Cari Blog Ini

Rabu, 22 Juni 2022

Foto-foto S12AWUNG SELI SOLO 2022

 Untuk tulisan, bisa dilihat di unggahan sebelum ini ya disini.





















S12AWUNG SELI SOLO RAYA

 


 

Akhirnya, setelah 2 tahun aku dan Ranz tidak ikut event bersepeda di 'luar' kota (bukan kota Semarang maksudku) bulan Juni ini kami berdua terdaftar sebagai peserta event ulang tahunnya SELI SOLO RAYA yang ke-12, yang oleh penyelenggara diberi tajuk SRAWUNG SELI SOLO RAYA. Mengapa 'S12AWUNG'? Ini karena setelah 2 tahun terpisah karena pandemi, para pesepeda (lipat) akhirnya bisa berkumpul kembali di satu lokasi, bersepeda bersama lagi. Kembali 'srawung'.

 

Jumat 10 Juni 2022

 

Seperti biasa, jika ada event di Solo yang diselenggarakan pada hari Minggu, aku berangkat ke Solo hari Jumat, dengan catatan aku tidak ada kewajiban mengajar di hari Sabtu. Ini karena hari Jumat Ranz libur dari kantor, jadi lumayan kami berdua bisa makan siang bareng.

 

Seperti biasa (lagi), lol, aku memilih travel Cititrans sebagai moda loading aku dengan Austin. Aku memilih keberangkatan pukul 10.00 (karena tidak ada travel yang berangkat jam 09.00). Cuaca cukup 'sunny' dibandingkan saat aku berangkat ke Solo tanggal 26 Mei, aku kehujanan! :) dalam mobil, hanya ada 2 penumpang, aku dan seorang penumpang lain. Sementara itu, ada seorang sopir mengenakan seragam yang sama dengan sopir Cititrans yang sedang bekerja turut nebeng sampai pool Solo.

 

Sesampai pool Cititrans Solo, aku langsung menuju DNA fitness center, tempat Ranz rajin ngegym sejak tahun 2020. dari sana, kami ke Tenda B*** untuk makan siang; setelah sekian bulan Ranz selalu komplain bosan aku selalu mengajak kesana demi makan selat Solo, saat itu, dia malah rada maksa, "Udah ke TB saja, gapapa." wkwkwkwk … Usai makan, kami balik ke rumah Ranz di kawasan Jongke. Tapi, sebelumnya, kami ngangkring dulu di angkringan langganan Ranz: Kholil , tehnya lumayan enak, dan pisang gorengnya favoritku banget: terbuat dari pisang kepok!

 

Sorenya, sekitar pukul lima, aku terapi. Kaki kananku kembali 'nagih' dipijat mbak Rina. Aku ga ingat apa penyebabnya, tapi kupikir ya memang cedera di kakiku -- terutama kaki kanan -- belum sembuh 100%. So? Aku mencoba menerapinya sendiri dengan berenang -- ini juga berdasarkan saran mbak Rina -- namun once in a blue moon aku masih tetap harus terapi ke mbak Rina.

 

Malamnya Ranz nawarin apakah aku mau ke Wedangan Pak Basuki. Wohooo … sudah berbulan-bulan dia ga mau kuajak kesana loh, dengan alasan bosan, lol. Tapi aku memilih makan malam dengan menu nasi liwet saja, dengan harapan Sabtu malam aku bisa mengajak Ranz ke Pak Basuki.

 

Sabtu 11 Juni 2022

 

Ranz masuk kerja hari ini. So? Aku keluar sepedaan sendiri.

 

Sekitar pukul 08.20 aku meninggalkan Jongke dengan tujuan warung soto Hj. Fatimah yang terletak di Jl. Bhayangkara. Ini juga menjadi alasan mengapa aku memilih berangkat ke Solo hari Jumat, agar aku bisa nyoto disini. :D Aku nongkrong disini cukup lama, sekitar satu jam.

