Cari Blog Ini

Rabu, 26 Juni 2019

Yang layak diingat dari J150K Endurance 2019



Yang paling spektakuler dari event ini adalah jumlah peminat yang gila-gilaan. Sebelum pendaftaran dibuka, sudah banyak kawan yang menanyakan tentang event ini, para newbie tentu saja, yang belum pernah ikut event J150K sebelumnya. Mereka kasak kusuk tentang


  1. berapa biaya pendaftarannya
  2. dengan biaya pendaftaran sejumlah itu, kita dapat apa saja
  3. bagaimana treknya
J150K kedua tahun 2017, biaya pendaftaran Rp. 200.000,00, kita mendapatkan sebuah kaos dan tas kecil yang bisa kita cantelkan di setang. Asupan minum dan cemilan berupa pisang cukup tersedia di sepanjang jalan. Trek tidak terlalu sulit, di awal ada tanjakan menuju area Gunung Merapi (Jalan Kaliurang kilometer 15), kemudian belok ke arah Kulon Progo, kemudian ke arah Bantul, hingga Pantai Baru, check point 2 tempat makan siang. 

Itulah sebabnya kawan-kawan langsung (sedikit) patah hati ketika dengar rumor bahwa biaya pendaftaran kali ini meningkat cukup signifikan, yakni Rp. 500.000,00. Kita berharap ini hanya sekedar rumor, bukan kabar yang sesungguhnya.

Bahkan Ranz langsung bilang, "Tidak!" ketika kutanyai apakah tetap akan ikut J150K jika biaya pendaftaran benar-benar limaratus ribu rupiah. Aku juga mikir limaratur ribu rupiah dikalikan dua bisa kita pakai mbolang beberapa hari ke satu lokasi yang belum pernah kita datangi.

Itu sebab waktu pendaftaran dibuka dan biaya pendaftaran benar-benar mencapai angka setengah juta rupiah, aku bingung. lol. eman-eman uangnya, tapi kok pingin ikut. dengan setengah hati, aku iseng mendaftar, kira-kira setelah bingung mendaftar atau tidak selama 5 menit. lol. Aku terdaftar, dengan nomor pendaftaran 368. Aku 'jeda' sekitar 2 menit untuk menimbang-nimbang ndaftarin Ranz atau tidak, akhirnya aku mendaftarkannya. Ternyata, nama Ranz tidak terdaftar.

Panitia menyediakan 'tiket' 500 orang dengan biaya pendaftaran limaratus ribu rupiah, ternyata langsung SOLD OUT dalam waktu kurang dari 10 menit. AJIGILEEEEE ...

dan peserta hanya diberi waktu satu minggu saja untuk melunasi biaya pendaftaran. jika tidak dibayar, langsung dicoret, karena panitia akan memberikan 'slot' itu pada calon peserta lain yang merengek-rengek minta ikut karena gagal mendaftar. 

Jika kalian baca artikelku disini, aku ragu-ragu jadi ikut atau tidak. lebih ke ga jadi ikut ya? :)

Namun ternyata, 'akal sehat'ku kalah dengan nafsu untuk membuktikan pada diri sendiri bahwa aku mampu menempuh jarak 150 kilometer dengan naik sepeda lipat. 😜

Dalam waktu seminggu, aku berusaha merayu Ranz untuk mau ikut. Aku harus yakin dulu dong bahwa dia mau ikut, baru aku membayar biaya pendaftaran. 

Ranz akhirnya bersedia ikut setelah aku kompori dia bahwa Aristi ikut, bahwa Aristi bakal njewer telinganya jika dia ga ikut J150K. hahahahaha ... Tapi, dia ga mau repot 'rebutan' mendaftar, hingga itu tetap menjadi tanggung jawabku.

Waktu panitia mengumumkan membuka pendaftaran kloter 2, aku sudah siap-siap dengan gadget di tangan. Detik panitia membuka, saat itu juga aku langsung mengisi formulir. 2 menit kemudian ku-submit. Dan aku lega waktu ada balasan dari panitia memberitahu data yang kusubmit sudah diterima. Plus, aku bisa ngecek di daftar peserta di web yang tersedia. 

Dan ... pendaftaran kedua ini ditutup dalam waktu 5 menit! Konon panitia hanya membuka untuk sekitar 200 peserta lagi. (Namun ternyata, di hari H, ada 933 nama yang terdaftar ikut J50K 2019 ini.) Dengan jumlah peserta hampir seribu, dimana mereka harus menempuh jarak 150 kilometer tentu bukan satu event yang mudah dikontrol. 

'Karakter' J150K dengan Tour de Pangandaran beda. Peserta J150K memiliki waktu terbatas, mereka dipatok harus sudah sampai di check point 1 pada jam tertentu, begitu seterusnya hingga titik finish. Jika lebih dari target yang ditentukan, peserta akan 'digaruk' dan diangkut kendaraan evak. Sedangkan TdP sifatnya 'turing', tidak ada target harus sudah sampai di check point 1 jam berapa, waktunya benar-benar fleksibel. Panitia menyediakan kendaraan evak di tempat makan siang (Toserba Samudra) sampai pukul 15.00. Jika sampai di titik ini lebih dari jam itu, peserta harus bertanggung jawab pada diri sendiri, bagaimana akan sampai di Pantai Pangandaran. 


Aku belum pernah ikut event Tour de Borobudur yang konon peserta juga dibatasi waktunya, atau event-event lain sejenis.

*****

Selain menarik minat peserta yang begitu spektakuler, catatan lain adalah panitia mempersiapkan segalanya dengan jauh lebih profesional.

Ada 3 check point yang telah dipilih oleh panitia. Check point pertama di kilometer 50 (kalau tidak salah ingat.) Check point kedua di kilometer 89. Check point ketiga di kilometer 134. Selain di 3 titik itu, panitia juga menyediakan check point bayangan dengan menyediakan 'water station' plus cemilan sehat berupa coklat (di check point bayangan 1) dan pisang (check point lain).

Selain itu, para pengibar bendera alias penunjuk jalan ada dimana-mana. Kita tidak akan tersesat, meski kita tidak mengenal area yang kita lewati dengan baik. Kru panitia juga terlihat mondar-mandir, 'menjemput' masalah, andai ada peserta yang terkena masalah, misal kaki kram, atau masalah teknis dengan sepeda. Plus tenaga fisioterapi dalam jumlah lebih dari 10 orang disediakan.


******

Banyak peserta yang terlihat ikut event ini secara rombongan. Mereka tetap terlihat solid dalam rombongannya. Jika ada satu yang terpaksa harus berhenti, anggota rombongan lain ikut berhenti. (Salut buat mereka!) Namun, aku juga melihat banyak peserta lain yang nampak sendirian. Ketika mereka lelah dan butuh istirahat, mereka akan duduk di pinggir jalan -- dimana pun -- untuk sekedar meluruskan kaki, mengistirahatkan pantat.

Dan aku bersyukur Ranz terus menerus mengawalku,  meski cerewet. hahahahaha ... Meski kadang kecerewetannya membuatku kesal. lol. but I love her that way. 😀


To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.