|
bulan Maret 2013, di jembatan ini kami kehujanan, day 1 bikepacking Solo - Purwokerto
|
Kadang, saat
berbincang tentang bikepacking, Ranz bilang, dengan nada seperti mengeluh,
"sudah lama ya kita tidak bikepacking," atau dia mengunggah satu
fotonya yang sedang sepedaan di IG, dengan kepsyen, "aku masih tetap
sepedaan," yang aku 'baca' sebagai dia kangen sepedaan jarak jauh, selama
beberapa hari in succession.
Dan saat
ikut event J150K bulan Maret 2023, dia bilang bahwa pemandangan di Nanggulan --
rute yang harus kita lewati setelah check point bayangan entah yang keberapa,
aku lupa -- bagus sekali untuk foto-foto. Aku setuju, tapi karena waktu itu,
aku sudah ngambeg dan meninggalkan Ranz di belakang, dan aku harus ngebut untuk
mengejar CUT OFF TIME yang jam 17.00, jelas aku ga menyempatkan diri berhenti
di kawasan Nanggulan untuk foto-foto.
Dua hal
inilah yang melatarbelakangi mengapa aku mengajak Ranz bersepeda ke Jogja lagi
saat libur kenaikan kelas.
Semula aku
berencana berangkat ke Solo hari Minggu 2 Juli 2023. Hari Senin 3 Juli 2023
bersepeda Solo - Jogja. Hari Selasa 4 Juli 2023 bersepeda ke Nanggulan. Hari
Rabu 5 Juli, Ranz ogah bersepeda balik ke Solo, dia mengajak naik KRL dari
stasiun Tugu. Tapi, aku berusaha merayunya untuk tetap susur selokan sampai
area Kalasan, dan naik KRL dari Stasiun Brambanan. Ini karena katanya jalan tol
Solo - Jogja ada yang akan melewati Selokan Mataram, sekitar 4 kilometer.
Rencana jalan tol ini dibangun 'di atas' Selokan Mataram. Ranz nampaknya
setuju. Namun, kemudian aku ingat, bahwa dia masih ingin ke Bhumi Merapi, satu
destinasi wisata yang terletak di Jakal km 21/22. so? Aku bilang, "Ga usah
susur Selokan deh. Di hari ketiga kita ngegrab saja ke Bhumi Merapi. Pulangnya
langsung kita naik KRL dari Stasiun Tugu."
Mengapa
ngegrab? Jelas Ranz pasti ogah aku ajak bersepeda nanjak Jakal sampai kilometer
21/22. Dan, ya kita akan menghemat waktu jika kita ngegrab, ketimbang gowes.
Kenyatannya
aku berangkat ke Solo di hari Sabtu 1 Juli 2023. ada event 'patjar merah'
dimana di salah satu sesinya, Gibran Rakabuming -- walikota Solo -- dijadualkan
datang mengisi sebagai salah satu nara sumber dengan topik pembicaraan,
"Melihat Solo dari dekat sekali". Seperti biasa, aku berangkat naik
travel Citi***** pukul 09.30. mobil yang aku tumpangi sampai di pool Solo pukul
11.10. dari sana aku menjemput Ranz yang sedang ngegym.
Sorenya Ranz
mengajakku ke Ndalem Djojokoesoeman yang terletak di kawasan Pasar Kliwon naik
grab. Jarak venue ini 5 kilometer dari rumah Ranz, dan … dia menganggap jarak
ini jauh! Ya wis lah, manut. Tapi, ada satu hal lagi yang perlu kami
perhatikan: apakah aman jika kita memarkir sepeda di pelataran parkir Ndalem
Djokokoesoeman. Ya sudah, aku manut. Aku sempat ikut panel bincang-bincang
dengan topik yang aku sebut di atas, meski ternyata karena sesuatu hal, Gibran
tidak bisa datang. Oh ya, saat datang ke event ini, aku membeli novel LAUT
BERCERITA karya Leila S. Chudori yang latar belakangnya terhubung dekat dengan
peristiwa 1998.
Malamnya,
kami berdua 'ngangkring' di Wedangan Pak Basuki. Setelah beberapa kali kesana,
aku pikir teh nasgitelnya berubah rasa, tidak lagi 'sedahsyat' yang aku
ingat/harapkan, saat itu, rasa tehnya kembali nikmat seperti sebelumnya.
Minggu 2
Juli 2023 pagi, aku menemani Ranz dan Deven dolan ke CFD. Aku sarapan nasi
liwet. Siangnya aku ikut keluarga Ranz menghadiri arisan keluarga besar. Sore,
Ranz mengajakku ngopi di 'kedai' kopi 1956. (Semula aku janjian dengan seorang
kawan facebook yang bertemu di 'patjar merah' di sini. Tapi ternyata kemudian
Vika ga bisa datang, Ranz tetap mengajakku ke kedai kopi ini, ya aku mau dong
ya.) Malamnya, kami makan ke food court
'Kenangan' yang terletak di daerah Gentan, bareng mas Martin dan mbak Niken.
Aku naik motor boncengan Ranz, mas Martin, dan mbak Niken bocengan motor juga,
plus Deven. Karena di kampung Ranz sedang ada yang membangun rumah, ada
tumpukan material, mas Martin ogah ngeluarin mobil. Hoho …
Senin 3 Juli 2023
Kami memulai
perjalanan dengan keluhan vertigo yang diderita Ranz. :( Bad vertigo left a bad
taste in her mouth: bulan Desember 2022 kami bersepeda ke Jogja, tapi kemudian
Ranz 'diserang' vertigo, hingga 3 malam menginap di hotel, kami tidak
ngapa-ngapain, karena bahkan keluar dari kamar saja Ranz ga mampu. Aku 'hanya'
sempat keluar sepedaan di kawasan Bulaksumur, plus sekali sampai Tugu, dan beli
makan plus obat untuk Ranz.
