Cari Blog Ini

Rabu, 05 Agustus 2015

Mewujudkan Mimpi: Bikepacking ke Bali (episode 1)



MEWUJUDKAN MIMPI:
BIKEPACKING KE BALI

Tahun ini selayaknya kita – aku dan Ranz – bersyukur kepada semesta karena mimpi kita untuk berbikepacking ke Baluran dan Bali terwujud. Ke TN Baluran a.k.a Africa van Java kita wujudkan di awal bulan Mei 2015; sedangkan ke Bali saat ini sedang kita lakukan. Biasanya catatan tentang bikepacking kutulis setelah usai perjalanan, kali ini aku ingin mencatat sebelum usai karena kebetulan ada sinyal internet. (Bandingkan waktu kita ke Baluran, di Pantai Bama sinyal hape saja tidak ada, apalagi internet. :) )

Hari Sabtu 20 Juni 2015 aku dan Ranz berangkat ke Solo setelah aku menuntaskan tugas di kantor. (Kebetulan Ranz sedang ada di Semarang, setelah malam sebelumnya kita ngabuburide bareng dalam rangka segowangi alias ‘Semarang gowes Jemuwah Bengi’.) 

Minggu 21 Juni 2015 

Kita berangkat ke Banyuwangi dengan mengendarai KA Sritanjung, seperti yang kita lakukan wakt kita akan ke Baluran bulan Mei lalu. Seperti waktu itu, kita melewati pintu pemeriksaan tiket lancar, meski bawaan kita lumayan banyak, dua sepeda lipat, satu tas pannier besar yang biasa kita bawa jika kita mbolang selama kurang lebih 4 – 5 hari, satu tas pannier kecil yang biasa kita bawa jika kita mbolang hanya  dalam waktu 2 – 3 hari, satu tas pannier kecil yang biasa nangkring di boncengan Austin atau di setang Cleopatra dan satu tas cangklong. Semua beratnya mungkin lebih dari 50 kg. :)

dalam KA Sritanjung

Perjalanan yang memakan waktu 13 jam itu lancar. Berangkat dari stasiun Purwosari tepat waktu, pukul 08.10, sampai di stasiun Banyuwangi Baru pukul 21.15. Selama perjalanan di depan kita ada sepasang kakak adik kembar, laki-laki dan perempuan. Si perempuan memanggil diri ‘kakak’, dan si laki-laki dipanggil ‘adik’ oleh si perempuan. Keintiman mereka berdua sangat mudah dirasakan oleh mereka yang berada di sekitar, mulai dari ngobrol tentang ‘period’, sampai main game di tablet berdua. Orang tua mereka duduk di seberang ‘alley’. Mereka juga turun di stasiun yang sama: Banyuwangi Baru.

Di Banyuwangi aku dan Ranz menginap di penginapan ‘Wisma Mulia’ yang terletak tak jauh dari Pelabuhan Penyeberangan Ketapang. Kurang lebih sekitar 300 meter dari stasiun. Penginapan ini murah meriah, hanya Rp. 60.000,00 dengan fasilitas fan, kamar mandi dalam dan bed cukup untuk dua orang.

Senin 22 Juni 2015

Kita meninggalkan penginapan pukul 05.00, terlambat 2 jam dari waktu yang kita canangkan semula. Ternyata ... meski kita “hanya” duduk-duduk di KA selama 13 jam, kita capek juga sehingga butuh mengaso lebih lama. Untuk naik ferry, kita bayar Rp. 17.000,00 untuk 2 orang dan 2 sepeda lipat. Ferry berangkat pukul 05.45 WIB.

Dalam ferry, tidak terlihat tumpukan penumpang. Di dek bawah kulihat ada sekitar 12 mobil/truk kecil. Ada beberapa sepeda motor dan dua buah seli milik kita. J Perjalanan lancar dan kita sampai di Gilimanuk pukul 07.30 WITA. Meski penumpang tidak banyak, kita ternyata butuh 30 menit untuk keluar dari ferry.



