Cari Blog Ini

Jumat, 26 April 2013

Bikepacking : what on earth is that?


BIKEPACKING : what on earth is that?

DEFINISI

Apakah ‘bikepacking’ itu? Jika kita melihat definisi kata ‘bikepacking’ dengan browsing di google, kita akan mendapatkan (satu) penjelasan bahwa bikepacking adalah kegiatan bersepeda yang membutuhkan waktu lebih dari satu hari sehingga sang pelaku harus bermalam di satu tempat, dimana bermalam ini dilakukan dengan cara camping.
Snow White fully loaded di Dieng, Januari 2012

Namun, (mengacu ke definisi ‘backpacking’ (yang mengalami degradasi makna) dimana para backpacker melakukan perjalanan dengan cara naik bus (tak lagi berjalan dari satu kota ke kota lain atau jika beruntung mendapatkan tumpangan orang yang baik hati), aku memberi definisi bikepacking sebagai satu kegiatan bersepeda yang memakan waktu lebih dari satu hari, namun ketika bermalam, seorang bikepacker tak selalu harus camping, melainkan terserah mau menggunakan fasilitas apa. Seorang bikepacker mungkin saja memilih untuk menginap di penginapan (hotel/motel dll) atau jika benar-benar ingin mengirit bisa jadi menginap di masjid (atau pun tempat beribadah agama lain, misalnya vihara atau klenteng atau gereja) atau pom bensin yang menyediakan musholla.

Definisi bikepacking di paragraf ataslah yang biasa kulakukan dengan Ranz semenjak kita merasa cocok menjadi biking soulmate sejak pertengahan tahun 2011.

WHAT TO PREPARE

Pertama. Seperti sebelum memulai perjalanan yang menggunakan alat transportasi lain tentu DANA adalah satu hal yang penting kita persiapkan. Semakin jauh dan lama kegiatan bikepacking kita, tentu kita membutuhkan uang yang lebih banyak.

jelang berangkat bikepacking ke Purwokerto
Sebagai contoh aku ambil kegiatan bikepacking aku dan Ranz dari Semarang ke Tuban di minggu terakhir bulan Agustus 2012. Kita berangkat hari Rabu (dari Semarang) dan pulang (ke Semarang) hari Sabtu. Untuk ini kita akan menginap tiga malam dan kita menganggarkan dana Rp. 500.000,00. Untuk makan, kita menganggarkan makan tiga kali sehari dan kita akan makan 12 kali. Untuk satu kali makan (berdua) kita menganggarkan Rp. 30.000,00 yang berarti kita butuh Rp. 360.000,00. Selain ini, kita butuh mampir ke mini market untuk membeli air mineral dan cemilan. Satu hari kita butuh sekitar Rp. 75.000,00 yang berarti selama empat hari kita mengeluarkan uang Rp. 300.000,00. Kita mampir ke tempat wisata (Pantai Kartini /Dampo Awang Rembang, Museum Kartini Rembang, Pantai Gedong Berseri Rembang-Lasem, beberapa Kelenteng di Lasem, Petilasan Sunan Bonang Lasem, Kelenteng Kwan Sing Bio di Tuban dan Goa Akbar yang juga berlokasi di Tuban) maka kita juga tidak lupa menyediakan dana untuk membeli tiket masuk. Untunglah dari sekitar 8 tempat wisata yang kita kunjungi, hanya di Pantai Kartini, Petilasan Sunan Bonang dan Goa Akbar yang kita harus membeli tiket masuk. Kita mengeluarkan dana Rp. 30.000,00. Tiket bus pulang ke Semarang Rp. 140.000,00


dicomot dari sini

Secara sekilas, untuk bikepacking Semarang – Tuban kita mengeluarkan dana sekitar satu juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah.