Kami
berangkat dari rumah Ranz sekitar pukul 06.20. Meski sang surya bersinar cerah,
angin yang berhembus terasa dingin. Seperti biasa, kami sarapan di satu warung
makan yang terletak tak jauh dari SMP N 1 Gatak, Sukoharjo. Kami memesan timlo
tanpa nasi.
Di awal
perjalanan, Ranz mengayuh pedal Hezel dengan cepat, kadang aku keteteran
mengejarnya. Namun, setelah kami mulai masuk kabupaten Klaten, Ranz nampak
santai sekali. Well, ini bukan sepedaan ikut event apa pun, jadi kami bisa
mengayuh pedal sepeda sesantai yang kita ingini.
Kami sempat
mampir pom bensin dua kali untuk pipis. Well, sakit perut yang mulai
menggangguku sejak bulan November 2022 memaksaku untuk segera pipis jika aku
merasa kebelet, tidak boleh ditahan jika aku tidak ingin diserang rasa sakit
lagi.
Oh ya, ini
adalah perjalanan pertama Solo - Jogja Ranz naik Hezel, sepeda camp hazy yang
dia beli di awal tahun 2023 untuk dia naiki di event J150K, maka dia dengan
suka cita berhenti di spot-spot tertentu untuk memotret Hezel.
To our
disappointment, saat kami sampai di lokasi jualan es dawet Ngudi Roso, si
penjual libur. Well, memang sebelumnya sudah aku perkirakan sih. Sebelumnya kan
ada long weekend libur Hari Raya Idul Adha. Pasti ramai sekali. Dan, banyak
penjual makanan atau apa pun juga yang memilih libur di hari Senin untuk
istirahat. Apa boleh buat? Ranz menawari mampir di kedai dawet lain, aku
menolak. Kapan dulu itu kami mencoba mampir di kedai lain, tapi rasanya
mengecewakan. So? Mending ga usah sekalian.
Sesampai di
Candi Kalasan, kami mulai merasakan titik-titik gerimis. Ranz mengeluh; di
bulan Desember 2022, kami kehujanan saat akan masuk kota Jogja. Dan … Ranz pun
sakit parah. Tapi, untunglah gerimis kali ini ya hanya gerimis, tidak membesar
menjadi hujan.
Perjalanan
lancar hingga kami sampai di bunderan UGM. As one 'ritual' kami mampir, aku
memotret Austin dengan latar belakang tulisan UNIVERSITAS GADJAHMADA, dan Ranz
pun memotretku di sini. Saat itu, lumayan banyak orang yang mampir dan antri
foto. Ada beberapa mahasiswa yang menawarkan sewa jaket almamater untuk
berfoto. Aku tidak tertarik karena warna jaketnya tidak seperti jaket almamater
yang aku dapatkan di tahun 1986 duluuu. Entah mengapa kok warnanya berubah ya.
Aku blas
tidak merasa lapar sampai di situ. Yang ada di benakku adalah: segera sampai
penginapan, aku mau mandi keramas, kemudian … TIDUR! Tapi Ranz lapar dan dia
menyebutkan ingin makan sesuatu yang rasanya terasa banget (I was thinking of
nasi padang dengan rendangnya), hangat, dan berkuah. Nah, bingung kan aku, nasi
padang kan biasanya kering, ga pakai kuah banyak. Dan, aku benar-benar tidak
bisa menerjemahkan keinginan Ranz untuk makan apa. Jelas aku juga tidak tahu
mau mengajak Ranz mampir di rumah makan mana?
Dan,
jawabanku, "terserah kamu mau makan dimana. Aku ga lapar kok," memicu
kekesalan Ranz. (haha, kami memang sering bertengkar!) setelah meninggalkan
bunderan UGM, dia mengayuh pedal Hezel dengan cepat, menuju Jalan Kaliurang km
5. Aku ngikutin dari belakang. Dan, ini adalah untuk kesekian kali kami
menginap di satu hotel yang terletak di Gang Megatruh, Ranz sudah hafal jalan
menuju ke sana. Untunglah sebelum sampai hotel, ada outlet mie Yamin Panda.
Ranz pun mampir ke situ. Dia memesan satu jenis mie ayam, dan minuman es choco
oreo. Dia sama sekali tidak menawariku apa-apa, dan, aku belum ngeh bahwa dia
marah padaku. (I was too insensitive, eh?)
Setelah
makan, kami ke hotel, check in. untuk pertama kali kami mendapatkan kamar di
lantai 3! Waduh. Untunglah kakiku baik-baik saja, jadi naik turun tangga sampai
lantai 3 okay-okay saja. Dan seperti yang sudah aku bayangkan, aku langsung
mandi keramas, kemudian leyeh-leyeh di tempat tidur. Ranz sibuk dengan
gadgetnya. We didn't talk to each other at all, lol.
Ketika malam
tiba, kebetulan perutku juga tidak lapar. Aku menunggu apakah Ranz akan
mengajakku keluar makan malam, ternyata dia tetap tidak mengatakan apa pun juga
padaku. Dia keluar sebentar, kemudian balik lagi membawa air mineral dan
sedikit cemilan. Aku tidak merasa butuh ngemil, so aku langsung tidur.
To be continued.