banyuwangi Baru
pukul 21.15. Selama perjalanan di depan kita ada sepasang kakak adik kembar,
laki-laki dan perempuan. Si perempuan memanggil diri ‘kakak’, dan si laki-laki
dipanggil ‘adik’ oleh si perempuan. Keintiman mereka berdua sangat mudah dirasakan
oleh mereka yang berada di sekitar, mulai dari ngobrol tentang ‘period’, sampai
main game di tablet berdua. Orang tua mereka duduk di seberang ‘alley’. Mereka
juga turun di stasiun yang sama: Banyuwangi Baru.
Di Banyuwangi aku dan Ranz menginap di penginapan ‘Wisma Mulia’
yang terletak tak jauh dari Pelabuhan Penyeberangan Ketapang. Kurang lebih
sekitar 300 meter dari stasiun. Penginapan ini murah meriah, hanya Rp.
60.000,00 dengan fasilitas fan, kamar mandi dalam dan bed cukup untuk dua
orang.
Senin
22 Juni 2015
Kita meninggalkan penginapan pukul 05.00, terlambat 2 jam dari
waktu yang kita canangkan semula. Ternyata ... meski kita “hanya” duduk-duduk
di KA selama 13 jam, kita capek juga sehingga butuh mengaso lebih lama. Untuk
naik ferry, kita bayar Rp. 17.000,00 untuk 2 orang dan 2 sepeda lipat. Ferry
berangkat pukul 05.45 WIB.
Dalam ferry, tidak terlihat tumpukan penumpang. Di dek bawah
kulihat ada sekitar 12 mobil/truk kecil. Ada beberapa sepeda motor dan dua buah
seli milik kita. J Perjalanan
lancar dan kita sampai di Gilimanuk pukul 07.30 WITA. Meski penumpang tidak
banyak, kita ternyata butuh 30 menit untuk keluar dari ferry.
Pukul 08.00 WITA kita mulai gowes meninggalkan pintu gerbang
pelabuhan Gilimanuk. Tak jauh kita mengayuh pedal, kita melewati sebuah gapura
dengan tulisan TAMAN NASIONAL BALI BARAT. Selepas melewati gapura itu, di sisi
kiri dan kanan jalan kita melihat hutan. Aku bersyukur karena kita tidak jadi
berangkat pukul tiga dini hari karena jika harus melewati kawasan hutan itu di
saat gelap, bakal merasa ngeri juga. :)
Trek awal masih lumayan bersahabat, rolling namun tidak terlalu
curam. Kita memilih rute Gilimanuk – Negara – Tabanan – Denpasar – Kuta. Selepas
Negara tanjakan kian terasa curam, dan kita tetap lebih sering melewati hutan
ketimbang perumahan penduduk. Trek yang mirip dengan pemandangan yang hampir
sama membuat kita tidak sering berhenti untuk foto-foto. Dan kita sadar, jarak
yang kita tempuh lumayan jauh buat bikepacker nyante seperti kita : 142 km.
Wedew. Tanjakan yang terasa kian tajam saat kita memasuki area yang disebut
‘Pekututan’, kita jalani dalam diam dan (sedikit) keprihatinan, “ini trek
rolling kapan berhentinya yak?” LOL. Kita sudah merindukan trek datar sajah,
kita ga butuh tantangan. LOL. Namun apalah daya kita harus terus menerus
prihatin. LOL. Buat mereka yang familiar dengan trek Jambu Ambarawa – Secang,
nah trek mirip seperti itu, namun panjangnya dua setengah kali lipat. Hedew.
Di sepanjang perjalanan tidak ada mini market dimana kita bisa
mampir buat ngadem di lokasi AC. LOL. Ah yeah, kita kok ga kepikiran buat nunut
ngadem di booth ATM yak? LOL. Kita kadang berhenti untuk istirahat di SPBU,
selain untuk nunut buang air kecil, juga leyeh-leyeh sejenak. Di pagi hari kita
lumayan menikmati mendung, lepas dari pukul 10.00 WITA kita terus menerus
dihajar panas.
Apa pun itu, alhamdulillah kita bisa mewujudkan impian kita
gowes dari Gilimanuk ke Kuta. Dalam
perjalanan kita bertemu dengan seorang bikepacker naik federal. Dari wajahnya
kupikir dia orang Indonesia. Namun setelah kusapa menggunakan bahasa Indonesia,
dia menjawab dengan sangat terbata-bata, maka aku langsung ‘switched’ to
English, “Hey, you are not Indonesian! Where are you from?” Ternyata dia dari
Jepang, sudah keliling Bali dan Lombok selama satu bulan. Karena dia mengayuh
pedal sepedanya nyantai, dan kita buru-buru, kita meninggalkannya ketika dia
harus berhenti di satu tempat.