Pockie dan Snow White dalam perjalanan ke Trowulan

Kedua, RUTE. Untuk bikepacking Semarang – Tuban aku dan Ranz tidak terlalu kesulitan mencari rute. Namun ketika kita gowes Solo – Trowulan Mojokerto – Sidoarjo, Ranz mencari rute di google map yang kemudian diprint, meski Ranz sudah beberapa kali menemani sang ayah naik mobil dari Solo ke Surabaya yang berarti dia cukup familiar dengan rute tersebut (beda denganku yang penidur berat jika berada di kendaraan bermotor apalagi jika menempuh perjalanan ke luar kota, Ranz selalu ‘alert’ kecuali jika dia mabuk.) Khusus untuk lokasi tempat wisata di Trowulan pun, Ranz mencari petanya di google, kemudian mengeprint-nya. Jadi pada bikepacking Solo – Trowulan – Surabaya itu kita berbekal dua jenis peta. Walhasil, perjalanan pun lancar, meski sempat bingung muter-muter waktu gowes dari Mojokerto ke Sidoarjo. :)
diambil dari sana
Ketiga, ITINERARY. Kadang, justru itinerary inilah yang pertama kali kita rencanakan. Sering perjalanan bikepacking kita bermula dari keinginan yang sekedar terlontarkan. “Aku pengen gowes ke arah Jawa Timur dari Semarang,” ini adalah keinginan Ranz, yang menjadi cikal bakal kita bikepacking Semarang – Tuban. (Khusus untuk Ranz gowes dimulai dari Solo ke Semarang.) Kemudian kita pun browsing jarak Semarang – Tuban berapa ratus kilometer, di kota mana kita akan pertama kali berhenti untuk menginap. Dan karena kita bisa menyebut diri “bertamasya naik sepeda”, tak lupa kita akan browsing tempat-tempat wisata yang bisa kita kunjungi. Setelah mendaftar tempat wisata yang akan kita lewati, kita hitung jarak tempat wisata tersebut dari jalan utama yang kita lewati; kemudian kita tentukan mana yang akan kita kunjungi. 





Keempat, TAS PANNIER. Pastikan bahwa para bikepacker memiliki tas pannier yang cukup untuk membawa baju yang dibutuhkan, sekaligus peralatan-peralatan lain. Yang tidak kalah penting adalah bag cover yang anti air, terutama jika bikepacking di musim penghujan. Tips untuk menghindari baju basah karena hujan lebat (bag cover tidak menghalangi kemungkinan isi tas pannier terkena imbas air hujan) baju-baju dimasukkan ke dalam plastik terlebih dahulu, baru ditata di dalam tas. 

Pockie fully-loaded dalam perjalanan bikepacking menuju Tuban
Berbicara tentang barang bawaan dan tas pannier, aku beruntung memiliki biking soulmate Ranz karena dia sangat teliti dalam menata isi tas. Tas pannier yang biasa kita bawa bikepacking memiliki tiga wadah. Wadah pertama, di atas, biasa diisi baju, wadah kedua dan ketiga berada di sisi kiri dan kanan. Yang kiri, diisi perbekalan, misal jajanan dan air mineral, bersama dengan kunci/pertukangan yang kadang kita butuhkan. Yang kanan, diisi peralatan mandi. Keberuntungan lain memiliki Ranz sebagai biking soulmate adalah Ranz tidak mengizinkanku membawa beban, sehingga praktis kita hanya membawa satu tas pannier, semua barang bawaan disana. Aku hanya membawa satu tas pannier kecil yang kuisi mantel dan satu dua kaos.

masuk kota Klaten, bikepacking ke Purwokerto

Kelima, SEPEDA. Pilih sepeda yang paling enak dinaiki dan cocok dengan tubuh kita. Kebetulan selama ini aku dan Ranz memilih sepeda lipat agar ketika pulang, kita mudah naik bus, untuk mengirit waktu. Sepeda tinggal kita lipat dan masuk bagasi bus. Make sure bahwa sepeda dalam kondisi prima, enak dikayuh dan rem bekerja dengan semestinya. Tak lupa juga ‘peralatan’ lain seperti kacamata gelap untuk melindungi mata dari sengatan matahari; arm warmer agar lengan (sedikit) terlindungi dari sengatan matahari, terutama jika kita mengenakan kaos/jersey berlengan pendek, dan buff/masker untuk melindungi wajah dan pernafasan dari polusi. Plus sepatu olahraga atau sandal gunung yang nyaman dikenakan. Jangan lupa bawa sandal jepit jika hujan turun deras dan sepatu harus diselamatkan dari curah air hujan; lebih baik mengenakan sandal jepit ketika mengayuh pedal dari pada bertelanjang kaki.

