Cari Blog Ini

Rabu, 12 Februari 2020

Q & A from Back to Dahon




Dalam event "Back to Dahon" panitia membuka sesi tanya jawab yang akan dijawab oleh para panelis. (Nte Shinta sebagai presiden Id-Dahon, Om Poetoet sebagai ketua B2W Indonesia, Mr. Chang yang mewakili Dahon, Pak Hendra yang mewakili PT Roda Maju Bahagia, dan Nugie, mewakili pengguna yang kebetulan selebriti dan aktifis lingkungan.)


Pertanyaan pertama:

"Selama ini dahon meluncurkan produk yang berkualitas cukup bagus dengan harga yang bisa dijangkau masyarakat luas. Sayang dong jika dahon mampu memproduksi sepeda bagus, kok tidak sekalian memproduksi sepeda kelas premium, (kadang orang menyebutnya sebagai kelas sultan) kita semua tahu ada sepeda merk khusus yang hanya memproduksi sepeda kelas premium dengan harga berkali lipat dari dahon. Pastinya dahon bisa dong bikin sepeda sejenis itu. Pertanyaan saya adalah, akankah dahon memproduksi sepeda seperti itu? Dan kapan?"


Pertanyaan kedua:

"selama ini banyak orang yang membeli sepeda lipat dahon untuk kemudian di-upgrade. Frame dahon memang tangguh dan berkualitas bagus, namun kadang pengguna kepengen upgrade dengan diganti banyak parts yang sekiranya kurang mendukung untuk, misal ngebut, atau nanjak ke dataran tinggi. Kira-kira pabrik dahon.ion akan mengeluarkan dahon versi hanya frame saja kah? Soalnya sayang jika kita beli dahon dengan harga yang lumayan, tapi kemudian yang tetap kita gunakan adalah frame saja, parts yang lain kita ganti sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita."


Pertanyaan ketiga:

"Selama ini kita tahu event jamselinas, jambore sepeda lipat nasional, yang dihadiri oleh pecinta sepeda lipat segala jenis. Namun selain jamselinas, sekarang sudah mulai ada jambore sepeda jenis lain, misal jambore federal. Juga ada jambore sepeda lipat jenis lain. Lalu kapan dong kita mengadakan jambore sepeda lipat khusus buat dahon?"


Pertanyaan pertama dan kedua dijawab oleh Pak Hendra, selaku CEO PT RMB (Roda Maju Bahagia). Pak Hendra bilang bahwa dahon sudah memikirkan untuk memproduksi sepeda kelas premium. Untuk pertanyaan kedua pun, Pak Hendra mengatakan hal yang sama: tunggu saja tanggal mainnya.


Well, mungkin sebagai penjual, yang dikatakan oleh Pak Hendra itu bermuara ke motto para pelaku marketing, "apa lo minta, gue sediakan."


Namun, sebagai pesepeda, meski bisa dikatakan hobi koleksi sepeda, Ranz bilang, "Bukankah seperti yang dinyatakan oleh si penanya bahwa dahon selalu memproduksi sepeda dengan kualitas prima? Justru harga yang bisa dijangkau oleh masyarakat dengan kualitas sepeda yang di atas rata-rata adalah kelebihan dahon." maka, ketika mendengar jawaban Pak Hendra, aku dan Ranz saling menatap, bengong, trus tertawa. Looohhh … kok gituuuuu? LOL.


Terhubung dengan pertanyaan kedua, Om Heru dari Solo membawa satu sepeda (koleksinya) yang dipamerkan di tempat itu juga ke atas panggung, memamerkan bagaimana dia meng-upgrade sepedanya, hingga yang "tersisa" dari sepeda dahon itu hanya frame saja. Om Heru meminta masukan dari Mr. Chang yang telah bekerja di pabrik dahon puluhan tahun. Sayangnya Mr. Chang menjawab bahwa ketika 'membangun' sepeda, mereka meletakkan safety pada prioritas utama, dari, misal, hanya sekedar penampilan yang menarik. Nah, sepeda yang telah di-upgrade itu, bagi seorang Mr. Chang, sama sekali tidak memikirkan safety sang pengendara.


Untuk pertanyaan ketiga, nte Shinta memberi sinyal sangat positif bagi mereka yang hobi dolan untuk bersepeda di kota-kota selain kotanya sendiri: kemungkinan akan segera diselenggarakan jamselihon, alias jambore sepeda lipat dahon. Hohohoho …


Well, selain ketiga point di atas, saya rasa masih ada yang diperbincangkan, namun maafkan, saya lupa. Info menarik lain: akan ada gathering sepeda dahon klasik di Jogja di bulan Juli. Sedangkan untuk jamselinas yang akan diselenggarakan di Magelang, nanti pada tanggal 10 bulan 10 tahun 2020 (10 Oktober 2020), rasanya sudah cukup lama digaungkan yaaa.


LG 12-februari-2020


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.