Cari Blog Ini

Jumat, 29 Maret 2013

Bikepacking Solo - Purwokerto (Day 4 & 5)



Day 4: 22 Maret 2013 Gowes nanjak ke Baturaden

Setelah bingung apakah pada hari keempat ini kita akan pulang ke kota masing-masing atau stay, akhirnya kita putuskan untuk tinggal satu hari lagi, untuk gowes ke Baturaden. Kita meninggalkan hotel sekitar pukul 08.30. Dari hotel kita mendapatkan sarapan dua tangkup roti selai, dan satu gelas teh + satu gelas kopi. 

di depan hotel Mulia
 
Dalam perjalanan, kita mampir ke sebuah warung bubur kacang hijau dan ketan hitam untuk sarapan tambahan. :) Aku memesan semangkok burjo sedangkan Ranz memesan satu porsi mie instan goreng. Untuk minum kita memesan satu gelas es teh.Kita meninggalkan warung burjo sekitar pukul 09.30
 
di depan papan nama UNSOED
Trek diawali dengan tanjakan halus. Hal ini mengingatkanku pada trek menuju Kaliurang. Hingga di kilometer berapa yah, tanjakan mulai terasa curam. Hatiku cukup merasa terhibur ketika melihat ekspresi wajah beberapa orang yang memandang kita berdua, dengan sorot mata yang tidak percaya bahwa kita nanjak menuju Baturaden dengan naik sepeda lipat ban 20”. ha ha ha ... 


mulai nanjak

 
Ranz mulai menapaki tanjakan curam
dari gapura ini, Baturraden masih jauh lho :)
Perjalanan yang semula lancar sedikit terhadang dengan hujan yang tiba-tiba turun dengan deras. Kita memilih berteduh, sambil ngobrol dan menikmati bekal. Sekian puluh menit berlalu. Namun, ternyata hujan bukannya mereda namun semakin menderas. Akhirnya kita memutuskan untuk memakai mantel sebelum melanjutkan perjalanan, kamera pun masuk tas pannier. 

beristirahat karena hujan
 
meski sudah menyelubungi dengan cover bag, kita tetap menyelimuti tas dengan tas kresek yang lebih ampuh menahan air :)

Semakin mendekati lokasi wisata. tanjakan semakin curam (meski tak securam 2 kilometer terakhir jelang Candi Cetho. hihihihi ...) Sampai kita di pertigaan dan bingung mau belok ke arah mana. Akhirnya kita belok ke arah kanan yang ternyata membawa kita ke Wana Wisata milik Perhutani dimana jika kita masuk ke dalam, kita akan menjumpai Pancuran Pitu dan tempat wisata yang lain. Sayangnya lokasi Pancuran Pitu ini lumayan jauh, sekitar 5 kilometer dengan trek yang rusak, hingga tidak seliable. Oleh si penjaga tiket, kita disarankan untuk kembali ke pertigaan dimana kita sempat bingung semula dan memilih belok ke arah kanan. Kita seharusnya lurus saja hingga kita akan sampai ke LOKAWISATA BATURRADEN dimana ada taman dan lain sebagainya.
di pertigaan yang membuat kita bingung :D

di pintu gerbang Wana Wisata milik Perhutani, kita berdua basah kuyup

Aku sempat tergoda untuk gowes ke arah Telaga Sunyi yang terletak kurang lebih 1,5 kilometer dari gapura Wana Wisata itu, Namun trek yang tidak mudah dilalui, plus hari telah sangat siang (jelang sore) akhirnya aku mengalah, kita balik ke arah pertigaan dan menuju Lokawisata Baturraden. Pukul 13.30 kita sampai di lokasi. Syukurlah hujan telah reda sehingga kita bisa berjalan-jalan di lokasi tanpa perlu mengenakan mantel, karena kita tidak membawa payung.
Jelang pukul 15.20 – dengan janji satu saat balik lagi untuk eksplore lebih jauh lagi – kita meninggalkan lokasi karena titik-titik hujan mulai turun lagi. 





