Cari Blog Ini

Kamis, 19 September 2019

Jamselinas dan 'Kebangkitan' Sepeda Lipat

Jamselinas alias jambore sepeda lipat nasional digagas pertama kali di event Jogja Attack yang diselenggarakan pada tanggal 5-6 Maret 2011. Para 'pejabat' komunitas sepeda lipat di beberapa kota saat itu (kalau tidak salah, selain Indonesia Foldingbike, juga sudah ada Jogja Foldingbike (JFB), KomseliS (Komunitas Sepeda Lipat Semarang), Bikeberry (Surabaya), Befocyco (Bekasi) @seli Solo (sekarang menggunakan nama Seli Solo Raya) Sel-B (Bandung)) setuju untuk menyelenggarakan jamboree demi menyediakan ajang silaturahmi pecinta sepeda lipat seluruh Indonesia. Dengan rasa kepercayaan diri yang tinggi mereka mencanangkan bahwa jamboree sepeda lipat nasional ini diselenggarakan satu tahun sekali. 

Jamselinas 2

Tahun 2011 sepeda lipat masih lah hanya dipandang sebelah mata saja, hanya digunakan untuk pergi ke warung sebelah rumah, maka bisa diacungi jempol 'keberanian' para 'sesepuh' seli itu untuk mengadakan jamboree setiap tahun. Sementara komunitas sepeda yang sudah cukup 'berumur' waktu itu mengadakan jamboree setiap dua tahun sekali. 

jamselinas 2

jamselinas 2

Sebagai 'induk' segala komunitas seli, tentu saja ID-FB yang berkedudukan di Jakarta memutuskan untuk menyelenggarakan jamselinas pertama di Jakarta, bulan Oktober 2011. Yang kedua Bikeberry (Surabaya) menjadi tuan rumah, lanjut Sl-B (Bandung) sebagai tuan rumah jamselinas 3, JFB (Jogja) tuan rumah jamselinas keempat, Seli Solo adalah tuan rumah jamselinas kelima. Jamselinas keenam diadakan di Bangka. KomseliS mendapat kehormatan sebagai tuan rumah jamselinas ketujuh. Tahun 2018 SLiM (Makassar) adalah tuan rumah jamselinas kedelapan. Yang baru lalu, SelPi (Sepeda Lipat Palembang) adalah tuan rumah jamselinas kesembilan. Aku ga ikut karena Ranz keukeuh ga mau ikut. 😛

Jogja Attack

Jogja Attack

Jogja Attack


Seperti yang kutulis di postingan ini, 7amselinas a.k.a jamselinas ketujuh merupakan salah satu tonggak penanda bahwa sepeda lipat kian diterima masyarakat luas. Ini terlihat dari peminat jamselinas yang meningkat hingga angka ribuan, Selain itu, semakin merebaknya kota-kota lain membentuk komunitas sepeda lipat. Jika sekian tahun lalu aku dan Ranz pernah membahas kira-kira kota mana lagi yang bakal menjadi tuan rumah jamselinas, ternyata semakin 'kesini' semakin banyak kota yang 'menggeliat', yang mulai me'masyarakatkan' sepeda lipat. Undangan untuk menghadiri launching pembentukan komunitas sepeda lipat di beberapa kota berderet. Di bulan Oktober 2019 nanti saja ada dua undangan launching, SeliKu (Kudus), akan relaunching tanggal 6 Oktober, karena sebenarnya sudah pernah dibentuk tahun 2010, namun kemudian vakum; dilanjutkan dengan SESEG (Sepeda lipat Sego Gandul) di kota Pati tanggal 13 Oktober 2019. Sementara itu 'Lempitan Sragen' komunitas sepeda lipat Sragen sudah woro-woro bakal mengadakan launching di bulan Januari 2020. 

