Cari Blog Ini

Kamis, 20 Desember 2012

Gowes ke Candi Ngempon 17 Desember 2012


di papan penunjuk yang sudah dekat lokasi
Di hari pertama libur akhir tahun 2012, aku dan Ranz berencana untuk gowes ke Candi Ngempon yang terletak di Kelurahan Ngempon Kecamatan Bergas, Karangjati, Kabupaten Semarang. Mungkin jaraknya sekitar 32,5 kilometer dari pusat kota Semarang. Dengan adanya BRT koridor 2 yang bertujuan akhir di Terminal Ungaran memudahkan transportasi untuk kesana. Kita tinggal melipat sepeda kita ketika berangkat. Ketika pulang -- karena trek 'mostly' hanya turunan -- kita tinggal nggelondor turun saja, kecuali di beberapa titik kita masih perlu nanjak, namun tidak sebanyak trek berangkat. 

Mengapa Candi Ngempon? Akhir-akhir ini aku merasakan ketertarikan yang sangat erat dengan segala pernak-pernik yang bisa dikategorikan sebagai benda cagar budaya, dimana candi merupakan salah satunya. Berkunjung ke candi/situs purbakala terkadang membuatku serasa masuk ke mesin waktu, kembali ke beberapa abad yang lalu. (Sejak menonton film seri "Time Tunnel" di televisi ketika aku masih duduk di bangku SMP, aku suka membayangkan untuk berkunjung ke tempat-tempat tertentu di beberapa abad yang lalu.) Beberapa bulan yang lalu aku dan Ranz sudah pernah kesana, naik motor, namun karena aku terburu-buru masuk kerja sore harinya, kita tidak sempat explore. Bahkan foto-foto yang sempat dijepret waktu itu pun hilang di kamera Ranz. :(

Cerita tentang kondisi BRT yang buruk dari seorang teman B2W Semarang -- Riu -- membuatku sempat keder untuk naik BRT. Riu bercerita satu kali dia naik BRT koridor 2, pada waktu itu kondisi bus penuh, dan ada sekitar 11 orang terpaksa berdiri. Ketika bus 'mendaki' tanjakan Gajahmungkur yang memang lumayan killing bagi goweser pemula, suara mesin bus terdengar sangat 'mengerikan', pertanda bus kemungkinan tidak kuat menanjak. Padahal kalau dilihat dari luar, bus nampak masih baru. Kalau benar-benar bus baru, mengapa nanjak Gajahmungkur saja ngos-ngosan?

Jika semula aku menawari Ranz untuk berkunjung ke Ngempon dengan naik BRT kemudian pulangnya baru gowes, aku sempat berubah pikiran. Dari pada menanggung resiko, mending gowes saja deh dari Semarang menuju Karangjati. Kemudian Ranz memberi ide naik bus luar kota dan turun di Pasar Karangjati, malah kita tidak perlu gowes jauh. Namun kupikir pilihan ini kurang menantang. :-D Ranz menentang ideku untuk gowes saja dari Semarang ke Karangjati karena khawatir waktunya tidak cukup karena dia ingin mampir ke Tinjomoyo (explore ke Tinjomoyo ketika gowes kesana tanggal 9 Desember 2012 dirasa masih sangat kurang), plus aku masih harus masuk kerja jam 17.00 - 21.00.

On the D day

Kurang lebih jam 06.15 aku dan Ranz sampai di halte BRT yang terletak di depan Hotel A****s. Disana Andra sudah menunggu. Gowes kali ini kita tidak hanya berdua, kebetulan Andra yang ambil cuti dari tempat kerjanya ingin ikut kita gowes. Seorang petugas BRT - yang melihat kita datang sambil menenteng seli masing-masing -- langsung dengan tegas berkata, "Mbak, kalau mau naik BRT yang jurusan Ungaran harus satu-satu ya, karena tempatnya tidak cukup. Tapi ga usah khawatir, jarak bus yang satu ke bus yang berikutnya cuma 10 menit kok, jadi tidak perlu menunggu lama." 