Pukul 08.00 WITA kita mulai gowes meninggalkan pintu gerbang pelabuhan Gilimanuk. Tak jauh kita mengayuh pedal, kita melewati sebuah gapura dengan tulisan TAMAN NASIONAL BALI BARAT. Selepas melewati gapura itu, di sisi kiri dan kanan jalan kita melihat hutan. Aku bersyukur karena kita tidak jadi berangkat pukul tiga dini hari karena jika harus melewati kawasan hutan itu di saat gelap, bakal merasa ngeri juga. :)
 
Trek awal masih lumayan bersahabat, rolling namun tidak terlalu curam. Kita memilih rute Gilimanuk – Negara – Tabanan – Denpasar – Kuta. Selepas Negara tanjakan kian terasa curam, dan kita tetap lebih sering melewati hutan ketimbang perumahan penduduk. Trek yang mirip dengan pemandangan yang hampir sama membuat kita tidak sering berhenti untuk foto-foto. Dan kita sadar, jarak yang kita tempuh lumayan jauh buat bikepacker nyante seperti kita : 142 km. Wedew. Tanjakan yang terasa kian tajam saat kita memasuki area yang disebut ‘Pekututan’, kita jalani dalam diam dan (sedikit) keprihatinan, “ini trek rolling kapan berhentinya yak?” LOL. Kita sudah merindukan trek datar sajah, kita ga butuh tantangan. LOL. Namun apalah daya kita harus terus menerus prihatin. LOL. Buat mereka yang familiar dengan trek Jambu Ambarawa – Secang, nah trek mirip seperti itu, namun panjangnya dua setengah kali lipat. Hedew.




Di sepanjang perjalanan tidak ada mini market dimana kita bisa mampir buat ngadem di lokasi AC. LOL. Ah yeah, kita kok ga kepikiran buat nunut ngadem di booth ATM yak? LOL. Kita kadang berhenti untuk istirahat di SPBU, selain untuk nunut buang air kecil, juga leyeh-leyeh sejenak. Di pagi hari kita lumayan menikmati mendung, lepas dari pukul 10.00 WITA kita terus menerus dihajar panas.


ngaben


Apa pun itu, alhamdulillah kita bisa mewujudkan impian kita gowes dari Gilimanuk ke Kuta.  Dalam perjalanan kita bertemu dengan seorang bikepacker naik federal. Dari wajahnya kupikir dia orang Indonesia. Namun setelah kusapa menggunakan bahasa Indonesia, dia menjawab dengan sangat terbata-bata, maka aku langsung ‘switched’ to English, “Hey, you are not Indonesian! Where are you from?” Ternyata dia dari Jepang, sudah keliling Bali dan Lombok selama satu bulan. Karena dia mengayuh pedal sepedanya nyantai, dan kita buru-buru, kita meninggalkannya ketika dia harus berhenti di satu tempat.


Stress mulai melandaku ketika kita sudah (merasa) dekat tujuan, yakni Pantai Kuta, sekitar pukul tujuh malam. (Yak, kita telah gowes selama 11 jam!) Tahun lalu aku ke Kuta sama anak-anak naik taksi dari bandara, kemudian kita ke lokasi-lokasi lain naik mobil carteran, dan ... aku tidak ingat jalannya. LOL. Kita sudah bertanya ke beberapa orang yang ternyata memberi arah yang membingungkan, dan GPS pun membuat kita bingung. LOL. Oh gosh ... aku sudah sangat lelah. Ranz menatapku yang kelelahan dengan sorot mata, “Yang sabar yaaa ... bentar yaaa ...” huffttt ...

Syukurlah jelang pukul 20.00 kita sampai di Hotel Tamansari di Poppies 2 Legian Kuta. Kita telah booking satu kamar untuk dua malam disini. Rasanya legaaa. LOL. Dan ... ketika kita diantar ke kamar, kita harus naik tangga sampai ke lantai 3! Yay! Sambil membawa pannier yang beratnya sama dengan satu seli. Yay! LOL.

Ranz di monumen bom Bali

Usai mandi, kita keluar ke jalan Legian, bergaya ala turis di lingkungan yang sangat internasional ini. LOL. Dimana-mana kita melihat penampakan bule. Orang lokal pun nampak seperti orang asing di negeri sendiri. LOL. Pukul 11 malam kita kembali ke hotel. Saatnya istirahat!