 

Dari Jl. Bhayangkara aku lanjut ke arah Timur, mungkin nama jalannya Jl. Veteran daerah Tipes. Luruuus ke arah Timur sampai melewati kawasan kraton, kemudian belok kiri. Aku memilih berhenti di lapangan dekat benteng Vastenburg untuk memotret Austin. Kemudian lanjut lagi, entah pokoknya aku pede saja mengayuh pedal Austin, meski aku ga terlalu kenal area Solo. Wkwkwkwk …

 

Siang itu cuaca Solo cukup terik. Karena ga jelas Ranz bakal pulang dari kantor jam berapa, aku mampir ke satu gerai fastfood untuk nunut ngadhem dan beli iced coffee-nya. Sekitar satu jam kemudian, Ranz ngabarin dia sudah selesai mengerjakan yang harus dia kerjakan di kantor. So, aku pun balik mengayuh pedal Austin ke arah Jongke.

 

Sorenya, Ranz berangkat ngegym sekitar pukul 15.30. aku menyusul ke DNA fitness center pukul lima sore, kemudian kami ke café Pixel untuk ambil 'ride pack' yang harus kami pakai di event S12AWUNG SELI SOLO keesokan hari. Dari sana kami makan malam di Bakmi Jawa Penumping. Pulangnya mau mampir ke Wedangan Pak Basuki ga jadi karena mendadak turun hujan. Apa boleh buat? Sudah setengah tahun lebih loh aku tidak ke Pak Basuki. Ya wis lah. Next time deh.

 

Minggu 12 Juni 2022

 

The D DAY!

 

Aku dan Ranz sudah sampai venue -- di tempat parkir hotel Diamond yang terletak di Jalan Slamet Riyadi -- pukul 05.30 sesuai harapan panitia. :) ternyata? You can guess, kami berdua termasuk yang rajin, belum banyak peserta lain yang datang. Mendekati pukul 06.00 baru tempat parkir itu nampak nyaris penuh peserta S12AWUNG SELI SOLO.

 

Panitia menyediakan teh panas dan kopi susu panas untuk peserta, disertai arem-arem dan serabi (atau apem ya? Aku lupa, lol.) aku cukup ambil satu biji arem-arem dan segelas teh panas.

 

Pasukan peserta S12AWUNG SELI SOLO mulai berangkat meninggalkan tikum sekitar pukul 06.15. semula Ranz mengira panitia memilih jalur menuju Gatak - Klaten, ternyata tidak. RC membawa kami menuju arah lapangan udara Adi Sumarmo. Sesaat meninggalkan rumah Ranz sudah mengeluhkan ban Petir yang terasa kempes, padahal semalam sebelumnya dia sudah memompanya. Jika kempes lagi, ini berarti ban Petir bocor halus. So? Setelah meninggalkan tikum, Ranz mengeluhkan hal yang sama: Petir berat dikayuh => something must be wrong.

 

FYI, sejak Ranz menemukan keasyikan olahraga fitness, memang dia ga begitu menikmati bersepeda lagi. Hiksss … imagine sedihnya aku. Hiksss … kalau pun dia mau menemaniku bersepeda Solo - Jogja - Solo ya karena dia committed menemaniku bersepeda. Jadi saat dia mengeluh Petir begini begitu, aku ya diam saja. (lha piye? Tak suruh nyiapin Astro untuk dinaiki, dia ga mau, dengan alasan Astro terlalu besar, lol. Ya iyalah, Astro berban 20 inchi sedangkan Petir Cuma 14 inchi. Shaun yang berban 16 pun kondisinya tidak terlalu mendukungnya untuk bersepeda jauh. Bagaimana dengan Pockie? Entahlah ya, kok aku lupa nanyain Pockie kemarin. Hahahaha …

 

Sebelum sampai area waduk Cengklik, Ranz berulang kali bilang dia mau pulang saja, dan menyuruhku terus ikut rombongan. Ya aku tegaskan saja, jika dia memilih pulang, aku ikut pulang. Ga ikut sampai tujuan -- Bale Rantjah -- gapapa. Toh kalau memang mau, kami berdua bisa kok bersepeda kesana sendiri. Namun, ternyata Ranz tetap lanjut sampai check point 1. sesampai sana, dia memutuskan untuk loading, dan membiarkanku terus bersepeda. Ya wis .