Stress mulai melandaku ketika kita sudah (merasa) dekat tujuan,
yakni Pantai Kuta, sekitar pukul tujuh malam. (Yak, kita telah gowes selama 11
jam!) Tahun lalu aku ke Kuta sama anak-anak naik taksi dari bandara, kemudian
kita ke lokasi-lokasi lain naik mobil carteran, dan ... aku tidak ingat
jalannya. LOL. Kita sudah bertanya ke beberapa orang yang ternyata memberi arah
yang membingungkan, dan GPS pun membuat kita bingung. LOL. Oh gosh ... aku
sudah sangat lelah. Ranz menatapku yang kelelahan dengan sorot mata, “Yang
sabar yaaa ... bentar yaaa ...” huffttt ...
Syukurlah jelang pukul 20.00 kita sampai di Hotel Tamansari di
Poppies 2 Legian Kuta. Kita telah booking satu kamar untuk dua malam disini. Rasanya
legaaa. LOL. Dan ... ketika kita diantar ke kamar, kita harus naik tangga
sampai ke lantai 3! Yay! Sambil membawa pannier yang beratnya sama dengan satu
seli. Yay! LOL.
Usai mandi,
kita keluar ke jalan Legian, bergaya ala turis di lingkungan yang sangat
internasional ini. LOL. Dimana-mana kita melihat penampakan bule. Orang lokal
pun nampak seperti orang asing di negeri sendiri. LOL. Pukul 11 malam kita
kembali ke hotel. Saatnya istirahat!
Jarak
tempuh gowes 142 km.
Selasa 23 Juni 2015
Rencana hari kedua di Bali ini kita ke GWK
kemudian lanjut ke Pantai Pandawa. Untuk urusan mencari jalan, percayakan pada
Ranz. :) Meski semalam kita
mutar-mutar kawasan Kuta mencari Poppies 2 Legian, dia langsung menemukan jalan
keluar dari kawasan Kuta. GPS memberi arah yang lumayan gampang diikuti hingga
kita sampai di pintu gapura UNIVERSITAS UDAYANA.
Dari situ
trek mulai nanjak. Tak jauh dari gapura, kita
mampir ke satu mini market karena butuh membeli sesuatu. Merasa kita ga
bakal lama di dalam, kita meninggalkan dua seli di luar tanpa pengawasan, satu
pelajaran yang “sangat mahal harganya” kata Om Leo di satu komen. FYI, sejak kita
bikepacking tahun 2011, kita tentu sering mampir ke mini market atau kemana kek
untuk membeli sesuatu. So far so good. Karena itulah kita ‘terlena’ dan
meninggalkan kamera di dalam tas kamera yang ditalikan di setang Pockie, seli
Ranz.
Kita di
dalam tidak lama, mungkin sekitar 10 menit. Ketika keluar, Ranz yang langsung
ngeh tidak lihat selinya langsung bertanya, “Lho Pockie dimana?” Aku bengong,
dan baru nyadar bahwa Austin tinggal sendirian. Pockie hilang! Aku masih
berusaha menghibur diri bahwa seseorang mengajak kita main petak umpet. Ranz
langsung keluar ke jalan, celingak celinguk, dan matanya yang awas melihat
Pockie dalam kondisi jatuh di kubangan, kurang lebih 100 meter dari mini market
tempat kita mampir. Ranz berlari menghampiri Pockie. Aku sempat kepikiran
berlari juga, namun akal sehatku mengatakan, jika Austin kutinggal,
jangan-jangan waktu kita balik Austin ikutan dibawa kabur seseorang. Maka aku
pun bergegas mengambil Austin, menaikinya dan mengejar Ranz.
Terheran-heran
apa maksud di pencuri membawa kabur Pockie namun kemudian , di pinggir jalan,
dan karena badan jalan miring, Pockie pun jatuh. Baru kusadari maksud si
pencuri waktu Ranz bilang, “Shane was gone! It was stolen!” Aku masih berharap
it was just a nightmare, dan kita berdua terbanguna dan melanjutkan
bikepacking.
But that
was not a nightmare. That was a lesson! A lesson for both of us to be more
careful in the future, pelajaran yang membuat kita harus alert bahwa tak semua
orang bisa dipercaya.
Saat
kejadian itu aku lebih panik ketimbang Ranz yang nampak lebih ‘cool’. Dia
kembali ke mini market, berbicara pada pegawai yang ada tentang kejadian yang
kita alami dan minta izin untuk melihat rekaman cctv. Sayangnya para pegawai
yang ada tidak memiliki password yang dipasang sehingga tidak bisa langsung
menunjukkan rekaman cctv yang ada. Ranz meninggalkan nomor hapenya, minta
dihubungi jika saat pihak manajemen mini market bisa menunjukkan rekaman cctv.
Mood-ku
telah drop. Pengennya balik ke hotel saja. Namun karena Ranz tahu aku nyidam
berfoto ria di lokasi GWK, dia malah mengajakku untuk terus.