aku mengayuh pedal Pockie menuju Rembang (bikepacking ke Tuban)

Bagi yang butuh obat-obatan pribadi jangan lupa untuk dimasukkan dalam tas bawaan. Jangan lupa membawa berbagai macam charger yang dibutuhkan, hape, ipad, netbook, kamera. Jika perlu bawalah power bank, terutama bagi mereka yang menggunakan software ‘sports tracker’ atau pun ‘endomondo’ untuk menyimpan trek perjalanan.

Selalu hati-hati selama perjalanan. Banyak pengendara kendaraan bermotor yang peduli pada pesepeda, namun lebih banyak lagi yang hanya memandang kita sebelah mata.

Demikianlah share pengalaman berbikepacking. Semoga bermanfaat. Selamat menikmati perjalanan bikepacking anda. :)

GL7 13.31 260413

di Jepara, pulang dari Karimun Jawa, Juli 2011

Selasa, 23 April 2013

Gowes ke Banaran Coffee Plantation di Hari Kartini

Tanggal 21 April 2013 jatuh pada hari Minggu. Beberapa bulan yang lalu aku dan Ranz sempat berencana gowes tanggal 19 - 21 April dengan rute Semarang - Jepara - Rembang (sambil menawari beberapa teman untuk ikut gowes dengan tema Hari Kartini), kemudian berubah menjadi Semarang - Rembang - Lasem (aku nyidam berkunjung ke sebuah vihara di Lasem dimana juga terdapat patung Buddha raksasa yang sedang berbaring) dengan catatan jika ga ada yang tertarik untuk ikut gowes.
entah dimana ini ya, mungkin masih di jalan Rinjani :)

di Gombeeeeelllllll :)

Ranz di Taman Tabanas
jelang di ujung tanjakan Gombel

Gombel pun terlampaui ... yippeeeee :)

Namun, dengan sangat terpaksa, rencana gowes ini tertunda (entah sampai kapan) karena ada acara yang super penting di kantor pada hari Sabtu tanggal 20 April yang tidak bisa kutinggalkan.  Sedangkan pada hari Minggu 21 April, aku juga ada acara di kantorku yang satu lagi, yakni outbound di Banaran. Setelah kupikir-pikir lagi, akhirnya aku memutuskan untuk tidak jadi ikut acara tanggal 21 April ini. Sebagai ganti, aku tetap menuju Banaran, namun G-O-W-E-S. Ranz pun setuju menemaniku gowes dan khusus untuk hari itu, kameranya hampir full hanya dengan foto-fotoku doang. Hahahahaha ...


kali ketiga aku narsis disini :)

gaya khas Ranz kalau difoto :)

Tidak banyak yang bisa kuceritakan disini. Alhamdulillah gowes berjalan dengan lancar, seperti yang diharapkan. Berangkat dari kos Ranz sekitar pukul 06.30. Sekitar pukul 07.10 sampai di Taman Tabanas dimana kita berfoto narsis ria sekaligus beristirahat. Sesampai di ujung tanjakan Gombel, kita mampir ke pom bensin karena Ranz kebelet bla bla bla yang tak bisa ditunda. :)


bukan blog berbayar lho ini, hihihihi ...

sarapan kita, sepiring berdua
aku tidak nyidam foto disini seperti Ranz, tapi, gapapalaaahhhh :)
 Untuk sarapan kita mampir di sebuah warung di Ungaran sekitar pukul 09.00. Semula kita mau mampir di warung makan Bu Surti, tempat Om Irwan ngajak mampir makan waktu gowes latihan Srikandi tanggal 17 Maret 2013. (klik disini ya?) Namun karena warung makan Bu Surti tutup, kita mampir yang berada di sampingnya.