Aku mau komplen, masak ga cukup tempatnya, kan anak-anak sekolah sedang libur? Dan jam 06.30 bukanlah jam yang mendekati jam orang-orang masuk kerja, maka kupikir tentu bus bakal cukup lapang. Plus 'laporan' seorang rekan kerja bahwa jika dia naik BRT koridor 2 sekitar jam 06.00 pagi, situasi bus sangat sepi. Namun, aku ingat cerita Riu yang membuatku khawatir hingga sempat berpikir untuk gowes saja ke Karangjati. Maka dari pada ribut dengan seseorang yang nampaknya petugas BRT itu, kita bertiga memilih diam.

di dalam BRT

BRT pertama datang, kita persilakan Andra berangkat terlebih dahulu. Bus kedua, aku; sedangkan Ranz naik bus yang berikutnya. Setelah kita semua sampai di Terminal Ungaran, kita saling sharing pengalaman: ternyata semua bus yang kita tumpangi sepi penumpang. Bahkan petugas di dalam bus yang dinaiki Andra bilang, "Mengapa ga sekalian saja tadi naik bus bareng dua temannya yang lain Mbak? Kan bus sepi."  yang dijawab Andra, "Lha tadi petugas di halte-nya galak banget sih. Dan kita memilih untuk tidak usah ribut saja."

Setelah Ranz datang, Andra dan aku baru 'ngeh' bahwa kabel rem sepeda yang dinaiki Andra putus. Mungkin hal ini terjadi disebabkan ketidaktahuan Andra ketika 'unfold' sepeda. Insiden pertama. Kita harus 'stay' di terminal untuk menunggu Ranz memperbaiki kabel rem. (Thanks for being our private mechanic Ranz. :) )  Setelah selesai memperbaiki, kita langsung mencari sarapan, karena jam telah menunjukkan lebih dari pukul 08.15. Dari terminal kita gowes ke alun-alun, kemudian kita sarapan soto ayam. Disini, terjadi insiden yang kedua, 'Baut' lipatan Shaun -- nama sepeda Ranz yang berupa dahon da bike 16" -- lepas. Dengan alat seadanya, Ranz berusaha membetulkannya, yang penting bisa digowes. Belum sempat kita meninggalkan tempat kita sarapan, tangkai kacamataku lepas satu, karena si bapak penjual soto buru-buru memindahkan meja-mejanya karena toko tempat dia berjualan (dia berjualan di halaman depan sebuah toko) akan segera buka.

Mungkin sekitar pukul 09.00 kita baru meninggalkan alun-alun Ungaran; Ranz harus hati-hati gowes Shaun, in case baut lipatan Shaun lepas lagi; aku tanpa masker/buff tanpa kacamata, sehingga praktis tak ada satu sisi pun wajahku yang terlindungi dari ganasnya asap knalpot kendaraan besar-besar maupun debu. Ketika melewati pasar Babadan, aku mampir sejenak ke sebuah kios yang berjualan kacamata untuk beli kacamata; any glasses will do as long as they can protect my eyes. Namun, tak lama aku mengenakan kacamata ini, tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras, sehingga kita memutuskan untuk berteduh terlebih dahulu. I could no longer wear my (new) glasses. :)

di pinggir jalan, menanti hujan mereda

Hujan yang sangat deras itu membuat kita beristirahat sekitar setengah jam, padahal gowes juga baru sekitar 6,5 kilometer, dengan trek menanjak, dan traffic yang sangat padat. Sekitar pukul 10.00 kita melanjutkan gowes. Kita sempat mampir di pom bensin Lemah Abang untuk ke toilet sebentar, dan membeli sebotol air mineral. Cuaca masih sangat mendung dan turun gerimis sangat halus. Menjelang sampai pasar Karangjati, kita bisa menikmati sinar sang surya kembali; bahkan sisa-sisa basah di jalanan pun tak nampak.

Sesampai di Polsek Bergas, kita belok ke arah Pringapus (Timur). Sekitar tiga kilometer dari situ, kita akan tiba di papan penunjuk CANDI NGEMPON dimana kita kemudian belok ke arah kanan.  Kita terus gowes sampai kita sampai di papan penunjuk CANDI NGEMPON yang lain. Kali ini kita belok ke arah kiri. Dari sini jalanan menyempit dan menurun tajam. Bagi yang tidak pede dengan rem sepedanya, lebih baik ttb saja. :) Jika orang berkunjung ke Candi Ngempon lewat sisi ini, hanya mereka yang naik sepeda maupun sepeda motor yang bisa mencapai Candi Ngempon. Mereka yang naik mobil atau kendaraan roda empat lain, bisa memilih jalur lain, yakni yang masuk dari jalan masuk yang terletak di seberang Pabik Teh Botol S***o.

