Cari Blog Ini

Minggu, 29 Maret 2015

POLYGON BLOG COMPETITION #2 Bersepeda ke tempat kerja = Sahabat Alam

Jika tak ada aral melintang, di bulan Juli nanti aku memasuki tahun ke delapan menjadi pesepeda ke tempat kerja. :)

Aku memulai mempraktekkan gaya hidup sehat dengan mengurangi pengeluaran emisi ini sejak bulan Juli 2008. terutama sekali semenjak bergabung serta ikut membidani lahirnya Komunitas B2W (bike to work) Semarang di akhir bulan Juni 2008. Menjadi salah satu 'founding father' (eh, 'mother' ya? kan aku perempuan. LOL) komunitas yang berbasis gaya hidup sehat ini tentu membuatku merasa wajib menjadi salah satu praktisinya.


bike2work 1


bike2work 2

Itulah sebabnya, aku langsung mempraktekkan bersepeda ke tempat kerja tak lama setelah aku dan sepuluh teman lain yang bergabung waktu memprakarsai lahirnya komunitas ini. Dengan naik sepeda apa adanya yang ada di rumah. Sudah untung ada sepeda di rumah yang bisa kugunakan berbike-to-work ya?

Bermula dari bike to work, ikut serta bersibuk ria bersama komunitas untuk mendukung pemerintah kota Semarang membuat jalur sepeda di jalan-jalan protokol (yang terealisasi di akhir tahun 2011), memulai berbikepacking alias berwisata dari satu kota ke kota lain dengan bersepeda, hingga memotori komunitas komunitas sepeda Semarang untuk berkampanye bersepeda dengan event 'segowangi' alias Semarang gowes Jemuwah Bengi.


talk show mendukung disediakannya jalur sepeda tahun 2010

Apa sih yang kudapatkan dari kegiatan bersepeda ke tempat kerja ini? Atau pun aktifitas bersepeda lain?

Pertama. Tubuh sehat. Satu hal yang tak bisa dipungkiri lagi kan? Dengan bersepeda ke kantor berarti aku berolahraga, tanpa perlu meluangkan waktu khusus. Bahwa kontur kota Semarang yang terkenal naik turun itu bukanlah halangan bagiku, justru merupakan tantangan. Jika di awal bersepeda tahun 2008 aku harus nuntun sepeda ketika melewati tanjakan (hahahahah) sekarang sudah tampil narsis dong di tanjakan. (uhuyyy ...)

Kedua, mengirit bahan bakar minyak. Jelas kan? Dengan bersepeda, aku tidak perlu beli bensin. Yang kubawa tiap kali bersepeda air minum yang tinggal ambil dari rumah. Yay! Mengirit bahan bakar minyak, berarti membantu usaha pemerintah untuk menghemat bahan bakar yang tak bisa diperbarui ini demi generasi mendatang.

Ketiga, mengirit BBM berarti menghemat uang. Asiiikkk. Uang yang dihemat karena tidak membeli BBM, bisa kita gunakan untuk kebutuhan yang lain, misal ... beli buku.

Keempat, dengan berbikepacking, memperkaya pengalaman batin karena mengenal alam lebih dalam karena berkunjung ke kota-kota lain sekaligus mengunjungi destinasi wisatanya dengan bersepeda.

Kelima, dengan mengadakan event segowangi, menambah kawan dan sahabat dan bisa jadi juga relasi bisnis.


bikepacking :)
foto bareng di event segowangi sebelum mulai gowes


segowangi saat gowes


meriahnya segowangi edisi Halloween Oktober 2014

Lalu apalagi yang kau tunggu untuk segera mempraktekkan bersepeda ke tempat beraktifitas? Ayolah ikut berpartisipasi dengan menjadi sahabat alam, Ambil sepedamu, apa pun jenisnya, sepeda gunung, sepeda lipat, sepeda balap, sepeda fixie, city bike, low ride, dll dan tinggalkan kendaraan bermotormu dalam kegiatan sehari-hari.

CN 09.35 30/03/2015

Tulisan ini diikutsertakan dalam event Polygon Blog Competition #2

Kata Kunci “SEPEDA, SEPEDA GUNUNG, SEPEDA LIPAT, TOKO SEPEDA, HARGA SEPEDA dan JUAL SEPEDA

Jumat, 27 Maret 2015

BIKETREKKING KE CURUG SEMIRANG

Selain bersepeda, kegiatan yang terhubung dengan alam yang kusukai adalah trekking, menyusuri jalan setapak yang ada di dalam hutan.

Semarang – kota dimana aku tinggal bisa dikatakan sebagai kota yang cukup memiliki lanskap yang komplit, dataran, tanjakan, dekat dengan pantai atau laut, namun juga tidak jauh dari gunung. Maka berbahagialah para pesepeda di Semarang yang tidak akan mudah bosan dengan trek yang ada. Dataran dan tanjakan ada di dalam kota. Jika sudah bosan dengan trek jalan raya, meluncurlah ke daerah pinggiran, misal Gunung Pati, Boja, dan Ungaran.

