Cari Blog Ini

Rabu, 19 Juni 2019

From Semarang to Solo 2019


Bulan Mei 2018 aku bersepeda ke Solo dari Semarang, ditemani Ranz yang menjemputku di Bawen, ketika aku akan menghadiri acara ulang tahun Seli Solo yang kedelapan. Ternyata, tahun ini, aku pun ingin mengulang  pengalaman ini. Untunglah Ranz bersedia. (Kalau dia ga sempat, aku bakal nekad bersepeda sendiri ga ya ke Solo? Heheheh …)


Well, sempat ragu-ragu juga sih karena beberapa hari sebelum hari Jumat 12 April 2019 itu perutku sering kram tanpa alasan yang jelas. Bahkan Kamis malam aku masih ragu-ragu, meski aku tetap packing. Ya iyalah, packing, kalau pun ga jadi bersepeda, aku tetap berangkat ke Solo kok, untuk menghadiri ultah Seli Solo kesembilan yang diselenggarakan pada hari Minggu 14 April 2019, tapi naik kereta api Kalijaga. (Eh, aku belum beli tiket!)


Jumat 12 April 2019




Setelah menyelesaikan tugas dapur di pagi hari, dan mandi, aku meninggalkan rumah pukul 06.30. Ranz sudah uring-uringan menunggu kabarku jadi bersepeda atau engga karena dia harus berangkat cukup pagi untuk sampai di Bawen. :D kebetulan tab yang biasa kupakai untuk komunikasi sehari-hari sedang error, jadi rasa susah menghubunginya. Untunglah Angie meminjamiku tab-nya, jadi pagi ini aku tetap bisa merekam perjalanan menggunakan strava, setelah download aplikasi itu malam sebelumnya.


Kukayuh pedal Austin pelan namun pasti menuju arah Selatan, mendaki beberapa tanjakan yang menyambutku dengan hangat. LOL. Ga Cuma hangat, eh, karena tentu saja aku super ngos-ngosan dan keringetan. LOL.


Aku sampai di satu mini market seberang terminal Bawen tempat Ranz menungguku pukul 09.20. aku sempat masuk untuk membeli air mineral -- bidon sudah kosong -- dan roti untuk cemilan di jalan. Sekitar pukul 09.30 kita meninggalkan lokasi kita bertemu tersebut.


Kita berhenti sebentar di satu lokasi dimana ada tulisan 'SMART SALATIGA' untuk memotret sepeda. Oh ya, Ranz juga memotretku, meski hanya candid. Kita berhenti sebentar juga di gapura 'Selamat Datang' di kota Salatiga. Kita berhenti untuk sarapan di satu rumah makan soto segeer. Tahun lalu kita juga mampir sarapan disini.




Usai sarapan, kita melanjutkan perjalanan. Seingatku tahun lalu kita sempat mampir di satu mini market di daerah pusat kota Salatiga, kali ini aku tidak merasa butuh beristirahat, sehingga kita terus bersepeda. Ranz mengajakku mampir di satu tempat yang berjualan gethuk, dia ingin membeli gethuk untuk oleh-oleh orang rumah. Setelah itu, kita terus mengayuh pedal sepeda hingga 'alun-alun' Boyolali dimana kita berfoto ria dengan latar belakang patung kereta yang ditarik kuda-kuda. Tumben kita tidak kebelet pipis sehingga ga perlu mampir ke pom bensin. :D


Kita juga tidak lama berhenti di alun-alun Boyolali. Setelah beberapa jepretan, kita melanjutkan perjalanan lagi. Sesampai situ, trek sudah mudah, jalan sedikit menurun, ga lagi ada tanjakan. Namun, entah mengapa, aku mulai merasa bosan. LOL.


Ranz semula ingin mengajakku mampir ke satu daerah di Pengging, katanya ada satu tempat berjualan sosis Solo dengan ukuran jumbo. Namun setelah ngecek jaraknya dari jalan raya, kira-kira sekitar 20 kilometer, Ranz membatalkan idenya itu. Dia khawatir kalau kelamaan di jalan, gethuk yang dia beli di Salatiga jadi basi. Kita jadinya mampir ke satu mini market karena air di bidon habis. Kali ini kita stay rada lama bahkan kita sempat beli es krim.


Mendekati Kartasura, Ranz yang kelaparan mengajakku mampir ke satu rumah makan sate kambing. Usai makan, kita langsung menuju rumah Ranz di kawasan Laweyan. Kalau tahun lalu kita mampir ke De Tjolomadoe.


Tahun lalu jarak yang kutempuh 105 kilometer, tahun ini hanya 99,4 kilometer. Ga ada 100 kilometer. :D


Ranz bilang kapan-kapan kalau aku ingin bersepeda lagi ke Solo, dia mau menemani dengan menjemputku di Bawen. Lha … hyuk kita ulangi lagiiiii. :D


LG 12.32 24-April-2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.