Akhirnya keinginanku bernarsis ria di Candi Ngempon pun terealisasi. Candi yang juga disebut Candi Muncul ini merupakan candi Hindu yang terletak di Kabupaten Semarang. Menurut Om Wiki, Candi Ngempon terdiri dari 9 buah candi yang bentuknya mirip satu dengan yang lain, namun saat ini baru ada empat candi yang telah direkonstruksi. Yang lain hanya berupa batu-batuan yang ditumpuk begitu saja. Masih menurut Om Wiki, di lokasi tersebut pernah ditemukan 10 jenis patung yang kini bisa dilihat di Museum Ronggowarsito

Kita tidak meninggalkan sepeda di tempat parkir, seperti saat aku datang naik motor, aku memarkir motor di tempat parkir. Ranz encouraged kita untuk membawa serta sepeda kita ke lokasi candi. Dikarenakan jalan menuju candi sangat sempit dan berundak-undak, kita tidak menaiki sepeda kita, melainkan menentengnya. :) Terasa kuran afdol jika kita tidak berfoto bersama sepeda di lokasi. :-D  Saat narsis berfoto-foto, mendung kembali menggayuti langit. Bahkan terkadang kita pun mulai merasakan titik-titik gerimis halus. Kita memang tidak bisa benar-benar menikmati kenarsisan kita seutuhnya. :)

Atas saran Ranz, ketika meninggalkan lokasi, kita menyeberang sungai untuk menggapai petirtaan air hangat. Tak satu pun dari kita yang membawa spare clothes, sehingga tak satu pun dari kita yang bisa mencoba berendam di pemandian air hangat tersebut. :) Menurut  salah seorang penjual di lokasi itu, banyak orang yang datang ke petirtaan tersebut dengan naik sepeda (jenis mtb), semua laki-laki, sesampai disana mereka langsung berendam di pemandian air hangat tersebut. Konon kita lah rombongan pertama yang naik sepeda lipat.

Seusai menikmati teh hangat (aku) dan es jeruk (Ranz dan Andra), kita melanjutkan perjalanan ke arah jalan keluar yang menuju pabrik teh botol S***o. Namun belum sempat kita keluar dari lokasi itu, hujan kembali turun dengan deras! Saat kita harus istirahat lagi. :)

di bawah guyuran gerimis tipis, tetaplah narsis :-P

Beberapa menit kemudian kita melanjutkan perjalanan, gowes di bawah guyuran gerimis tipis. Pemandangan alam di bagian sini ternyata spektakuler! Indah sekali. Sayang hujan sehingga Ranz tidak leluasa menggunakan kameranya. :( Sesampai di sebuah pertigaan, seorang penduduk memberi petunjuk untuk belok ke arah kiri. Aku sebenarnya merasa aneh, mengapa ke arah kiri, bukankah seharusnya kita terus untuk kemudian ke arah kanan, untuk kembali ke jalan raya? (it was just my feeling.) Nevertheless, kita tetap mengikuti petunjuk si Bapak penduduk itu. Beberapa ratus meter kemudian kita bertemu dengan pertigaan lagi, kita bertanya kepada seorang passerby dan kita diberi petunjuk untuk belok ke arah kanan/Selatan. Hmmm ... Sampai disini kita bisa melihat pemdangan yang sangat indah. Tanpa kita sadari kita berada di lokasi yang tinggi sehingga kita bisa melihat bukit-bukit di seberang jurang. WOW. Once again, sayangnya hujan sedang turun, sehingga Ranz tidak bisa mengabadikan pemandangan indah itu dengan kameranya.

Andra! :)


Ranz dan Andra berulang kali menunjukkan kebingungan, mereka tidak yakin bahwa kita berada di trek yang benar, yang menuju jalan raya. Namun dua kali kita bertanya (lagi) pada passerby yang lain, kita mendapatkan jawaban yang sama. Pemandangan yang indah di sisi kiri (terutama) cukup menghibur yang merasa ga yakin dengan rute yang kita ambil, meski tanjakan di depan mata lumayan menciutkan hati. Hujan? Tanjakan curam rolling? PERFECTO! LOL.

action ... action :)
Austin di bawah gerimis :)


Di puncak sebuah tanjakan, kebetulan Andra 'menemukan' sebuah rumah penduduk yang juga membuka bengkel kecil-kecilan, dimana dia memilih untuk berteduh di situ. Aku dan Ranz yang ada di belakangnya ikut berteduh di situ juga akhirnya. Tidak lama disitu, hujan semakin menderas. Untunglah tak lama kemudian ada seorang penjuan bakso 'keliling' yang mengendarai motor mampir untuk berteduh. Kita pun ikutan sang tuan rumah untuk membeli bakso.