tanjakan di depan :)

sekali lagi, bukan blog berbayar lhoooo :D
mau ke Solo? Surabaya? Jogjakarta? :)

kerumunan para pekerja perbaikan jalan

mumpung rada sepi nih :)

Dari Ungaran kita terus lanjut ke kawasan Lemah Abang, Merak Mati hingga Bawen. Di jalan yang sedang diperbaiki (ditinggikan) sempat terjebak kemacetan, namun untung tidak parah sehingga kita ga terlalu butuh waktu lama.
Pockie in action

di gerbang masuk Kampoeng Kopi Banaran

jempooolllllll :)

Sekitar pukul 11.30 kita sampai di Kampung Kopi Banaran. Horreeeeee ... Bisa dibayangkan betapa terkejutnya teman-teman kerjaku karena aku menyusul ke Banarn naik sepeda. :) Namun aku tetap tidak ikut outbound, melainkan hanya leyeh-leyeh saja di bawah pohon rindang berdua Ranz sambil menikmati minuman kesukaan kita berdua kalau kesini, orange juice (untukku) dan es jeruk buah untuk Ranz.



mencoba trek offroad


ibu pencari kayu bakar

Pukul 14.15 kita meninggalkan tempat. Saat itu kulihat teman-teman masih heboh memilih ketua koperasi yang baru (yang lama sudah keluar). Namun ternyata kemudian mereka bercerita bahwa bus yang mereka tumpangi menyalipku selepas pertigaan terminal Bawen. Akhirnya mereka yang (ternyata) tidak percaya kalau aku bercerita gowes keluar kota, membuktikan dengan mata kepala sendiri bahwa aku memanglah gowes keluar kota, bahkan di trek tanjakan seperti di kawasan Bawen - Ungaran. :)

otw back home

rute menuju Bawen maceeettttttttt ketika kita otw back to Semarang

bukan blog berbayar :D


Millions of thanks to my beloved Ranz for this biking. You have always been the best!

C-net 21.15 230413

N.B:
Ini kali kelima kita ke Banaran, kali kedua naik sepeda.  Yang pertama gowes dari Solo ke Semarang, mampir Banaran. (check this link) Dan kali kedua ini kita gowes dari Semarang, langsung balik ke Semarang lagi. :)

Gowes Asik di Kota Palagan



FROM ATLAS CITY TO PALAGAN CITY

mejeng dulu, mumpung masih seger, belum berangkat :)
Bersama sekitar 22 goweser lain dari kota Atlas, aku dan Ranz mengikuti ajakan Uncle Duck – nickname buat seorang rekan gowes – untuk gowes di kawasan Palagan Ambarawa pada hari Minggu 14 April, exactly on my loved Ranz’s birthday. Honestly, kebiasaan hanya gowes berdua dengan Ranz membuatku awalnya agak enggan menerima undangan ini. Namun beberapa hari menjelang hari H, Andra merengek-rengek meminta kita berdua ikut karena dia ingin ikut. Dengan iming-iming bakal berenang di pemandian Muncul, (sudah sangat lamaaaa aku tidak menyempatkan diri berenang) akhirnya aku setuju untuk ikut.


aku dan Dian sedang melipat sepeda

Ranz iseng :-P
Andra dan suami yang mengantar sampai RL

Aku dan Ranz sampai di meeting point – depan toko sepeda RL daerah Bangkong – sekitar pukul 05.45, molor 15 menit dari jam yang ditentukan. Disana sudah ada beberapa teman yang duduk manis menunggu yang lain. Kuperkirakan kita paling lambat akan meninggalkan meeting point pukul 06.30, satu jam kemudian setelah jam yang ditentukan untuk berkumpul. Namun ternyata kita baru berangkat sekitar dua jam kemudian – pukul 07.30 – karena sang EO Uncle Duck justru datang kesiangan, padahal dia lah yang membawa mobil pickup untuk mengangkut sepeda-sepeda kita. Selain mobil pickup yang disetiri Uncle Duck, ada (kalau tidak salah ingat) 5 mobil lain untuk mengangkut pesepedanya: aku, Ranz dan Andra ikut mobil Om Topo ketika berangkat; selain itu masih ada mobil Om Ari Bjo (Ketua B2W Semarang), Om Yuniar, Om Dany Saputra, dan Pak Eko. Tidak semua sepeda masuk ke pickup, sebagian lain masuk ke mobil-mobil yang lain.