keindahan hasil karya manusia

sate ayam dan sate kelinci, our brunch





Kurang dari pukul empat sore kita telah kembali ke hotel Mulia. :)
Klenteng Hok Tek Bio dibangun pada tahun 1879, direnovasi tahun 1987







Malamnya kita gowes ke Klenteng Hok Tek Bio, kemudian gowes ke arah alun-alun, in case ada warung tempat kita bisa makan malam. Namun ternyata warung yang ada tak terlalu membangkitkan selera sehingga kita kembali ke warung makan kita makan satu malam sebelumnya. Kali ini aku pesan satu porsi kwetiau goreng, Ranz nasi setengah porsi, daging sapi lada hitam dan cah kangkung untuk kita terdua.

masjid agung Baitussalam, di dekat alun-alun Purwokerto


menu dinner kita di malam kedua, cah kangkung, daging sapi lada hitam, kwetiau goreng, nasi setengah porsi
Day 5 : 23 Maret 2013  PULANG!

Setelah sarapan roti setangkup, minum segelas kopi, dan foto-fiti di hotel, kita meninggalkan tempat kita menginap dua malam sekitar pukul setengah sembilan pagi. Semula akan mampir lagi ke Kelenteng Hok Tek Bio, namun kemudian aku membatalkannya. Kunjungan semalam sudah cukup lah. Agenda pagi ini adalah mencari oleh-oleh pesanan saudara sepupu Ranz, beserta keponakannya. 




di dekat alun-alun Purwokerto
Usai mendapatkan oleh-oleh, kita gowes ke arah terminal. Dalam perjalanan kita mampir ke sebuah warung dimana aku makan soto Purwokerto dengan irisan ketupat di dalamnya. Bedanya dengan soto Sokaraja adalah soto Purwokerto tidak menggunakan sambal kacang untuk tambahan rasanya. 

di tempat membeli oleh-oleh

Pockie, tas pannier, dan tas kresek penuh oleh-oleh
Kita sampai terminal sekitar pukul 11.30, dan langsung beli dua tiket bus patas Nu******a menuju Semarang. Ranz setuju untuk ikut ke Semarang agar di malam harinya bisa ikut menghadiri Nite Ride dalam rangka memperingati Earth Hour. Bus meninggalkan terminal yang jauh lebih tertata rapi keitmbang terminal di kota Semarang ini tak jauh dari jam yang tertera di tiket, pukul 13.00.
Alhamdulillah perjalanan lancar. Kita sempat istirahat di sebuah rumah makan yang terletak di Kledung Pass sekitar pukul 15.00. Aku menemani Ranz makan yang kelaparan, sedangkan aku cukup meminta dua tiga sendok nasi. :)



Sayangnya malam itu kita masuk Semarang sangat terlambat dikarenakan macet di daerah Ambarawa/Bawen. Kita turun di Banyumanik untuk kemudian gowes menuju Tugumuda. Kita sampai di Tugumuda pukul setengah sembilan malam. Waktu itu, Tugumuda dipenuhi para pemerhati komunitas Earth Hour. Tak lama kemudian teman-teman yang NR pun sampai di tempat. Aku dan Ranz – meski tidak sempat NR – sempat ikut merasakan listrik dimatikan dan foto-fiti bersama teman-teman lain. 
Lawangsewu di Sabtu malam 23 Maret 2013

dalam kegelapan, tetap narsis abis :D
Aku mengantar Ranz pulang ke kosnya jelang pukul sebelas malam. Tak lama kemudian aku pun pulang ke rumah. 

Sampai jumpa di petualangan gowes Nana dan Ranz berikutnya!