7amselinas

7amselinas 


Jamselinas ke-10 akan diselenggarakan di Magelang, dituanrumahi Sepeda Lipat Magelang yang bakal berusia 4 tahun tahun depan, 2020. Untuk jamselinas 11 sudah ada 3 calon komunitas yang sudah mengantri, Sepeda Lipat Bali, (entah namanya apa, lupa), Balikpapan, dan Batam. 

Semalam, Rabu 18 September 2019 aku sempat iseng mengamati obrolan di grup facebook indonesia-foldingbike tentang launching komunitas sepeda lipat ini, betapa banyak orang yang berusaha memperkenalkan komunitas mereka! Bahkan di satu kota yang sama, bisa jadi ada lebih dari 2 komunitas sepeda lipat. Belum lagi mereka yang membentuk komunitas berdasarkan jenis sepeda lipat yang mereka miliki. Ketika aku membahas ini dengan Ranz, komentarnya, "wah ... jangan-jangan bakal ada komunitas seli di tiap kecamatan nantinya." hahahahahah ...

Perkembangan pehobi sepeda lipat ini benar-benar menyenangkan! 


Senin, 16 September 2019

Gowes Blusukan Bersama Seli Solo Raya

Mumpung Ranz pingin aku dolan ke Solo, eh, pas kebetulan kawan-kawan Seli Solo mengadakan acara gowes Minggu pagi yang dilabeli "Gowes Blusukan", ya sudah, aku langsung menyanggupi ngapelin Ranz. 😅

Sabtu 14 September 2019 aku berangkat ke Solo naik KA Joglosemarkerto yang meninggalkan stasiun Poncol pada pukul 14.42. (Ini karena dadakan berangkat ke Solo, dan kehabisan tiket KA Kalijaga yang murah meriah itu.) Aku beli tiket Sabtu pagi, dan dapat gerbong Ekonomi 3.

KA nyampe stasiun Purwosari pukul 17.42 3 jam berikutnya. Waktu akan turun dari gerbong, seorang laki-laki muda usia dengan baik hati mengangkatkan Austin turun gerbong. Alhamdulillah. Terima kasih mas 😍 agar tidak kerepotan mengangkat Austin keluar stasiun, aku membuka lipatan Austin tak jauh gerbong aku turun; mudahlah aku menuntun Austin keluar stasiun.

Di luar Ranz sudah menungguku. Setelah aku bilang aku lapar, Ranz langsung mengajakku ke satu warung "sejuta umat" yakni warung makan dengan menu ayam geprek. Dari sana, Ranz mengajakku pulang, karena dia butuh ke toilet. Setelah itu kita keluar lagi, ke warung Pak Basuki, saat aku ngeteh! Yuhuuu. Sayangnya ya, meski aku sangat amat suka dengan teh nasgitel di warung ini, tak satu pun makanan yang dijual menggugah seleraku. Jadi ... yaaa ... aku kesini hanya demi teh nasgitel yang enak gilak, yang belum tentu bisa kuperoleh di tempat lain. hihihi ...

Usai ngobrol sambil ngeteh di warung Pak Basuki, kita berdua balik ke rumah Ranz.

Minggu 15 September 2019

Menjelang pukul 06.10 kita berdua telah sampai di titik kumpul, yakni Balaikota Surakarta. Sempat heran dengan ratusan orang yang telah berkumpul disana, mereka naik sepeda balap atau sepeda gunung, tak terlihat yang naik sepeda lipat. Rupanya di waktu yang bersamaan ada event "Tour de Solo Raya" dengan rute Balaikota Surakarta menuju Matesih. Event ini pun diikuti oleh pak Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ibu Atiqoh.

Untunglah Om Rinto dari Seli Solo sudah ada di lokasi, jadi aku dan Ranz pede bahwa kita tidak salah lokasi. Karena masih sepi, dan aku lapar, kita pamit untuk sarapan dulu. Aku memilih nasi liwet khas Solo, di satu penjual di pinggir jalan tak jauh dari Pasar Gede Solo. Sebelum pukul setengah tujuh kita sudah kembali ke tikum lagi. Kali ini para peserta Tour de Solo Raya sudah berangkat jadi lokasi itu nampak sepi.