 

Jika di rute sebelum check point 1, aku dan Ranz berada di barisan paling belakang -- dikawal sweeper plus mobil loading, lol, selepas check point 1, aku menempel kawan-kawan Komselis. Kami berada di tengah-tengah rombongan, tidak paling depan, juga tidak paling belakang. Ternyata, hanya Petir yang masuk mobil loading, Ranz membonceng nte Astrid yang bertugas sebagai sweeper. Karena dia di belakang, dan aku agak di depan, dia tidak bisa memotretku dalam perjalanan. Ya gapapa, aku rela tidak difoto selama event ini. Wkwkwkwk … duluuuu, aku jarang melototin foto-foto yang dibagi panitia event karena aku cukup mengandalkan foto-foto jepretan Ranz. Setelah lama tidak memotret event dan tidak ikut event, rupanya Ranz pun kehilangan mood untuk melakukan itu. Apa boleh buat? Hmfttt …

 

Kalau tidak salah, aku sampai di tujuan -- Bale Rantjah -- pukul sembilan. Masih cukup pagi, mengingat cuaca cukup mendung pagi itu. Hidangan yang disediakan panitia cukup beragam, mulai dari nasi ayam bakar Taliwang, ayam panggang, ayam Tohjoyo, dll. Untuk buah ada pisang dan jeruk. Untuk minuman ada the plus es batu jika ingin minum yang dingin, dan tentu saja air mineral.

 

Hiburan berupa tarian asli Boyolali, dan musisi yang aku tidak perhatikan namanya. Lol. Oh ya, juga ada anak kecil yang dulu kadang nyanyi bareng almarhum Didi Kempot, suaranya sangat mencengangkan mengingat usianya masih relatif muda. Banyak juga door prize yang dibagikan, sayangnya tak satu pun aku dapatkan. Hikss … padahal biasanya kalau event-event seperti ini, minimal aku dapat hadiah hiburan botol minuman kek, ini sama sekali ga dapat. Hiksss …

 

Acara ditutup pukul 11.30. kirain Ranz mau ngajak loading baliknya ke Solo. Ternyata dia mau menemaniku gowes, meski cuaca panas menyengat. Alhamdulillaaah. So? Hari itu, aku full gowes sejauh 54,54 kilometer.

 

Sesampai Jongke Ranz mengajak mampir ke angkringan Kholil, minum es the. Di tas aku masih menyimpan pisang rebus 1 biji yang kuambil di check point 1. lumayan buat cemilan.

 

Kapan-kapan aku dan Ranz ikut event bersepeda berikutnya. Yang nyantai-nyantai saja. Ranz sudah ogah kuajak ikut event yang ngoyo, misal seli 100 km. (eh, ini kata Ning Tia Surabaya ada event ini di bulan Juli nanti.)

 

PT56 13.13 21 Juni 2022

 

 

 















Senin, 06 Juni 2022

Series of 'unfortunate' events: Jogja - Solo Day 3

 


Minggu 29 Mei 2022

 

Sejak bangun, Ranz sudah bilang dia merasa tubuhnya kurang fit jika balik ke Solo kami full gowes. Aku manut saja, minimal bersepeda sepanjang Selokan Mataram lah, sampai kawasan Kalasan. Jika dulu, kami harus bersepeda sampai stasiun Klaten -- KA Prameks dari stasiun Lempuyangan langsung berhenti di stasiun Klaten, kemudian langsung ke stasiun Purwosari -- kali ini kami cukup ke stasiun Brambanan. (Hah! Aku baru ngeh kalau namanya stasiun BRAMBANAN, bukan PRAMBANAN, hihihi) . Ranz setuju minimal kami bersepeda sampai stasiun Brambanan.

