SEGOWANGI 44
Penyelenggaraan segowangi di bulan September 2017 adalah
penyelenggaraan yang ke-44, sejak Februari 2014. Personally, I have been deeply
indebted to some people around me who have been very loyal in accompanying and
supporting me to hold this monthly event: the girls in Semarang Velo Girls,
especially Ranz and Tami.
Untuk bulan September tahun ini, tema yang kupilih adalah SHARE THE ROAD karena
aku ingin lebih memasyarakatkan Undang
Undang no 22 tahun 2009, terutama pasal 106 ayat 2 yang
berbunyi kendaraan bermotor
wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki dan pesepeda. Undang
undang ini dibuat 8 tahun yang lalu, namun belum tentu seluruh lapisan
masyarakat mengetahuinya, terbukti dari cara pengguna jalan memperlakukan para
pejalan kaki dan pesepeda yang masih menganggap mereka hanya dengan sebelah
mata. J
29 September 2017
Sepanjang hari Jumat itu, matahari bersinar sangat garang,
hawa di kota Semarang cukup mudah membuat orang emosional gegara panas yang
menyengat. Padahal beberapa hari sebelum itu, kota Semarang sering tertutup
awan mendung. Kupikir hawa panas ini akan terus berjalan hingga malam hari.
Namun ternyata aku salah. Sore hari, menjelang pukul lima sore, titik-titik
gerimis mulai menghiasi jalan-jalan di kota Semarang secara merata. Menjelang
pukul enam sore, beberapa kawan mulai menulis status tentang hujan di akun
sosial media mereka masing-masing. Duh.
Menjelang puku setengah tujuh, Hesti mengirimiku WA,
memintaku untuk menghampirinya sebelum berangkat ke Balaikota, untuk
membantunya membawakan arem-arem yang akan dia bawa ke Balaikota. Tumben deh
ya. Saat mau ninggalin kos Ranz, Avitt datang, menjemput Monel yang dititipkan
di kos sejak 7amselinas karena dipinjam Evie. Avitt datang bersama Hemas, naik
mobil, Minul ada di dalam. Setelah mengambil Monel, Avitt buru-buru berangkat.
Sementara aku on the way menuju rumah Hesti, Ranz kuminta segera menuju
Balaikota saja, sehingga jika ada kawan-kawan lain yang telah datang, akan ada
Ranz yang “jaga gawang.”
On the way ke rumah Hesti, telah kurasakan angin bercampur
hawa hujan. Sesampai rumah Hesti, gerimis mulai menyapa. Nah lo. Ternyata Hesti
mengharapkanku datang naik Austin, sehingga satu dos berisi nasi bakar
(ternyata bukan arem-arem J) bisa
nangkring di rak boncengan Austin, sedangkan satu dos yang lain di rak
boncengan Rocky, sepeda lipat milik Hesti.
Gerimis menderas menjadi hujan. Aku memberikan ide, satu dos
yang akan kubawa dimasukkan ke dalam satu tas plastik saja, akan kugantungkan
di setang Orenj. On the way ke Balaikota, baik aku maupun Hesti, telah
mengenakan mantel.
Sesampai di Balaikota, ternyata sudah ada lebih dari 8 orang
kawan pesepeda yang berteduh di bawah gerbang, di antaranya ada om Tuhu yang
datang sendirian karena setelah segowangi akan menjemput sang istri tercinta di
stasiun Tawang. Juga ada Pakguru Primazan, dan satu siswanya, Hizkia yang
tinggal di kawasan Tembalang. Wuiiiih. Adik satu ini memang sangat antusias
jika ada undangan bersepeda. J
Dos yang kubawa segera kubuka karena ingin tahu isinya apa.
Seperti yang kutulis di atas, ternyata bukan arem-arem, melainkan nasi bakar,
dengan berbagai varian lauk, ada ayam, teri, tongkol, pindang, pedo, usus, ati
ampela, tempe telur asin. Yang mengejutkan adalah di tiap bungkus nasi bakar,
ada tulisan VOTE
AVITT FOR KOMSELIS1. Hahahaha ... Avitt yang tidak tahu apa-apa
tentang hal ini kulihat langsung wajahnya memucat, dengan sorot mata tidak
percaya, ada seseorang yang melakukan hal tak terduga ini. LOL.
Nasi bakar kubagikan pada mereka yang telah ada di lokasi,
enak langsung dimakan, mumpung masih hangat, meski kita hanya berdiri saja, di
bawah gerbang keluar balaikota. Ada beberapa orang lain – pemotor yang takut
kehujanan karena tidak membawa mantel – yang berteduh di tempat yang sama pun
mendapatkan rejeki yang sama.
Satu jam kemudian, pukul 20.00, hujan belum juga reda.
Akhirnya kita putuskan untuk pindah ke teras bangunan Balaikota. Disini kita
malah bisa leluasa duduk-duduk, tanpa takut terciprat air hujan. Ada 3 orang
pesepeda lain yang dari tadi duduk-duduk di teras bangunan sebelah Utara, akhirnya
pindah bergabung dengan kita. Kemudian disusul kedatangan Surya dan Arif Daeng.
Dilanjutkan dengan kedatangan om Soegy yang katanya dari tadi tertahan berteduh
di Jalan Tendean. J setelah
itu, kita justru bercengkrama, sembari menikmati nasi bakar. Masing-masing dari
kita bisa menikmati lebih dari satu bungkus karena jumlahnya banyak, sedangkan
kita hanya sedikit. J
Tak lama kemudian Dany Saputra dan Dhany Sus datang
bergabung. Waaah ... rekor nih, meski hujan lebat, yang datang hampir 20 orang!
Pukul 20.30 hujan berhenti, hanya tinggal gerimis tipis. Kubayangkan
masing-masing dari kita akan langsung pulang ke rumah masing-masing, toh kita
telah bersepeda dari rumah ke balaikota, kemudian dari balaikota ke rumah. LOL.
Namun ternyata, sebagian dari kita masih ingin tetap bersepeda, meski hanya
‘sebagai syarat’ bahwa kita bersepeda bersama di malam hari.
Akhirnya kita pun bersepeda. Dari Balaikota kita menuju Tugumuda,
belok ke Jalan Pandanaran, Simpanglima, berputar ke arah Jalan Gajahmada, untuk
berfoto bersama di ‘mabes Komselis’ atau mabes B2W Semarang juga sekitar 8
tahun yang lalu, setelah tergusur orang jualan. LOL.
Setelah foto-foto, kita masuk kawasan Undip, untuk kemudian
belok ke jalan Erlangga. Tak kita sangka ternyata di jalan itu, banjirnya
lumayan tinggi. Ketika kita mengayuh pedal, kaki otomatis masuk ke dalam air,
hingga semua mengeluh sepatu basah kuyup. Beruntunglah mereka yang hanya
mengenakan sendal jepit. LOL.
Meninggalkan kawasan Simpanglima, kita menuju Jalan
Gajahmada. Disini, Pakguru Primazan pamitan untuk langsung pulang, Om Puji
Widodo dan kedua temannya juga pamit pulang. Yang lain kembali ke arah
Balaikota. Di perempatan Gajahmada – Pemuda, Tami dan Surya pamit pulang.
Hampir pukul setengah sebelas malam, aku kembali ke rumah.
Oh ya, nasi bakarnya laris manis. J thanks
to Avitt’s secret fans. Kita ga perlu jajan di angkringan. Hahahahah ...
LG 11.56 02/10/2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.