Hari Sabtu 21 Maret aku ditawari Ranz – sobat sepeda yang paling sering menemaniku bersepeda – untuk bersepeda ke daerah Ungaran, yakni ke Curug Semirang. Mengingat sudah cukup lama juga kita tidak trekking, aku setuju dengan tawarannya. Oh ya, biasanya jika kita trekking ke Semirang, kita berangkat naik sepeda motor. Jadi, baru kali ini kita bersepeda ke Semirang. YAY! Aku naik sepeda Cleo 2.0 keluaran Polygon tahun 2012, sedangkan Ranz naik wimcycle. 

mulai mendaki tanjakan Gombel



Kita berangkat sekitar pukul setengah tujuh pagi dari kos Ranz yang terletak di daerah Pasar Bulu. Tanjakan pertama dengan elevasi yang lumayan adalah Jalan S. Parman. Kemudian trek campur datar dan rolling hingga kita sampai di satu daerah yang disebut Kaliwiru, disini kita menanjak lagi. Sedikit dataran usai melewati Jalan Teuku Umar, kita kembali bertemu tanjakan Gombel, satu tanjakan yang lumayan ‘mengerikan’ bagi para newbie. J

Lepas dari Gombel, trek kembali campuran antara datar dan rolling hingga Ungaran. Kita sempat mampir sejenak untuk sarapan di satu warung sederhana, cukup satu piring berdua agar perut tidak kosong karena perjalanan masih lumayan panjang.

Usai sarapan, kita melanjutkan perjalanan. Sebagai pertanda, ketika kita bertemu dengan Hotel Ungaran Cantik di sebelah kiri (ingat kita dari arah Semarang), menyeberanglah, ada jalan belok kanan. Susurilah jalan ini hingga kita akan menemukan petunjuk menuju Curug Semirang.

menapaki jalan menuju kawasan curug Semirang

pemandangan yang berupa bonus

jalan setapak yang lumayan sempit

Setelah belok, trek naik turun, tidak tajam. Namun setelah kita mendekati kawasan Curug Semirang, trek tanjakannya kian curam, dan badan jalan cukup sempit. Aku yang naik sepeda gunung keluaran polygon seri Cleo 2.0 harus memindah gigi satu satu agar kuat gowes sampai tempat parkir. J Makluuum. J

Berangkat pukul 06.30, istirahat sarapan di Ungaran sekitar setengah jam, kita sampai di pelataran parkir Curug Semirang pukul 10.50, padahal jarak yang kita tempuh hanya 25 kilometer saja. Hahahaha ... Salahkan saja tanjakan demi tanjakan yang harus kita lewati. Hahahaha ...


Ranz nanjak

nanjak nanjaaakkk


XC sebentar :)

tampilan sepeda cleo 2.0 dari belakang :)

Dan ... trekking pun mulai! Yuhuuuu ... (Oh ya, kita memarkir sepeda kita di dekat loket penjualan karcis.) Jarak yang harus kita tempuh tidak terlalu jauh, hanya kurang lebih 1 kilometer dari loket pembelian tiket masuk sampai ke curug alias air terjun. Trek di kawasan wana wisata ini tidak terlalu sulit dilewati, hanya kadang licin jika baru saja turun hujan. Saat aku dan Ranz kesana sehari sebelumnya hujan baru saja mengguyur bumi Semarang dan sekitarnya, jadi ya maklum jika trek yang kita lewati lumayan licin. Satu sungai kecil yang kita sebrangi pun airnya mengalir lumayan deras.

Kita berjalan cukup santai, kadang berhenti untuk menikmati pemandangan hehijauan dengan suara burung berkicau atau sejenis binatang serangga yang suaranya sangat keras terdengar. Benar-benar alami.






Karena hari Sabtu itu adalah hari libur Nasional, suasana di sekitar air terjun lumayan rame pengunjung. Banyak di antara mereka yang bermain-main di bawah air terjun, sementara sebagian yang lain menonton. J

Sekitar dua jam kemudian aku dan Ranz sudah balik ke tempat kita memarkir sepeda. Setelah pamitan pada si Bapak penjaga loket penjualan karcis, kita mulai menikmati “bonus”: turunan!!! Yayyyy. Jika berangkat trek yang kita lewati kebanyakan tanjakan, pulangnya tentu sebaliknya, turun! Yeah, masih ada tanjakan satu dua, namun tetap tidak mengurangi keasyikan dalam menikmati bonus. J

Kita sampai kos Ranz sekitar jam 15.00 dengan hati senang dan puas!


LG  14.59 26/03/2015 

Tulisan ini diikutsertakan dalam event Polygon Blog Competition #2

Kata Kunci “SEPEDA, SEPEDA GUNUNG, SEPEDA LIPAT, TOKO SEPEDA, HARGA SEPEDA dan JUAL SEPEDA

Rabu, 25 Maret 2015

Polygon Blog Competitions #2 -Sahabat Alam”: S-E-G-O-W-A-N-G-I


SEGOWANGI

Se-go-wa-ngi? Apaan tuh?