Lebih dari setengah jam kita berteduh disitu, hujan tak jua mereda. Maka ketika waktu menunjukkan pukul 13.40, aku memutuskan untuk menerjang hujan karena aku harus segera pulang ke Semarang, agar tidak terlambat sampai ke kantor. Bapak pemilik rumah/bengkel yang ternyata asli Semarang memberitahu bahwa jika kita memilih terus (dengan trek menanjak tajam lagi), maka kita akan sampai di Bawen (trek ini teryata berupa jalur alternatif jika di jalan raya terjadi macet). Untuk mencapai jalan yang terletak di seberang pabrik teh botol S***o, kita disarankan untuk langsung belok ke arah kanan, setelah kita keluar dari rumahnya. Trek berupa turunan yang sangat tajam, namun sudah diaspal halus. Pemandangannya sama indahnya dengan pemandangan yang baru saja kita nikmati di jalanan tanjakan rolling sebelumnya.

Tak lama kemudian kita sudah sampai di jalan raya Semarang - Bawen. Setelah menyeberang, kita melanjutkan perjalanan dengan gowes sampai Semarang dengan selamat. Ada insiden terakhir, yakni ketika Ranz menuruni tanjakan Gajahmungkur. Dikarenakan rem Shaun yang kurang bersahabat dengan Ranz, Ranz harus menggunakan kakinya untuk ikut mengerem, terutama di turunan tajam. Insiden terjadi ketika ada sebuah mobil yang memberi signal untuk belok kanan, namun mobil itu sendiri justru disetir meminggir ke arah kiri. Ranz yang dari atas memilih minggir ke arah kiri (setelah melihat lampu riting ke kanan), malah akan menabrak mobil tersebut.

Anyway, kita bertiga sampai di kos Ranz sekitar pukul 15.30 dengan selamat. Aku langsung mandi keramas, Ranz juga. Sementara itu, sekitar pukul 16.15 Andra dijemput suami tercinta.

Rencanaku gowes lagi bersama Ranz keesokan harinya, tanggal 18 Desember 2012 gagal total dikarenakan insiden lain yang menyebabkan kakiku luka bakar. :( Klik link ini.

Untuk saat ini, belum tahu kapan aku bisa gowes lagi.

di benteng Willem Oenarang 
on the way, berjuang di sela-sela kendaraan besar
Andra di gapura masuk 
trek setelah gapura masuk lokasi 
aku berdua Ranz di lokasi Candi Ngempon
Kita bertiga di tengah-tengah keempat candi yang ada


salah satu sudut lokasi Candi Ngempon
Petirtaan Derekan, konon merupakan salah satu kolam kuno
airnya hangat :)
trek rolling yang lumayan killing ... 
stunning view!
dramatic scene, isn't it? :)
kabuuuutttt :-D
aku menyusul Andra, Ranz menyediakan diri paling belakang untuk motret :)
nekad menggunakan kamera di bawah guyuran hujan, demi sebuah dokumentasi  :-P
PT28 14.14 21/12/2012

Jumat, 14 Desember 2012

GOMINGPAI KE AKPOL DAN TINJOMOYO 9 DESEMBER 2012


sebelum berangkat, di 'mabes'

Hari Minggu 9 Desember 2012 aku dan Ranz bersama teman-teman lain gowes bareng. Kali ini kita memilih mencoba trek tanjakan. 

Seperti biasa kita berkumpul di ‘mabes’ yang berlokasi di depan Gedung Telkom Jalan Pahlawan sekitar pukul 06.00 – 06.30. Berbeda dengan di awal Komunitas B2W Semarang terbentuk di pertengahan tahun 2008 lalu lokasi ini cukup sepi, namun sekarang dengan adanya program CFD Jalan Pahlawan selalu ramai oleh mereka yang mengikuti senam erobik, atau hanya sekedar lalu lalang, atau bermanuver di atas skateboard atau sepatu roda. Sehingga bisa dipahami jika sekarang sulit bagi kita untuk mengenali (terutama bagi anggota komunitas baru) siapa saja dari Komunitas B2W Semarang maupun Komselis yang berkumpul bersama untuk kemudian gowes bareng. CFD tak lagi ‘hanya’ dinikmati oleh para pesepeda, namun juga dinikmati oleh para penjaja servis sewa skateboard, sepatu roda, bahkan sepeda. Tak ketinggalan juga para pedagang ikut meraup keuntungan.