jelang berangkat, di halaman gedung Telkom Ambarawa
 Perjalanan lumayan lancar – lewat tol hingga kita keluar di daerah Ungaran – meski di daerah Bawen agak tersendat. Sekitar satu setengah jam kemudian kita sudah sampai di gedung Telkom Ambarawa dimana kita menurunkan sepeda dan bersiap-siap berangkat gowes. Sudah ada 3 selier lain dari Ungaran dan Salatiga. Sementara itu ada 5 teman gowes dari Ambarawa yang bersedia menjadi pemandu kita, Om Iwan sebagai Road Captain, Om Agus sebagai sweeper, dan tiga orang lain lagi sebagai marshall. Ini berarti total ada 31 pesepeda, 27 berseli-ria sedang 4 yang lain naik mtb.

mulai gowes
 
Uncle Duck, sang EO gowes kali ini
Om Iwan dari Ambarawa, sang RC
 
di gerbang masuk Bukit Cinta Ambarawa
Kita mulai gowes pukul 09.22, menurut catatan ‘sports tracker’ di hapeku. Aku tidak begitu paham lokasi mana saja yang akan kita kunjungi selain pemandian Muncul; seperti biasa aku hanya mengikuti road captain, menikmati setiap kayuhan, menikmati pemandangan hehijaun di depan mata, sekaligus unjuk narsis tiap kali Ranz mengarahkan kameranya kepadaku. :) Spot pertama yang kita kunjungi adalah Bukit Cinta; sayangnya kita ga sempat explore lokasi disini, mungkin karena teman-teman sudah sering kesini (padahal ini adalah kali pertama buatku), atau mungkin juga mereka sudah keburu kelaparan. Kita memang belum sempat sarapan waktu berangkat. 

di gerbang masuk Bukit Cinta


Dari Bukit Cinta kita lanjutkan perjalanan ke pemandian Muncul. Trek rolling, permukaan jalanan berupa aspal yang sudah mengelupas, dengan badan jalan yang cukup sempit padahal ramai dilewati kendaraan bermotor. Kita memang harus ekstra hati-hati. Sesampai di pemandian Muncul (catatan di sports tracker menunjukkan bahwa kita baru gowes sejauh 10 kilometer), kita langsung menyerbu rumah makan dimana menu andalannya berupa nasi pecel dengan lauk ikan wader, belut, keong, dan ayam. Tak ketinggalan tentu gorengan yang berupa mendoan dan tahu. Gorengannya masih hangat mengepul membuat kita lahap memakannya sementara menunggu pesanan nasi pecel datang. 

Dian dan Om AB mejeng di depan warung makan tempat kita brunch
yummy gorengan yang masih mengepul waktu disajikan,

wader yang gurih dan renyah, nikmat! :D
pecel yang bumbunya meski berwarna merah tidak terasa pedas

Usai makan dan beristirahat kurang lebih selama satu setengah jam, karena waktu sudah cukup siang (molor dari dua jam dari prakiraan semula), kita pun memutuskan untuk tidak jadi berenang! (Nana dan Om Topo kecewa karena kita sudah persiapan membawa baju renang, hiksss ... but pablebuat?) Setelah brunch, kita langsung melanjutkan gowes. Jangan memintaku untuk menulis detil nama-nama jalan yang kita lewati karena aku tidak kenal. Hehehehe ... Sang mentari yang di awal gowes nampak malu-malu, semakin siang ternyata menyapa kita dengan sangat ramah, hingga mulailah hidung Ranz yang sensitif bermasalah, memerah dan gatal. :(
 
pemandangan sekitar yang indah dipandang mata :)


hello Andraaaa :)
Iqbal dari Ungaran

Ratna dari Ungaran dan Maria dari Salatiga
 
Ranz sang fotografer :)


foto yang kewreeeen :)