Perkenalkan, segowangi singkatan dari Semarang gowes jemuwah bengi alias event bersepeda di hari Jumat (terakhir tiap bulan) yang diadakan oleh, dari, dan untuk komunitas pesepeda di kota Semarang. Dimotori oleh Komunitas B2W Semarang, mengikuti kota-kota lain yang telah melaksanakan event serupa sejak beberapa tahun silam, Semarang memulai event sepedaan di hari Jumat malam terakhir tiap bulan ini sejak bulan Februari 2014. Sengaja memilih nama yang berbau Bahasa Jawa agar lebih mudah diingat oleh orang-orang Semarang yang mayoritas berdarah Jawa. Well, beberapa tahun lalu pernah juga sih Semarang mengadakan event serupa dengan nama SCMR (Semarang Critical Mass Ride), selama kurang lebih 2 tahun namun kemudian vakum. 

poster undangan segowangi bulan Maret 2015

Apa tujuan diselenggarakannya ‘segowangi’? Yang pertama tentu untuk ajang bersilaturrahmi para pesepeda dari berbagai komunitas sepeda di kota Semarang. Yang kedua, untuk memasyarakatkan gaya hidup sehat dengan bersepeda jika ingin pergi ke tempat beraktifitas. Ketiga, untuk saling belajar mengenai segala pernak pernik sepeda. Ini terutama bagi para newbie yang ingin lebih mengenal sepeda dan segala tetek bengeknya, mereka bisa belajar dari para senior. Selain itu juga untuk lebih mengenal jenis sepeda, mulai dari sepeda gunung, sepeda mini, fixie, fat bike, sepeda lipat, sepedabalap, bmx, low rider, dll karena event segowangi tentu terbuka bagi semua pesepeda dengan berbagai jenis sepeda yang mereka sukai. Keempat, untuk memiliki relasi lebih luas. Lebih banyak teman tentu lebih banyak relasi bukan? Kelima, mengekspresikan hobi narsis bagi yang suka fotografi, eh, difoto oleh temannya yang suka motret. LOL. Yang hobi motret, event segowangi bisa jadi kesempatan bagus buat motret lho. Keenam, eh, siapa tahu ketemu jodoh. Hehehehe ...

usai gowes, kita mengheningkan cipta, berdoa untuk para pahlawan, segowangi bulan November 2014

Lalu, kegiatannya ngapain aja tuh selama ‘segowangi’? Tak jauh berbeda dengan kegiatan serupa yang diadakan di kota-kota lain. Kita berkumpul di satu titik sekitar pukul 19.00, kebetulan saat ini yang dipilih adalah halaman Balaikota Semarang yang terletak di Jalan Pemuda. Setelah sesi dokumentasi alias foto bareng seluruh peserta, kita mulai gowes bareng keliling kota sekitar pukul 19.30. Tiap bulan Komunitas B2W Semarang memilih satu tema yang kadang menentukan rute yang diambil. Misal, bulan Mei adalah bulan ulang tahun kota Semarang. Tahun 2014, kita gowes keliling dengan mampir di beberapa titik tempat wisata kota Semarang, misal, Kelenteng Tay Kak Sie, Gereja Blenduk, Kelenteng Sam Poo Kong, dan terakhir kita rame-rame foto di kitaran Tugumuda dengan latar belakang bangunan Lawangsewu yang melegenda itu. Bulan November 2014, dengan tema “Hari Pahlawan” ketika gowes keliling, kita sempat mampir di Taman Makam Pahlawan Giritunggal, dan diakhiri dengan menyalakan lilin sambil mengirim doa buat para pahlawan yang telah mengorbankan diri demi bangsa dan negara.
Di kedepannya, rencana kita akan mengadakan event menanam mangrove. Untuk ini tentu saja kita tidak akan melaksanakannya di jadual ‘segowangi’ yaitu Jumat malam, melainkan di hari Minggu pagi.

foto bareng sebelum gowes bareng, segowangi Desember 2014

komunitas sepeda lipat Semarang
 
komunitas low rider Semarang
Para pesepeda kota Semarang sangat berharap dengan saling bersilaturrahmi di ajang ‘segowangi’ kita akan semakin solid untuk ikut menjaga bumi, agar semakin terpacu semangatnya menggunakan sepeda saat melakukan aktifitas, hingga kita pun membantu pemerintah untuk menghemat penggunaan bahan bakar minyak.

LG 13.57 23/03/2015

Tulisan ini diikutsertakan dalam event Polygon Blog Competition #2

Kata Kunci “SEPEDA, SEPEDA GUNUNG, SEPEDA LIPAT, TOKO SEPEDA, HARGA SEPEDA dan JUAL SEPEDA