P.S.:
Always millions of thanks for my loved Ranz.
GL7 15.57 280313

Bikepacking Solo - Purwokerto (Day 3)



Day 3: 21 Maret 2013 Gowes Ngapak Banyumasan (Gombong – Purwokerto)

Sarapan yang kita dapatkan dari hotel adalah dua tangkup roti berisi meses dan selai. Tujuan pertama hari ketiga ini adalah berkunjung ke benteng Van der Wijck, dimana Ranz juga berkunjung (plus menginap) tahun lalu. Kita meninggalkan hotel sekitar jam 07.10, namun ternyata benteng baru buka untuk umum sekitar pukul 08.00 maka kita pun gowes ke arah pasar terlebih dahulu; Ranz butuh sarapan nasi.
halaman dalam Hotel Dunia
warung makan tempat Ranz sarapan dan kepedesan :P
Kita mampir di warung makan Nasi Rames dan Sop Pak Miran, tanpa kita tahu bahwa sop disini sangat kondang kelezatannya. :-P Pantas saja warung yang terletak di pasar ini ramai pengunjungnya. Ranz memesan nasi rames yang ternyata semua yang dirames rasanya pedas bukan alang kepalang. Harusnya pesan sop ya? :)


Ranz yang sok cool :D

foto bagian dalam Benteng Van der Wijck ini diambil dari lantai dua

di dekat pintu masuk

Usai sarapan, kita gowes ke benteng Van der Wijck. Sampai disana sekitar pukul 08.00, namun tertulis di papan pengumuman yang ada disana bahwa benteng terbuka untuk umum pukul 09.00 – 17.00. Wah ... terlalu terlambat kalau jam 9 baru masuk benteng. :( Untunglah kita tetap boleh masuk: kita adalah pengunjung pertama pada hari itu. :) Sayangnya kita dilarang membawa sepeda masuk area benteng, meski kita bilang hanya untuk berfoto-ria. Ranz sempat mutung dengan akan membatalkan masuk, tapi kan aku belum pernah kesitu? 

ruangan dalam Benteng Van der Wijck


Ide untuk menyatukan benteng dengan amusement park sangatlah keren (kata Ranz. hihihi ...) Bentuk bangunan benteng mengingatkanku pada Lawangsewu, hanya di benteng Van der Wijck tidak banyak terdapat pintu. Hotel-hotel yang tersedia di kawasan benteng terletak terpisah dari benteng, meski tidak jauh. Kalau ide (yang dulu pernah kudengar) untuk merenovasi Lawangsewu menjadi hotel, tentunya hotel-hotel itu akan mengambil tempat ruang-ruang yang ada di dalam bangunan utama Lawangsewu kan ya? Serem? Hihihi ...

Sekitar pukul 09.00 kita meninggalkan benteng untuk melanjutkan perjalanan. Kita melewati gapura selamat datang di Kabupaten Banyumas sekitar pukul 09.50. Ternyata tak lama kemudian aku lapar. Setangkup roti berisi selai tak terlalu membantu mengisi perut, plus sarapan Ranz yang terlalu pedas di warung makan Pak Miran tak membuatku ngiler. LOL. 

pom bensin dimana Ranz bernostalgia
Lewat pukul 10.40 Ranz berbelok ke sebuah pom bensin dimana juga ada rumah makan. Ternyata setahun lalu Ranz dan rombongan Srikandi #2 mampir kesini untuk ngadem. Kesempatan buatku makan dan minum es teh sepuasnya. Tehnya terasa enaaaak sekali. :) Ranz sendiri tidak kepengen makan; dia hanya ingin bernostalgia di tempat itu. :)
mulai memasuki trek nanjak di kawasan Buntu

badan jalan yang cukup sempit namun dilewati kendaraan bermotor besar-besar

Pockie unjuk narsis :D
Satu jam kemudian kita melanjutkan perjalanan. Trek mulai rolling, hingga akhirnya kita mulai memasuki trek menanjak di kawasan Buntu, pas matahari sedang bersinar panas-panasnya. Trek tanjakan di daerah ini merupakan trek yang paling riskan karena badan jalan yang tak terlalu lebar, jalanan berkelok-kelok, dan saingan kita adalah bus, truk, hingga ‘truk’ kilang minyak Pertamina yang sering ngebut. Kita harus ekstra hati-hati karena sering sopir kendaraan bermotor beroda banyak itu tidak peduli pada pengguna jalan lain, terutama yang naik sepeda. 


