Menjemput Minul
Latar
belakang
Hari Minggu 8 Oktober 2017 aku menemani Ranz
membawa kembali dua sepeda lipatnya ke Solo, yang dia bawa ke Semarang beberapa
minggu sebelumnya untuk dipakai dalam 7amselinas. Pockie – sepeda lipat pocket
rocket 20” – dipakai oleh Dwi karena Oddie – sepeda lipat miliknya – telah dia
bawa ke Tangerang. (Dwi pindah ke Tangerang sejak Juli 2017 demi menyongsong
masa depan.) Astro – sepeda lipat terbaru milik Ranz; polygon urbano 3.0 –
untuk dinaiki Ranz sendiri. Ternyata ketika tahu kita berdua akan ke Solo pagi
itu, Avitt ngikut, mengajak Minul, sepeda lipat urbano 2.0.
Ternyata hari Minggu malam waktu kita NR, ban
depan Minul bocor. L
ketika kita memutuskan tetap berangkat NR : aku naik Pockie, Ranz naik Jean
Grey, dan Avitt naik Shaun, ternyata hujan kembali turun. Terpaksa kita tidak
jadi keliling Solo. Kita hanya makan malam ayam geprek, kemudian mampir ke
wedangan Pak Basuki yang kelezatan teh nasgitel-nya tidak ada duanya. Keasyikan
ngobrol disini lah – bersama dua kawan pesepeda dari Solo, Awan dan Fuad – kita
pulang terlalu malam, dan tukang tambal ban tempat kita menambalkan ban depan
Minul sudah tutup. Akhirnya Senin pagi aku dan Avitt balik ke Semarang tanpa
membawa sepeda. J
Jumat
13 Oktober 2017
Ranz berinisiatif membawa Minul ke Semarang, dan
tidak menunggu Avitt menjemput ke Solo. Dan, kita ngedate di Kampung Kopi
Banaran. J
Ketika aku bilang ke Ranz ingin naik Cleopatra dari Semarang, dia menahanku
melakukannya. Sebagai ganti, dia minta aku loading saja, dan ini berarti aku
membawa Austin. Aku setuju, sekalian aku ingin ‘berdandan ala’ peserta
7amselinas. J
Sejak mendapatkan goodie bag berisi pernak-pernik peserta 7amselinas, jersey
peserta 7amselinas belum kupakai. Ranz pun setuju mengenakan jersey peserta
7amselinas. DEAL!
Austin di Gombel |
Aku berangkat dari kawasan Banjirkanal Barat
sekitar pukul 06.30. Perjalanan lancar sampai Sukun, sekitar satu jam kemudian.
Di Gombel tidak ada kemacetan. Sesampai Sukun, kebetulan ada sebuah bus jurusan
Solo yang sedang ngetem, aku langsung naik. Sedikit ketidaknyamanan karena
mendadak Austin sulit dilipat ternyata tidak membuatku kesulitan; sang
kondektur malah memintaku tidak usah melipat Austin, kecuali setangnya.
Akhirnya Austin pun naik ke dalam badan bus (bukan di bagasi) dan diletakkan di
antara deretan kursi paling belakang dengan kursi yang ada di depannya. Aku pun
duduk di bangku di deretan belakang. Aku cukup membayar Rp. 10.000,00. Wah ... J
FYI, suasana bus cukup sepi. Mungkin karena sudah
bisa mengira bahwa bus bakal sepi, sang kondektur menyuruhku langsung menaikkan
Austin ke dalam bus, tanpa perlu melipatnya.
Bus sampai di terminal Bawen sekitar pukul
setengah sembilan. Setelah turun dari bus, aku melihat 2 bus Trans Jateng
sedang ngetem. Wah ... andai boleh membawa sepeda lipat ke dalam bus Trans
Jateng, para lipaters dari kota Semarang bagian bawah ga perlu repot menaiki
sepedanya ke Sukun yak? J
Setelah keluar dari terminal Bawen, trek turunan
menyambutku, menuju Kampung Kopi Banaran. J
ini berarti aku harus siap-siap menanjak waktu meninggalkan KaKoBa nanti. J
Aku sampai di KaKoBa sebelum jam sembilan. Ranz
datang sebelum jam 10. Dan ... ternyata dia tidak loading! Dia naiki Minul dari
Solo ke KaKoBa. Hmft ... curang dia! Aku ga dia bolehin nyepeda dari Semarang,
dia sendiri ngonthel. Hadeeeeh ...
Kita meninggalkan KaKoBa sekitar pukul satu
siang. Perjalanan menuju Semarang kita disuguhi cuaca yang sangat variatif:
mulai dari panas, mendung, hingga hujan. Untunglah hujan tidak pernah turun
terlalu lama, hingga kita tak perlu repot-repot merasa perlu mengenakan mantel.
Kita memang harus berhenti, namun agar Ranz bisa menyelamatkan kamera yang dia
bawa ke dalam tasnya yang water proof.
Kita sampai kos Ranz sekitar pukul setengah empat
sore, sempat mampir ke angkringan dua kali. Yang pertama di Ungaran, yang kedua
di jalan Suyudono.
LG 13.48 17/10/2017
Ini dia penampakan Minul :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.