Kebetulan tanggal 9 Desember 2012 sedang ada acara jalan sehat yang lewat Jalan Pahlawan, sehingga seluruh badan jalan dipenuhi oleh para peserta jalan sehat. Sulit bagi para pesepeda untuk bersepeda di kawasan CFD, sulit juga bagi mereka yang ingin ber-skateboard ria maupun bersepatu roda ria. Bahkan untuk mendapati lokasi yang nyaman untuk berkumpul bersama sebelum memulai gowes bareng (meski hanya di trotoar) pun sulit karena trotoar sekarang dipenuhi mereka yang menawarkan sewa skateboard/sepatu roda/sepeda. 

otw, aku berdua Iqbal

Rombongan yang berjumlah 15 orang (aku, Ranz, Tami, Andra, Mas Tunggal, Om Topo, Uncle Duck, Icha, Luna, Eko, Om Suryadi, Iqbal, Yuniar, Very, dan Kartika, the newbie) meninggalkan mabes sekitar pukul 06.45. Pertama kita (terpaksa) menuntun sepeda keluar dari kawasan CFD ke arah Taman KB. Dari arah Taman KB kita mengambil arah ke Jalan Menteri Supeno sampai RS Dr. Kariadi dimana kita mulai menanjak halus di letter S. Menjelang tanjakan curam Jalan S. Parman alias Gajahmungkur, kita belok kiri ke arah Jalan Rinjani, tanjakannya sangat bersahabat bagi para pemula penikmat tanjakan. J Kita berhenti sejenak di depan Hotel Rinjani untuk berfoto-ria sambil menunggu beberapa teman yang sedang belajar menanjak. Disini, Very tak lagi nampak bergabung bersama kita. (Rupanya dia memilih jalur yang berbeda dan kemudian menunggu kita di daerah Tinjomoyo.) 
berpose di depan Hotel Rinjani
 Keluar dari Jalan Rinjani, kita gowes ke arah Selatan, Jalan S. Parman. Sampai traffic light di depan AKPOL, kita terus sampai menjelang traffic light berikutnya. Di sini, kita menyeberang jalan masuk ke sebuah jalan yang menuju arah AKADEMI KEPOLISIAN. Tujuan utama untuk foto-fiti adalah sebuah pesawat Merpati yang diparkir. Percayakah engkau bahwa setiap orang memiliki bakat untuk menjadi narsis di hadapan kamera? LOL. Maka, demikianlah. Kita butuh kurang lebih 30 menit untuk memuaskan diri berpose untuk dipotret oleh mereka yang membawa kamera. :)

melewati gerbang AKPOL

pose di depan pesawat Merpati


Ranz :)


rame-rame berpose di sayap pesawat :)
Dari kawasan AKPOL kita keluar lagi ke arah jalan raya, kemudian berbelok ke Jalan Semeru. Kita memilih jalur ‘nrabas’ untuk langsung ke arah Stadion Jatidiri Karangrejo, tanpa melewati tanjakan curam di Jalan Teuku Umar. J Dari Stadion, kita berbelok ke arah Jalan Bendan. Sempat nanjak sejenak setelah melewati sebuah mini market (dimana kita sempat mampir untuk beli minuman) kemudian track menurun. Setelah lewat UNIKA, kita ambil jalan yang berbelok ke kiri, menuju Tinjomoyo. Track berupa turunan super tajam. Tak lama kemudian kita sudah sampai di kereta kayu Tinjomoyo yang klasik dan indah untuk setting foto-foto. 

on the way
berpose bersama di jembatan nan eksotis
di jembatan yang sama :)

nunut narsis yaaa :)
Iqbal :)
Andra :)
Tami :)