Di sepanjang jalan di kawasan Buntu, kita disuguhi pemandangan tebing dimana banyak pengemis duduk berjajar menunggu rezeki dilemparkan kepada mereka. Cukup miris melihat mereka. Aku sangat lega setelah kita melewati titik yang paling tinggi (meski hanya kurang lebih 250 meter dpl) hingga tinggal turun untuk masuk kota Banyumas. Kita sempat mampir di sebuah toko kelontong untuk membeli dua botol air mineral 600 ml, karena persediaan kita menipis. Di toko ini kita bertanya kepada si penjaga toko arah menuju Purwokerto, Si penjaga yang nampaknya sudah beberapa kali ditanya orang pertanyaan yang sama, langsung mengambil kertas yang di atasnya dia sudah menggambar peta arah ke Purwokerto untuk ditunjukkan kepada kita. 
WARNING!

di titik tertinggi kawasan Buntu
PG Kalibagor

Kita sampai di kawasan Kalibagor sekitar pukul 14.00 dan masuk kota Sokaraja dua puluh menit kemudian. Panas terik matahari yang menyengat membuat kita dengan mudah merasa haus. Cukup lama juga hingga kita menemukan mini market tempat kita bisa membeli minuman dalam botol yang dingin. Sempat kupikir kalau di kota ini tidak ada mini market sejenis A***m*** atau I***m**** J Aku mengajak Ranz mampir mencicipi soto Sokaraja, mengenang aku pernah lewat Sokaraja dan makan soto di tahun 2000. :)

penampilan Soto Sokaraja

mini market yang senantiasa dibutuhkan sepanjang perjalanan :D

Purwokerto! Finally! Yay!
Pukul 15.30 kita melewati gapura selamat datang di kota Purwokerto. Kita langsung menemukan jalan utama yakni Jalan Jendral Sudirman, namun kita tak kunjung menemukan hotel yang membuat kita sreg untuk segera mengistirahatkan tubuh. Kita berputar-putar kesana kemari, sampai Ranz merasa lapar dan mengajak mampir di sebuah gerai fast food restaurant di mall yang kita lewati. 

Jelang maghrib akhirnya kita gowes ke hotel Mulia yang sebenarnya sudah kulihat sejak masuk jalan Jendral Sudirman, Cuma aku ga yakin apakah aku bersedia menginap disana. ha ha ha ...  Ternyata setelah masuk dan melihat bangunan yang berbentuk kuno, aku malah suka. Ranz pun suka karena bentuk bangunan – bahkan juga furniture yang ada – mengingatkannya pada rumah neneknya, yang dulu dia kunjungi waktu masih kecil. (Dia sekarang juga masih kecil lho, lantas waktu dia kecil itu kapan yaaa? hihihihi ...)

Usai bersih-bersih badan, aku pengennya langsung molor, namun ternyata Ranz pengen muter-muter, meski ga jauh dari hotel. Ya sudahlah, aku manut, menemaninya keluar, gowes sejenak, hingga makan malam. Aku pesan cah kangkung, sedangkan Ranz memesan ayam koloke dan sup asparagus. Masakannya enaaakkk, tapi pedasssss. Pelajaran: masakan orang-orang daerah Banyumasan ternyata pedas! :)

menu makan malam yang pedas dan enaaakkk :)

Jarak yang kita tempuh di hari ketiga ini 65 kilometer (ini plus gowes muter-muter nyari hotel.) Hari kedua dan ketiga selama perjalanan kita ditemani sinar mentari yang sangat terik sehingga kulit kita pun terlihat gosong. :D

To be continued.