Jarak tempuh gowes 142 km.

Selasa 23 Juni 2015

Rencana hari kedua di Bali ini kita ke GWK kemudian lanjut ke Pantai Pandawa. Untuk urusan mencari jalan, percayakan pada Ranz. :) Meski semalam kita mutar-mutar kawasan Kuta mencari Poppies 2 Legian, dia langsung menemukan jalan keluar dari kawasan Kuta. GPS memberi arah yang lumayan gampang diikuti hingga kita sampai di pintu gapura UNIVERSITAS UDAYANA.

Dari situ trek mulai nanjak. Tak jauh dari gapura, kita  mampir ke satu mini market karena butuh membeli sesuatu. Merasa kita ga bakal lama di dalam, kita meninggalkan dua seli di luar tanpa pengawasan, satu pelajaran yang “sangat mahal harganya” kata Om Leo di satu komen. FYI, sejak kita bikepacking tahun 2011, kita tentu sering mampir ke mini market atau kemana kek untuk membeli sesuatu. So far so good. Karena itulah kita ‘terlena’ dan meninggalkan kamera di dalam tas kamera yang ditalikan di setang Pockie, seli Ranz.

Kita di dalam tidak lama, mungkin sekitar 10 menit. Ketika keluar, Ranz yang langsung ngeh tidak lihat selinya langsung bertanya, “Lho Pockie dimana?” Aku bengong, dan baru nyadar bahwa Austin tinggal sendirian. Pockie hilang! Aku masih berusaha menghibur diri bahwa seseorang mengajak kita main petak umpet. Ranz langsung keluar ke jalan, celingak celinguk, dan matanya yang awas melihat Pockie dalam kondisi jatuh di kubangan, kurang lebih 100 meter dari mini market tempat kita mampir. Ranz berlari menghampiri Pockie. Aku sempat kepikiran berlari juga, namun akal sehatku mengatakan, jika Austin kutinggal, jangan-jangan waktu kita balik Austin ikutan dibawa kabur seseorang. Maka aku pun bergegas mengambil Austin, menaikinya dan mengejar Ranz.



Terheran-heran apa maksud di pencuri membawa kabur Pockie namun kemudian , di pinggir jalan, dan karena badan jalan miring, Pockie pun jatuh. Baru kusadari maksud si pencuri waktu Ranz bilang, “Shane was gone! It was stolen!” Aku masih berharap it was just a nightmare, dan kita berdua terbanguna dan melanjutkan bikepacking.

But that was not a nightmare. That was a lesson! A lesson for both of us to be more careful in the future, pelajaran yang membuat kita harus alert bahwa tak semua orang bisa dipercaya.

Saat kejadian itu aku lebih panik ketimbang Ranz yang nampak lebih ‘cool’. Dia kembali ke mini market, berbicara pada pegawai yang ada tentang kejadian yang kita alami dan minta izin untuk melihat rekaman cctv. Sayangnya para pegawai yang ada tidak memiliki password yang dipasang sehingga tidak bisa langsung menunjukkan rekaman cctv yang ada. Ranz meninggalkan nomor hapenya, minta dihubungi jika saat pihak manajemen mini market bisa menunjukkan rekaman cctv.



Mood-ku telah drop. Pengennya balik ke hotel saja. Namun karena Ranz tahu aku nyidam berfoto ria di lokasi GWK, dia malah mengajakku untuk terus.
Kita berhasil sampai GWK, namun aku menolak ajakan Ranz untuk masuk ke dalamnya. Aku juga menolak ajakan Ranz untuk terus gowes ke Pantai Pandawa. Kali ini Ranz setuju, kita kembali ke Kuta.

Siang itu kita sempat menikmati panasnya pantai Kuta dengan pemandangan para bule yang sedang sunbathing. Namun mood kita sedang buruk. Pukul 13.30 WITA Ranz mengajak kembali ke hotel.