Rute gowes yang dipilih oleh sang road captain melewati areal persawahan jadi enak dipandang. Di kejauhan kita bisa menikmati pemandangan gunung (Ungaran kah?) yang biru kehijauan, seirama dengan langit nan biru. Bagiku yang biasa bikepacking dari kota ke kota, rute rolling ini biasa saja, kecuali bahwa kali ini aku dan Ranz tidak berdua saja sehingga tidak bisa semau sendiri pengen mampir dimana. 

trek offroad 1

trek offroad 2
setang Pockie, sepeda Ranz :)

meski nuntun, terus semangat! :)
Satu kali kita berhenti di depan perumahan Graha Candi Soba untuk menunggu teman-teman yang masih tertinggal jauh di belakang. Untunglah ada Hagi, goweser termuda di antara kita semua sehingga bisa dijadikan ‘bahan’ olok-olokan untuk kita tertawa (bukan bullying lho ini). Setelah siang, lewat message yang dikirim kakaknya ke Tayux, baru ketahuan kalau Hagi ternyata tidak pamitan ke orang tuanya akan gowes ke Ambarawa, dia hanya pamit gowes CFD-an doang. :) Nah Lo.
ban sepeda Om Agus bocor!

yuuukkk tuntun tuntun :D

Sandra lagi ngapain yaaa? :)

Ketika meninggalkan Graha Candi Soba – entah bagaimana ceritanya – sang road captain (RC) memilih rute yang berbeda dari rute yang ‘diujicoba’ oleh beberapa teman ketika gowes survey seminggu sebelumnya. Namun justru mulai disinilah rute yang menantang menanti kita: rute offroad. Rute offroad ini murni merupakan satu ketidaksengajaan karena ternyata RC pun hanya mencoba-coba trek ‘terdekat’ untuk mencapai jembatan Tuntang, demi mengirit waktu. Bagiku yang sudah lama tidak XC, rute offroad itu pun menjadi sangat exciting: pertama kali gowes (semi) XC dengan naik sepeda lipat. Yeaaaayyyyy ... :)

Da Ningrum dan Tayux

Hagi yang tidak pamit ortu :D

Om Yuniar yang sebelum berangkat sempat kena encok :-P
 
Semi :)
Rute offroad satu terlewati disusul dengan rute offroad yang berikutnya. One then another. One and another. LOL. Hingga akhirnya kita pun kembali ke jalan raya dan menemukan mini market, salah satu tujuan mampir untuk ngadem plus beli jajanan + es krim. Jarak yang kita lewati ternyata tidak begitu jauh, hanya kurang lebih 30 kilometer secara keseluruhan. Setelah merasa cukup beristirahat di mini market itu, kita kembali ke gedung Telkom yang terletak kurang dari 500 meter dari mini market. 
Austin dilipat lagiiii, sebelum masuk ke mobil untuk pulang ke Semarang

Di gedung Telkom kita regrouping, siapa ikut mobil siapa, sepeda dimasukkan ke mobil siapa. Kebetulan Ranz mendapatkan tumpangan dari kenalan baru – kalau tidak salah namanya Maria – yang datang dari Salatiga naik mobil, sedangkan Pockie dititipkan di mobil pickup Uncle Duck untuk kemudian dititipkan di Bjo’s Pit, bengkel sepeda milik Om Ari Bjo di Tembalang. Andra ikut mobil Pak Eko karena mereka tinggal di daerah yang berdekatan di Semarang Timur. Aku tetap ikut mobil Om Topo bersama Om Affandi. Kita bertiga sama-sama tinggal di kawasan Semarang Barat. 

Ga jadi bike to swim gapapa lah kali ini karena diganti dengan trek offroad yang masih seliable, untunglah tidak baru diguyur hujan hingga tidak terlalu berlumpur. Ga kebayang dah kalau harus melewati trek berlumpur dengan naik seli. :)

Thanks untuk semua yang terlibat, terutama Uncle Duck, sang pencetus ide, Om Topo yang memberiku tumpangan, Andra yang merengek-rengek ngajakin aku ikut. And as always, my loved Ranz atas foto-fotonya yang kewreeen. :)

See ya next time guys. :)

GL7 14.55 160413