Sayang sesampe jembatan, kita tidak bisa langsung foto-foto bersama karena masih menunggu Ranz dan Yuniar yang tidak kunjung nampak. Sementara itu matahari sudah meninggi. Beberapa teman terlihat berfoto sendiri-sendiri menggunakan kamera masing-masing. Sekitar 15 – 20 menit kemudian baru Ranz dan Yuniar datang. Rupanya setelah bernostalgia di kawasan kampus UNIKA, mereka salah jalan (blame Ranz for that. LOL.) Ranz yang berada di depan, langsung meluncur turun, tanpa tahu bahwa ketika ada belokan kiri (ke arah Tinjomoyo) mereka harus belok kiri. Yuniar yang ada di belakang, hanya mengikuti Ranz. Sampai ketika mereka sampai di UNTAG, Yuniar bertanya, “Lho, kita ga jadi ke Tinjomoyo kah?” Ranz baru sadar bahwa dia telah menyesatkan Yuniar. LOL. Mereka berdua terpaksa nanjak Jalan Bendan itu, kemudian belok ke arah Selatan.
Kita tidak lama foto-foto di jembatan Tinjomoyo karena sudah semakin siang, sinar matahari semakin panas. Bisa dipastikan kita belum sempat explore kawasan tersebut; belum sempat turun ke bawah jembatan, dan tentu juga belum mengunjungi kawasan hutan wisata yang terletak di ujung jembatan. 

narsis forevah :)
jembatan kayu nan klasik dan artistik
Untuk kembali ke Jalan Bendan, jelas kita harus nanjak tanjakan super tajam. Aku dan Ranz ketinggalan di belakang karena aku kepengen berfoto di jembatan bersama Snow White. Setelah itu, tas pannier di boncengan Shaun berulang kali mengganggu gerakan kaki Ranz untuk mengayuh pedal. Tak jauh dari situ, kita melihat seseorang tergeletak tak berdaya di bawah pohon rindang. Sepedanya terparkir tak jauh darinya. 

no comment :)
teman-teman lain yang (malah) unjuk narsis :)

“Lho? Itu kan Om Yun? Ngapain dia di situ?” kata Ranz.

Semula kukira karena kelelahan (dihajar tanjakan), Yuniar butuh istirahat. Tapi kok sendirian? Yang lain kemana? Ranz yang merasa mendapatkan objek bagus untuk dipotret, langsung sibuk dengan kameranya. Aku hanya berdiri terpana, heran, mengapa Yuniar membaringkan diri di situ sedangkan yang lain tidak terlihat. Aku merasa tambah aneh ketika Yuniar sama sekali tidak bergerak ketika Ranz sudah memotretnya dari jarak yang sangat dekat. Jangan-jangan Yuniar benar-benar tak berdaya. (jalan pikiranku lelet banget yak? hihihi ...)

Kemudian aku melihat Andra berjalan ke arah aku berdiri, terpaku, menatap Ranz dan Yuniar. Rupanya teman-teman berada tak jauh dari lokasi itu; hanya karena tanjakan yang tajam kemudian sedikit berbelok aku tak melihat mereka. Mengetahui teman-teman ada di dekat situ, aku langsung terus naik ke arah teman-teman untuk memarkir Snow White; sementara teman-teman pun kemudian ramai-ramai berjalan turun ke arah Yuniar berbaring istirahat. Seorang penduduk setempat dengan baik hati memberikan vicks vaporub untuk dioleskan di titik-titik tubuh Yuniar yang butuh diolesi.

pijat-pijat :)

Setelah Yuniar cukup kuat untuk melanjutkan perjalanan, kita meneruskan gowes ke arah Sampangan. Trek kali ini hanya turunan saja; namun karena tajam maka kita harus tetap berkonsentrasi penuh. 

Kita mengakhiri gowes bareng ini dengan kulineran di sebuah warung burjo di daerah Sampangan. Sebagian kita memesan burjo, sebagian lain lagi memesan mie instan, ada juga yang makan nasi + lauk pauknya. 

Sekitar pukul 11.00 kita mulai memisahkan diri untuk kembali ke rumah masing-masing.
Sampai ketemu lagi di event gowes bareng berikutnya. :)
GL7 11.47 11/12/12

Jumat, 07 Desember 2012

Banyumeneng: an adventure with love

tanjakan curam
berbatu kerikil
turunan tajam
berkelok-kelok
penuh batu-batu besar
jalan setapak licin berlumpur
penuh semak belukar
setinggi manusia
sungai penuh air kotor
berarus deras

teman-teman seperjalanan
yang penuh peduli
perhatian
dan sayang
melegakan

(“That’s what friends are for, mbak Nana!” LOL)

 SPB 08.30 200109

untuk kisah seutuhnya, klik link ini ya? :)