Pukul 16.00 WITA semula aku berencana berenang di kolam renang hotel namun tidak jadi karena Ranz dihubungi pihak mini market yang siap menunjukkan rekaman cctv. Kita pun kembali gowes ke arah yang sama yang kita lewati di pagi hari. Kali ini waktu Ranz berada di dalam mini market, aku menunggu di luar, menjaga dua seli kita.

Sekitar pukul 18.00 WITA kita telah kembali ke pantai Kuta, untuk mengabadikan sunset. Mood-ku mulai membaik, berbanding terbalik dengan mood Ranz. Well, understandable sih.


30 menit kemudian kita telah kembali ke hotel, membawa satu porsi rujak yang kita beli di pinggir pantai. Usai makan rujak, kita kembali ke kawasan yang sama di kawasan ‘beachwalk’ untuk membeli es krim, dan Ranz janjian ketemuan dengan seorang kawan lama disana.

Pukul 21.30 WITA kita meninggalkan lokasi ngobrol dengan Mita, kawan lama Ranz ini.

Menjelang tidur malam, mood kita sama-sama buruk.

Jarak tempuh gowes 50 km.

Rabu 24 Juni 2015  

Kita bangun pukul 06.30 WITA, mandi dan packing. Pukul 08.00 WITA kita check out. Rencana hari ini kita pindah hotel ke kawasan Sanur. Dalam perjalanan kita mampir ke Pantai Serangan.

Pantai ini terbagi menjadi dua kawasan. Yang pertama kita kunjungi adalah pusat ‘water sports’. Disini banyak terlihat speed boat dan perahu yang dinaiki turis untuk diving. Kita lihat banyak bus pariwisata yang terparkir di tempat parkir. Mungkin para turisnya sedang menikmati speed boat atau berdiving ria somewhere. Di pinggir pantai kulihat beberapa anak muda yang sedang bermain voli pantai. Kita tidak menghabiskan waktu lama disini. Setelah beberapa jepretan foto, kita kembali melanjutkan perjalanan.


menuju pantai Serangan

Kala kita hendak meninggalkan kawasan tersebut, kita melihat pintu  masuk menuju pantai. Kita pun belok ke situ. Ternyata itu adalah kawasan reklamasi peninggalan orde baru. Jaraknya sekitar 4 kilometer dari pintu masuk. Oh ya, kita tidak ditarik retribusi karena kita naik sepeda.


bukan aku, juga bukan Ranz, for sure ... just a random bule :D



Setelah kita sampai pantai, wuuuaaahhh ... airnya bening! Dan suasana disini sepi, sangat kontras dengan suasana di Pantai Kuta. Jika di Pantai Kuta kita melihat begitu banyak orang lalu lalang, berjemur, berenang, surfing, di Pantai Serangan kita melihat tak lebih dari 10 orang turis. Sangat nyaman bagi mereka yang menyukai ketenangan.

Kita berdua pun duduk nyaman di kursi panjang yang banyak tersedia di pinggir pantai, menikmati pemandangan sambil ngobrol. Mood kita lebih baik dibanding semalam.

Pukul 13.30 WITA kita melanjutkan gowes ke pantai Sanur. Untuk malam ketiga dan keempat kita telah booking di Srideva Guest House di Jalan Danau Poso.

Karena rencana perjalanan kita masih cukup panjang, dan kita tidak membawa banyak pakaian karena khawatir memberatkan, untuk kali pertama kita bikepacking, kita mencuci pakaian! Wow! LOL. Setelah check in di Srideva, itulah hal pertama yang kita lakukan. :D





Sore hari, pukul 16.30 kita gowes ke kawasan Pantai Sanur. Kita mengayuh pedal sepeda di trek yang disediakan oleh pihak pengelola, di sepanjang pinggir pantai Sanur hingga pantai Sindhu. Kita berhenti ketika Ranz melihat seorang pedagang jagung bakar dan menawariku. Kuterima tawarannya. :) Di lokasi itu kita beli jagung bakar dan sate ikan yang rasanya, hmmmm ... nyum nyum.
Pukul 18.15 WITA kita keluar dari kawasan pantai, kembali mengayuh pedal sepeda menuju penginapan kita. 

Jarak gowes hari ini 35 km.

To be continued.

SD Sanur 22.31 24 June 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.