Kita
berhasil sampai GWK, namun aku menolak ajakan Ranz untuk masuk ke dalamnya. Aku
juga menolak ajakan Ranz untuk terus gowes ke Pantai Pandawa. Kali ini Ranz
setuju, kita kembali ke Kuta.
Siang itu
kita sempat menikmati panasnya pantai Kuta dengan pemandangan para bule yang
sedang sunbathing. Namun mood kita sedang buruk. Pukul 13.30 WITA Ranz mengajak
kembali ke hotel.
Pukul 16.00
WITA semula aku berencana berenang di kolam renang hotel namun tidak jadi
karena Ranz dihubungi pihak mini market yang siap menunjukkan rekaman cctv. Kita
pun kembali gowes ke arah yang sama yang kita lewati di pagi hari. Kali ini
waktu Ranz berada di dalam mini market, aku menunggu di luar, menjaga dua seli
kita.
Sekitar
pukul 18.00 WITA kita telah kembali ke pantai Kuta, untuk mengabadikan sunset.
Mood-ku mulai membaik, berbanding terbalik dengan mood Ranz. Well,
understandable sih.
30 menit
kemudian kita telah kembali ke hotel, membawa satu porsi rujak yang kita beli
di pinggir pantai. Usai makan rujak, kita kembali ke kawasan yang sama di
kawasan ‘beachwalk’ untuk membeli es krim, dan Ranz janjian ketemuan dengan
seorang kawan lama disana.
Pukul 21.30
WITA kita meninggalkan lokasi ngobrol dengan Mita, kawan lama Ranz ini.
Menjelang
tidur malam, mood kita sama-sama buruk.
Jarak
tempuh gowes 50 km.
Rabu 24 Juni 2015
Kita bangun
pukul 06.30 WITA, mandi dan packing. Pukul 08.00 WITA kita check out. Rencana
hari ini kita pindah hotel ke kawasan Sanur. Dalam perjalanan kita mampir ke
Pantai Serangan.
Pantai ini
terbagi menjadi dua kawasan. Yang pertama kita kunjungi adalah pusat ‘water
sports’. Disini banyak terlihat speed boat dan perahu yang dinaiki turis untuk
diving. Kita lihat banyak bus pariwisata yang terparkir di tempat parkir.
Mungkin para turisnya sedang menikmati speed boat atau berdiving ria somewhere.
Di pinggir pantai kulihat beberapa anak muda yang sedang bermain voli pantai.
Kita tidak menghabiskan waktu lama disini. Setelah beberapa jepretan foto, kita
kembali melanjutkan perjalanan.
Kala kita
hendak meninggalkan kawasan tersebut, kita melihat pintu masuk menuju pantai. Kita pun belok ke situ. Ternyata
itu adalah kawasan reklamasi peninggalan orde baru. Jaraknya sekitar 4
kilometer dari pintu masuk. Oh ya, kita tidak ditarik retribusi karena kita
naik sepeda.
Setelah kita sampai pantai, wuuuaaahhh ... airnya bening! Dan suasana disini sepi, sangat kontras dengan suasana di Pantai Kuta. Jika di Pantai Kuta kita melihat begitu banyak orang lalu lalang, berjemur, berenang, surfing, di Pantai Serangan kita melihat tak lebih dari 10 orang turis. Sangat nyaman bagi mereka yang menyukai ketenangan.
Kita berdua
pun duduk nyaman di kursi panjang yang banyak tersedia di pinggir pantai,
menikmati pemandangan sambil ngobrol. Mood kita lebih baik dibanding semalam.
Pukul 13.30
WITA kita melanjutkan gowes ke pantai Sanur. Untuk malam ketiga dan keempat
kita telah booking di Srideva Guest House di Jalan Danau Poso.
Karena
rencana perjalanan kita masih cukup panjang, dan kita tidak membawa banyak
pakaian karena khawatir memberatkan, untuk kali pertama kita bikepacking, kita
mencuci pakaian! Wow! LOL. Setelah check in di Srideva, itulah hal pertama yang
kita lakukan. :D
Sore hari,
pukul 16.30 kita gowes ke kawasan Pantai Sanur. Kita mengayuh pedal sepeda di
trek yang disediakan oleh pihak pengelola, di sepanjang pinggir pantai Sanur
hingga pantai Sindhu. Kita berhenti ketika Ranz melihat seorang pedagang jagung
bakar dan menawariku. Kuterima tawarannya. :) Di lokasi
itu kita beli jagung bakar dan sate ikan yang rasanya, hmmmm ... nyum nyum.
Pukul 18.15
WITA kita keluar dari kawasan pantai, kembali mengayuh pedal sepeda menuju
penginapan kita.
Jarak gowes
hari ini 35 km.
To be
continued.
SD Sanur
22.31 24 June 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.