 





 

Namun entah mengapa aku berharap Ranz tetap akan mengajakku bersepeda sampai Solo. Hihihi … beberapa kali ini terjadi, rencana hanya akan bersepeda sampai Klaten, namun kenyataannya kami tetap bersepeda sampai Solo. Saking berharapnya kami tetap bersepeda sampai Solo, aku tetap ga ngeh melihat 'clues' yang diberikan oleh Ranz: dia ngepit dengan sangat santai, mengajak mampir Candi Sambisari, meski hanya untuk jajan di angkringan (langganan kami setiap kesana), plus memotretku di tulisan CANDI SAMBISARI, setelah melewati Global Islamic School Jogja, menyeberang ring road, eh, dia mengajak balik lagi demi foto-foto di jembatan yang baru dibangun, sudah mampir di angkringan Candi Sambisari, tetap mengajak mampir ke es dawet dekat Candi Kalasan. Ternyata, Ranz benar-benar hanya 'mau' bersepeda sampai stasiun Brambanan.

 

Kami sempat mampir toko oleh-oleh yang berjualan bakpia merek Muti***, namun yang rasa original sudah habis. Dari sana, kami ke 'pabrik' bakpia Muti*** yang terletak dekat Hotel Galuh, eh, disana malah yang ada tinggal rasa green tea, lol. Kami ga jadi beli oleh-oleh. :D Dari sana, Ranz langsung mengajak menyeberang jalan, menuju stasiun Brambanan. Ini sekitar pukul 12.50. KRL akan sampai stasiun sekitar pukul 14.10. setelah mengisi kartu e-tolnya (untuk membayar tiket KRL) Ranz mengajak mampir ke Candi Sojiwan sebentar untuk berfoto. Beberapa jepretan (dari luar, kami tidak masuk area candi), kami langsung kembali ke stasiun.

 





 

 

Kembali ke stasiun Brambanan, kami melipat sepeda yang kami naiki. Dengan mudah aku bisa melipat Austin, tapi, Ranz kesusahan melipat Petir. Ketika berada di bengkel di hari Jumat, ternyata baut di bagian lipatan Petir itu dikencangkan oleh sang mekanik. Sebegitu kuat, sampai Petir tidak bisa dilipat. :( Meski Petir tidak bisa dilipat, Ranz tetap mengajak masuk peron. Kami diperbolehkan masuk peron oleh penjaga pintu, namun salah satu dari mereka bilang ke Ranz, "Maaf, sepedanya nanti dilipat dahulu sebelum naik KRL ya." Di dalam peron, Ranz mencoba melipat, namun tetap gagal. FYI, ukuran Petir yang kecil -- diameter ban hanya 14 inchi -- sebenarnya tidak nampak besar, meski yang dilipat hanya setang, Petir tetap saja tidak akan makan tempat. Akan tetapi, Ranz ternyata tidak pede untuk 'ngeyel'. Kami pun keluar dari peron, kembali ke lobby.

 

Trouble keempat: Petir tidak bisa dilipat!

 

Di lobby stasiun, Ranz menelpon mas Martin, bertanya apakah dia bisa menjemput kami di stasiun Brambanan. To our relief, dia bisa menjemput. Alhamdulillah. Mas Martin sampai stasiun sekitar pukul setengah empat. Kami sampai rumaj Ranz di Laweyan sekitar jam setengah lima.

 

Aku sebenarnya janji ke Angie untuk balik ke Semarang hari Minggu itu. Namun Ranz asked me to stay one more night. Adiknya mau menraktir seluruh keluarga (plus keluarga istrinya) for their wedding ceremony. Ya wis lah.

 

Aku baru balik ke Semarang hari Senin 30 April 2022 pukul 08.00. seat yang pemberangkatan jam 06.00 dan 07.00 sudah habis!

 

Sampai jumpa di kisah sepedaan kami berikutnya yaaa.

 

Series of 'unfortunate' events: Jogja Day 2

 


 

Sabtu 28 Mei 2022

 

Pagi ini kami memutuskan untuk santai saja: cukup bersepeda ke arah Malioboro dan foto-foto di spot yang disediakan pemerintah di area Teras Malioboro 1, seberang Pasar Beringharjo. Sudah banyak kawan sepeda di medsos yang foto-foto di daerah situ. Namun sejak pandemi, aku dan Ranz ga pernah dolan ke Malioboro ketika kami berdua bersepeda ke Jogja. Mentok hanya bernostalgia (buatku) di kawasan Jalan Kaliurang. Baru bulan Desember 2021, kami berdua -- plus Angie dan Fitri -- dolan ke arah Kulon Progo.

