Cari Blog Ini

Sabtu, 05 Desember 2020

Grandfondo Blusukan

 


Bulan September dan Oktober 2020 aku belum dapat mood yang pas untuk nge-grandfondo, meski di bulan Oktober aku punya trigger untuk rajin sepedaan, ikut "healthy life challenge" di satu grup alumni. Meski malas nge-grandfondo, jarak tempuh sepedaanku di bulan Oktober lebih dari 1000 kilometer loh. (bangga pada diri sendiri. Heheheh …)

 

 

Bulan November nyaris usai saat mendadak aku mendapatkan mood untuk ninggalin tempat tidurku yang nyaman di pagi hari.

 

 

Minggu 29 November 2020

 

Dengan sedikit aras-arasen aku ninggalin rumah pukul setengah enam pagi. Seperti biasa, aku menaiki Snow White. Keluar dari rumah, aku ambil arah ke jalan raya Jl. Jendral Sudirman. Sesampai jalan raya, aku ke arah Barat, masih belum yakin bakal nge-grandfondo. Tapi karena bulan November mau usai dan jarak tempuh sepedaan baru mencapai angka 514 kilometer, minimal pagi itu aku harus bersepeda sejauh 50 kilometer lah.

 

 

(Sebagai 'excuse', di bulan November ada training dari kantor Pusat selama 2 minggu, meski hanya di pagi hari setiap hari hanya 3 jam; plus di malam hari aku mulai mengajar online secara kontinyu.)

 

 

Aku terus melaju melewati fly over Kalibanteng. Sesampai Jl. Muradi, aku belok kiri, malas membayangkan lanjut ke arah Kendal, nanti peta yang dihasilkan di strava Cuma garis lurus doang, kurang menarik. Hahahah …. Dari Jl. Muradi, sampai Jl. Abdul Rahman Saleh, belok Jl. Dr. Soeratmo, Jl. Simongan, Candi Pawon (Ringin Telu), nyeberang jembatan Tugu Suharto, sampailah aku di area Sampangan, terus lurus mengikuti jalan menuju Jl. Kelud, kemudian belok kanan ke Jl. Kaligarang.

 

 

Di pertigaan RSUP Dr. Kariadi, aku belok kanan. Ternyata pas hampir melewati pertigaan depan gereja Gereformeerd, aku tergoda belok kanan, ke Jalan S. Parman. Kebetulan pas traffic dari belakang sepi, menyeberanglah aku. Terus ngikuti jalan sampai pertigaan Kaliwiru, aku belok kiri ke Jl. Dr. Wahidin. Sesampai pertigaan pasar kambing, aku belok kanan ke Jl. Mrican, lurus, kemudian belok kiri ke Jl. Lamper Tengah. Setelah sampai Jl. Majapahit (sekarang namanya Jl. Brigjend Katamso kalau tidak salah), aku baru mendapatkan mood yang baik untuk lanjut ke arah Mranggen dan siap nge-grandfondo.

 



 

Dari terminal Penggaron, aku terus lurus ke arah Timur, melewati pasar Mranggen, masih lurus ke Timur. Aku berhenti di satu warung makan soto setelah jarak tempuh di strava menunjukkan angka 34 kilometer. Usai sarapan, aku terus ke arah Timur, hingga sampai Karangawen. Di satu traffic light, dimana sebelumnya ada petunjuk jika belok kiri ke arah Demak, aku belok kiri. Dari sini, aku mengikuti jalan terus, teruuuuus hingga tembus jalan raya Semarang - Demak. Ketika keluar ke jalan propinsi ini, aku ngecek google maps, ternyata jika aku ingin sampai alun-alun Demak, aku harus menempuh jarak 12 kilometer lagi. Males ah, mana susah untuk menyeberang karena (1) ada pulau jalan yang cukup lebar (2) badan jalan lebar banget dan traffic lumayan padat bakal susah menyeberang. Akhirnya, aku belok kiri, menuju kota Semarang.

 

 

Sesampai jalan yang aku sudah familiar membuat jarak nampak dekat, lol. Terus mengayuh pedal Snow White sampai lewat 'Bates' kemudian di area Bangetayu, aku belok kiri ke Jl. Wolter Monginsidi. Langit mulai nampak gelap; mendung menggayut di atas sana. Sampai aku di jembatan penyeberangan di atas rel kereta api Alas Tuwo, mendadak turun hujan deras. Aku pun minggir berteduh.

 

 


Aku ga lama berteduh disitu karena terpaksa berkerumun: banyak orang yang juga berteduh disitu. Ketika hujan yang semula sangat deras sedikit mengendor, aku melanjutkan perjalanan setelah aku mengenakan mantel dan kubungkus tablet plus dompet dalam tas plastik.

 

 

Meninggalkan Jl. Wolter Monginsidi aku belok kanan ke jalan arteri Sukarno - Hatta, aku disambut banjir yang lumayan dalam, banjir ini terus ada sampai mendekati traffic light Jl. Supriyadi. Setelah menyeberang traffic light, tak nampak banjir, bahkan jalan terlihat agak kering. Di daerah sini baru gerimis nampaknya.

 

 

Di dekat patung Sukarno - Hatta, aku berhenti mampir di satu penjual 'gilo-gilo' aku jajan buah. Saat meninggalkan penjual 'gilo-gilo' ini mantel sudah dalam kondisi kulipat dan kumasukkan dalam tas kresek. Tapi, ga lama kemudian, sesampai perempatan dimana jika belok kiri ke Jl. Dr. Cipto, hujan turun lagi, lol. Mantel pun kupakai lagi.

 

 

Melewati Kota Lama yang sepi karena pegunjung berteduh di pinggir-pinggir, aku terus melaju ke Jl. Pemuda, hingga belok kiri ke Jl. Thamrin. Sesampai Tugumuda, jarak yang sudah kutempuh baru 90 kilometer. Aku menggenapinya hingga angka 101 kilometer dengan ngeloop BKB 4 kali.

 

 

Aku menulis ini di hari Sabtu 5 Desember 2020, pagi tadi aku mager karena hawa dingin yang membuatku rasanya ingin molor terus di tempat tidur, lol.

 

 

PT56 09.54 05-Desember-2020

 

 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.