Cari Blog Ini

Minggu, 29 April 2018

Tweed Ride Hari Kartini 2018

Setelah terakhir kali mengadakan event Tweed Ride di tahun 2015 pada acara ulang tahun Komselis yang keenam, (eh, plus satu lagi waktu segowangi ke-35 (Desenber 2016) dimana aku memilih TweedRide sebagai dress code) akhirnya di hari Sabtu 21 April 2018, bertepatan dengan Hari Kartini, kita mengadakan Tweedride lagi, Yang Bersepeda Yang Bergaya atau Ride with Style. :D

Satu tahun lalu kita berencana mengadakan event Gowes Kartini seperti event yang kita adakan di tahun 2016 namun gagal karena ternyata anak-anak pelor (eh, Semarang Velogirls) lebih memilih ikut Tour de Pangandaran 8. :D  ternyata tahun ini gagal lagi karena berbagai hal, wkwkwkwkwk ... akhirnya yaaah ... sebagai ganti kita mengadakan TweedRide. Kita memilih mengadakannya di sore hari karena biasanya kalau berbusana khusus ala TweedRide, kita bakal mudah keringatan. Maklum lah, iklim Indonesia yang hangat (dan Semarang cenderung panas) sebenarnya kurang cocok jika mengadakan event yang aslinya berasal dari negeri Ratu Elizabeth ini.

Meski bertajuk TweedRide Gowes Hari Kartini, kebaya dan kain bukanlah dress code wajib. Maka, ya begitu deh, tidak semua peserta mengenakan kebaya dan kain. Yang unik adalah Avitt dan Jeffrey yang sengaja berdandan ala anak sekolah dengan mengenakan seragam sekolah (Avitt) dan seragam pramuka (Jeffrey). LOL. Ada beberapa perempuan yang mengenakan kebaya: selain aku, ada Da, Hesti, Tami, dan Iin.

Seperti biasa, kita berkumpul di balaikota, 'rumah' milik semua warga kota Semarang. (Benar begini kan? LOL.) Pukul 16.00 sudah mulai berdatangan kawan-kawan yang jomblo, eh, yang tertarik dengan tajuk Yang Bersepeda Yang Bergaya ini. LOL. Pukul 16.30 sudah semakin banyak yang datang, namun Avitt belum terlihat batang hidungnya. LOL. Wah ... serba salah nih, mau nungguin Avitt (plus Jeffrey dan Adhit) yang sedang on the way, tapi ga enak sama peserta lain, apalagi mendung yang menggantung di langit terlihat semakin tebal. (Padahal di Kota Lama sedang ada pameran kuliner, satu event yang kita harap bakal menyewa pawang hujan sehingga sore itu hujan dikirim jauh-jauh ke ...Ambarawa kek ... Magelang kek ... pokoknya tidak di rute yang kita lewati. LOL.

Sekitar pukul 16.45 kita menata diri untuk berfoto ria bareng dulu, sambil menunggu Avitt. Untunglah ternyata ga lama kemudian Avit datang. Ga pake lama, kita langsung meninggalkan lokasi tikum. Dari balaikota kita menyusuri jalan Pemuda ke arah Tugumuda kemudian belok kanan ke Jalan Imam Bonjol. Om Budianto a.k.a Budenk mendahului dengan alasan akan mencari spot istimewa buat memotret kita. Untunglah ada Adhit yang masih bersama kita dan sempat memotret kita yang sedang mengayuh pedal sepeda masing-masing.

Selepas Jalan Imam Bonjol, mendekati jembatan Mberok menuju Kota Lama, gerimis mulai terasa bakal membasahkan tubuh. Begitu menyeberangi jembatan, gerimis telah menjelma hujan hingga kocar kacirlah kita, semua berusaha menyelamatkan diri dari guyuran air dari langit. LOL. (Duuuuh .... sepatu boots-ku terhujani! hahahahah ...)

Cukup lama juga kita nongkrong di pinggiran jalan, mencoba berlindung dari hujan dengan berdiri mepet tembok, berharap atap yang mungkin kurang dari satu meter lebarnya melindungi kita. Setelah kita rasa air hujan menipis, kita melanjutkan perjalanan. Semula kita akan mengakhiri acara di daerah Oudetrap, tak jauh dari Gereja Blenduk, namun karena disitu merupakan area terbuka, kita berpindah haluan, meski aku sendiri tidak tahu ini ide siapa. LOL. Pokoknya ngikut saja yang berada di depan. Kita berhenti di satu cafe baru yang terletak di kawasan Kota Lama.

Sementara itu, Om Budenk dan Arifsandro yang telah ngebut di depan (dan kita tidak jadi difoto oleh Om Budenk, hahahahahahah ...) kehilangan jejak. LOL. Untungah akhirnya mereka bisa menyusul kita. 3 anak yang sedang magang di tempat kerja Kie Kie Qiut pun bisa menyusul dan bergabung dengan kita.

Ada rejeki yang tak terduga yang kita terima sore ini; Iin membawa arem-arem karena kebetulan dia baru saja merayakan ulang tahunnya, dan Avitt membawa nasi bakar berbagi rejeki karena usahanya berjuala used bicycles lumayan maju. Alhamdulillah ...

Dii cafe Hero, ada acara pemilihan the best costume. Bagi peserta yang merasa mengenakan busana keren. Setelah ada 7 orang maju ke depan, pemilihan 3 orang yang bakal dapat hadiah dilakukan dengan seberapa meriah tepuk tangan yang didapatkan. kekekekekeke ... Sial lah yang tidak membawa banyak pendukung. hahahahahahah ... dari 7 orang itu, terpilih 3 orang, yakni Rio, om Dur, dan satu lagi kawan dari komunitas sepeda fixie.

Selain pemilihan the best costume, mendadak, ujug-ujug, makbedunduk, Komselis mengumumkan pengunduran diri (secara resmi di depan publik) Wahyu "Tayux" Suhardi sebagai ketua terpilih sejak bulan Oktober 2013, dan mengumumkan Victor Danar a.ka. Riu sebagai pengganti. Nah lo! LOL. Sedangkan Avitt diumumkan sebagai "community ambassador".

Sayangnya aku tidak bisa mengikuti acara hingga selesai karena ibunda tercinta sedang dirawat di rumah sakit. Aku harus buru-buru meninggalkan venue dan kembali ke rumah sakit.

Beginilah sekelumit kisah TweedRide Hari Kartini tahun 2018. Sampai bertemu lagi di event Tweed Ride selanjutnya yaaa.

Mari kita tetap bergaya sambil bersepeda!

Ciao!

IB 12.58 30042018































Foto-foto kuunduh dari grup facebook Komselis karena Ranz tidak bisa datang pas acara ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.