 

So? This is our chance!

 

Seperti yang sudah kuduga, tentu spot foto dengan tulisan yang diambil dari puisi Joko Pinurbo itu bakal dipenuhi pengunjung yang ingin foto-foto. Apalagi ini long weekend, dimana aku banyak melihat rombongan bus-bus pariwisata melintasi jalan-jalan di Jogja. Tapi, untunglah tidak sepenuh antrian orang-orang yang ingin berfoto di Pura Lempuyang Bali yang konon orang harus antri berjam-jam demi 3 kali jepretan doang! Hahahaha …

 

Kami juga memutuskan untuk sarapan disitu. Aku memilih satu porsi nasi pecel dan segelas teh nasgitel, Ranz 'Cuma' ngemil sate telur puyuh, sate hati, dan 1 mendoan. Dia memilih ai rmineral untuk minum. Well, akhir-akhir ini Ranz benar-benar mencoba hidup sehat, lol, tidak minum es teh maupun es lain.

 



 

 

Satu 'accident' terjadi ketika Ranz ke toilet. Awalnya dia ragu-ragu masuk ke toilet setelah dia lihat, itu bukan beneran 'toilet' karena ada tulisan 'hanya untuk BAK, bukan BAB'. Tapi karena dia sudah telanjur kebelet, aku merayunya untuk ke toilet yang tersedia disitu, dan ga perlu repot-repot nyari toilet lain. Aku tidak menemaninya ke toilet, aku menunggu sambil menjaga Petir dan Austin dekat spot foto.

 

Tidak lama kemudian, Ranz berjalan terburu-buru ke arahku, wajahnya nampak marah sekali, sambil bilang, "Aku sudah mengunci pintu toilet, tapi orang itu membukanya dengan paksa, dan terbuka lah pintunya. Bukannya nyadar dia salah telah memaksa membuka pintu, eh, dia malah ngomel-ngomel nyalahin aku." aku bengong mendengarnya, ga nyangka dia datang-datang ngomel seperti itu. Ekspresi wajahnya campuran antara marah, malu, terluka, aku ga berani bertanya saat itu, posisinya sedang bagaimana, :(

 

Setelah ngomel-ngomel, dia langsung kabur saat dia lihat lelaki yang membuka pintu toilet secara paksa itu lewat dengan keluarganya. Ranz ingin memukul orang itu, tapi tentu dia juga berusaha untuk menahan emosi, tapi dia pasti merasa terlecehkan. Ranz mengikuti orang itu yang berjalan dengan buru-buru. :( saat aku sadar dari kebengongan, aku menyusulnya keluar ke Jalan Malioboro, she was gone.

 



 

Aku tahu kisahnya -- dia ngejar laki-laki itu untuk memelototinya -- ke arah pasar Beringharjo, setelah dia menemuiku yang menunggunya di depan Benteng Vredeburg. We didn't not say anything, kubiarkan dia mengatur emosinya sampai kurang lebih 30 menit. Kirain setelah itu dia mau mengajak balik ke hotel, ternyata, "yuk foto-foto!" setelah mood-nya membaik. Hahahaha … baiklaaah.

 

Trouble kedua: Ranz got an 'accident' di toilet di Teras Malioboro 1.

 

Setelah Ranz merasa cukup foto-foto, kami mengayuh pedal balik ke arah stasiun Tugu, menuju Selasar Malioboro untuk maksi. Disini terjadi another 'accident': aku tidak sengaja menjatuhkan piring-piring yang ditinggal di atas meja oleh pengunjung sebelumnya. Piringnya sih bukan piring beling, tapi bekas bungkus nasi menjadi bertebaran di bawah meja. Saat aku akan mengambili kertas-kertas bekas bungkus nasi itu, ada seorang pengunjung lain menyenggol gelas yang ada di atas meja yang kupilih akan kududuki, kompraaang gelas jatuh, pecah. Not my mistake, tapi cara Ranz memandang wajahku ketika hal itu terjadi seolah-olah dia menyalahkanku, aku kesal lah ya, lol. She didn't say anything though, but it was enough to make me ngomel ke dia, lol. Tahu aku kesal, gantian dia meringis. Hadeeeh.