Pasukan gowes blusukan berangkat lebih dari pukul tujuh pagi, diikuti oleh lebih dari 30 peserta. Selain dari Semarang -- Komselis -- ada juga kawan sepeda dari Sragen -- Lempitan Sragen -- dan Jogja -- Jogja Foldingbike -- yang turut bergabung. Tak lama dari tikum kita telah diajak blusukan, yaitu sampai di sungai Bengawan Solo dan menyeberang sungai dengan melewati jembatan yang dibuat seadanya (hanya terbuat dari anyaman bambu). Untuk menyeberang ini, kita diminta membayar duaribu rupiah per orang. Setelah menyeberang, ternyata kita telah sampai di kecamatan Sukoharjo. (eh, kecamatan atau kabupaten yak? hihihi ...)

Blusukan berikutnya adalah melewati sawah-sawah yang terlihat telah menguning.

Strava yang kunyalakan di tab menunjukkan jarak 20 kilometer yang telah kita tempuh, saat kita keluar ke jalan raya yang menghubungkan Solo Baru dan pusat kabupaten Sukoharjo. Disini Tyas mampir ke alfamart, hingga kita rombongan dari Komselis pun memisahkan diri dari rombongan. Setelah keluar dari minimarket, ternyata kita malah memutuskan untuk makan siang di warung makan ayam goreng Mbah Karto Tembel, tempat aku dan Ranz maksi bulan Juli lalu. Ketika kita sampai di warung makan ini, jarak yang telah kita tempuh adalah 26 kilometer. Kita sampai sini sekitar pukul 09.50.

Pulangnya, Ranz mengajak nge-grab, tapi aku keukeuh untuk lanjut gowes balik ke Laweyan. Setelah sempat eyel-eyelan sebentar, (eh, semula Da mengajak pesan GO BOX) maka aku dan Ranz tetaplah gowes balik ke Laweyan. Sedangkan Da, Tayux, Tyas, dan Avitt nge-grab. 😉

Pukul 11.10 aku dan Ranz mulai mengayuh pedal sepeda kita. Aku naik Austin, Ranz naik Petir. Kita sampai rumah Ranz sekitar pukul 12.15.

Pukul 13.30 Ranz mengantarku ke Stasiun Balapan. Sesampai sana, Ranz melipat Austin, sedangkan aku mengantri di loket untuk beli tiket. Syukurlah masih ada tiket Joglosemarkerto kelas ekonomi, meski aku dapat tempat duduk di gerbong ekonomi 1, pucuk depan sendiri. 😄 Jika berangkat kemarin KA membutuhkan waktu 3 jam, kali ini untuk kembali ke Semarang, KA hanya butuh waktu 2 jam 6 menit, karena tidak mampir ke stasiun-stasiun kecil yang kita lewati.

Menjelang maghrib aku telah sampai rumah. Alhamdulillah.

Next time dolan lagiiii.

Berikut foto-foto yang dijepret Ranz.






















Kamis, 12 September 2019

Segowangi 66




Event silaturrahmi pesepeda di kota Semarang yang digawangi oleh B2W Semarang di bulan Agustus 2019 telah mencapai angka 66. Alhamdulillah. Mungkin karena musim hujan masih jauh, banyak kawan yang datang untuk bersilaturrahmi. 😄

Event ini kita selenggarakan di hari Jumat terakhir bulan Agustus, yakni tanggal 30. Dengan memilih rute datar dan tidak terlalu jauh (seperti bulan sebelumnya, Ranz harus buru-buru kembali ke Solo), ada beberapa wajah baru yang nampak terselip di antara mereka pehobi gowes malam.

Berikut ini beberapa foto kiriman Ranz. :)