Cari Blog Ini

Kamis, 17 September 2015

Who is your inspirator for LDR?

Who is your inspirator for LDR? a.k.a long distance riding

Di awal ‘nyemplung’ ke dunia sepedahan tahun 2008, tentu ga terpikirkan bahwa satu saat nanti dari sepedahan ini aku akan memiliki pengalaman bikepacking alias mbolang naik sepeda. Meski sebelum itu aku sudah bermimpi untuk backpacking, alias mbolang berjalan kaki, atau jika beruntung mendapatkan tumpangan orang yang baik hati, seperti yang ditulis oleh Andrea Hirata di bukunya yang berjudul “Edensor”.

Akhir tahun 2009, aku kenal seseorang yang mengaku pernah bersepeda all the way dari Jakarta ke Nepal. (Entah benar atau ga kisah yang dia ceritakan ini. Hihihi …) Waktu itu dia menjanjikan satu saat dia akan mengajakku bertualang bersama, entah naik sepeda, atau naik motor.

Mimpi yang dia tanam di kepalaku ini nampaknya begitu ajaib. Aku benar-benar ingin melakukannya, bertualang seperti Lima Sekawan, kisah empat remaja plus seekor anjing yang menemaniku menapaki masa remaja, meski tanpa kisah ala detektif. Yang penting bertualang, bersepeda, merambah kota-kota. Mimpi ini, kian dipupuk oleh seorang (atau dua orang) kawan sepedaan yang di tahun 2010 itu kadang posting foto waktu dia mbolang ke satu tempat dengan naik sepeda. Sebut saja namanya Riu, bukan nama sebenarnya. LOL. (Bukan Bunga. LOL.) Riu terkadang ditemani Tayux dalam mbolangnya. Juga bukan nama sebenarnya. LOL.

Walhasil, mimpiku pun kian menggelitikku. Aku kian tak sabar. Kapan si seseorang yang berjanji padaku untuk mengajakku mbolang merealisasikannya?

Awal tahun 2011, pertama kali mencoba turing ringan, ramai-ramai dengan para seliers dari beberapa kota, bersepeda dari bunderan UGM ke Candi Borobudur, Magelang, tanggal 6 Maret 2011. Thank god kakakku telah membelikan adik-adiknya sebuah sepeda lipat, sehingga akubisa ikut event ini di Jogja. “Keberhasilan”ku (keberhasilan! Xixixixi) mengikuti turing ini membuatku merasa, “oh … aku bisa lho mbolang naik sepeda.”J

Turing ringan ini dilanjutkan dengan turing ramai-ramai bersama kawan-kawan pesepeda Semarang (B2W Semarang, B2C Semarang, B2S Semarang, Komselis, dll.) Pertama ke Kudus bulan April 2011. Kedua ke Jepara, Mei 2011.

Ternyata, bersepeda jarak jauh (“jauh” buatku lhoo) ini begitu membuatku ketagihan. :D Maka, ketika aku dolan ke Solo untuk mengunjungi sobat lama yang tinggal di Palur (thanks god, aku sudah kenal Ranz yang terus menerus mengundangku dolan ke rumahnya yang tak jauh dari stasiun Purwosari), dan berencana dolan ke Jogja setelah itu untuk mengunjungi kawan lama yang lain, aku sangat bersuka cita ketika Ranz menawariku bersepeda saja ke Jogjanya, ga usah naik kereta api. Ini terjadi di bulan Juni 2011. Dan … ternyata aku telah merealisasikan mimpi mbolang dari satu kota ke kota lain dengan naik sepeda! Tanpa si seseorang yang berjanji untuk menemaniku bertualang.J

Kisah mbolang berdua di bulanJuni ini ternyata berlanjut ke bulan Juli waktu kita mengikuti trip ke Karimun Jawa yang diadakan oleh sebuah agen travel.Meski pun mengikuti itinerary agen itu, kita tetap membawa sepeda lipat sehingga kita tetap bisa bersepeda tatkala tidak sedang mengikuti boat riding.

Berlanjut lagi di bulan September 2011 ketika Ranz mengajakku ke pantai Nampu, satu pantai indah yang terletak di balik sebuah bukit di Wonogiri: a blind biking adventure karena kita berdua masih buta trek, masih belum berpengalaman melakukan satu bikepacking trip.

Jadi, siapa dong yang menginspirasiku ber-long-distance-riding?

Tentu bukan Paimo dong, yang konon telah menjadi inspirator banyak pesepeda lain untuk turing (bukan turu miring lhoya. #garing). Sebelum menulis ini, aku selalu ‘menuduh’  Riu yang telah membuatku ngiler untuk mbolang. Namun setelah menulis ini, oh … ternyata … si seseorang itu yak.LOL. Mau tahu siapa si seseorang itu? Mau tahu aja atau mau tahu banget? #garing (kedua). LOL. Ga usah deh ya.LOL.


Kebayang, jika sejak tahun 2008 lalu aku tahu sepak terjang Paimo yang nekad bersepeda dari satu Negara ke Negara lain bahkan sampai mendaki pegunungan Andes dengan sepeda, well, mungkin aku malah tidak akan terinspirasi untuk berbikepacking. Apa yang dia lakukan terlalu ekstrim bagiku, sehingga aku ga bakal ingin menirunya. (mana mungkin? Aku kan hanya penggembira di sepedaan, Cuma bisa bergembira ketika nyepeda. LOL. Cuma bisamenaiki sepeda dan ga bisa ngapa-ngapain jika terjadi apa-apa dengan sepedaku.Paling mentok menuntunnya ke bengkel sepeda. LOL. Mungkin aku malah hanya akan bersepeda dari rumah ke kantor ajah, kemudian pulang. Sesekali ngikut event funbike. Sudah.

*****

Dua tahun kemudian setelah memiliki pengalaman mbolang ke beberapa kota naik sepeda, aku dan Ranz dolan ke Jogja untuk yang ke sekian kali untuk ngikut event J150K. Waktu gowes, seseorang (aku ga perlu sebut namanya ya? J ) berbicara kepada Ranz, “Kalian tahu ga sih bahwa kalian berdua telah merusak tatanan turing? Sebelum kalian turing naik sepeda lipat, kita para turinger memiliki ‘standard’ ketika turing. Pertama, sepeda harus blab la bla … kedua, turinger harus blab la bla … Lha kalian? Seenaknya aja turing naik sepeda lipat.Itu menyalahi kaidah turing.Bla blab la … dan seterusnya dan seterusnya. LOL. (Shhhttt … bacanya dengan nada bercanda ya? Jangan serius.)

Kian tahun, kian banyak orang bertualang dengan naik sepeda.Entah siapa pun itu yang telah menginspirasi mereka. Apakah itu Paimo atau siapa pun juga. Secara pribadi, akusenang, karena justru bisa berbagi pengalaman dengan banyak orang, bisa melihat orang lain yang memiliki passion yang sama. (Beberapa tahun lalu, a student of mine, a woman, older than me a few years, who has  a doctor’s degree, bertanya padaku, “What did you get from such a trip, Miss Nana? Besides feeling exhausted?” nah lo, aku mblongong kan dengernya? LOL.)

LG 15.33 17/09/2015


2 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.