 

 

Usai makan, kami menyeberang rel kereta, mlipir ke arah Jalan Mangkubumi, eh, sekarang namanya ganti Jl. Margo Utomo, menuju perempatan tugu.  Ranz mengajak ke satu toko sepeda yang terletak di kawasan Jl. Diponegoro untuk membeli gel pembungkus sadel karena ada yang lecet di pantatnya. Ranz bilang dia ga bakal kuat menahan rasa sakit di bagian yang lecet itu saat bersepeda Jojga - Solo, the following day. Tidak hanya itu sih, Ranz juga merasa pegal dan linu di bagian dengkul kaki karena sehari sebelumnya, posisi sadel terlalu rendah, dia buat rendah karena rem depan ga berfungsi dengan baik sehingga dia kudu siap-siap mengerem dengan kaki. :)

 

otw balik dari Malioboro, Ranz kuajak lewat Sekip
 

 

Dari toko sepeda ini, aku menawarkan Ranz jika dia ingin langsung mencoba fitness di Cakra Fitness yang terletak tak jauh dari Hotel Cakra Kembang, Jalan Kaliurang km 5.8. (FYI, duluuuu, tiap kali kami berdua pergi somewhere, aku mengajaknya berburu candi / vihara / klenteng, Ranz manut. Kali ini? Dia selalu mengajak berburu fitness center! Iya, sejak menjelang akhir 2020, Ranz rajin fitness.) Ranz biasa menungguiku yang sedang berenang dengan sabar (saat aku memintanya menemaniku berenang) kali ini aku yang kudu sabar menemani Ranz latihan fitness, plus mengabadikan gerakan-gerakannya via kamera hp.

 

Dari Cakra Fitness, kami pulang ke hotel. Saat akan ngecharge salah satu hape yang biasa dia pakai untuk membuat video under water, Ranz baru ngeh kalau ada trouble di hape itu. Memang waktu di Teras Malioboro 1, 2 hape yang dibawa Ranz terjatuh, entah saat sedang ngapain, aku lupa. Ranz langsung panik, membayangkan jika hape itu tak lagi bisa dicharge, tak bisa nyala, padahal banyak video dan foto disitu.

 

Trouble ketiga: hape Ranz ga bisa dicharge, setelah sempat jatuh di Teras Malioboro 1.

 

Setelah mandi sore, kami berdua pergi lagi, berburu tempat servis hape. Semula Ranz sempat mencari via google map, dapat satu, terletak tak jauh dari Selokan Mataram, namun ternyata tidak kami temukan. Mungkin sudah tutup ya. Dari sana, aku mengajak Ranz ke arah Gejayan. Untunglah kami menemukan satu tempat servis hape, dan … hape Ranz bisa kembali dicharge! Horeee …

 


 

Dari sana, aku mengajak Ranz menengok Malioboro; selama pandemi, dimana Malioboro masih (terlihat) sepi, aku melihat banyak foto Malioboro yang cantik, karena sepi. Namun ternyata sesampai sana, harapanku hanya tinggal harapan, lol. Kirain tuh ya para pengunjung ke Malioboro kesana untuk 'belanja': berburu merchandise yang dulu dijual di sepanjang jalan Malioboro. Sekarang para penjual sudah dialokasikan di tempat-tempat tertentu, pastinya Malioboro tidak akan seramai 'itu'. Nah, ternyata, banyak orang yang mungkin berpikiran sama denganku. Sesampai sana, Malioboro -- yang dibuat menjadi car free night area -- tetap penuh dengan orang! Lol. Aku menawari Ranz apakah dia ingin ke titik 0, dia tidak mau, paling juga bejibun orang-orang disana, lol.

 

Akhirnya kami kembali ke Jl. Kaliurang lagi. Aku mengajaknya ke café Maraville; we had dinner there. Usai makmal, kami langsung pulang ke hotel.