Cari Blog Ini

Senin, 14 Oktober 2019

Launching SESEG Pati

sebagian pasukan KomseliS yang menginap di homestay Tentrem, siap2 berangkat



Seperti yang saya tulis di artikel ini, komunitas Sepeda Lipat Sego Gandul alias SESEG Pati di-launching pada hari Minggu 13 Oktober 2019, ikut meramaikan komunitas pecinta sepeda lipat di seluruh Nusantara. Para 'founding fathers' SESEG baru sempat melakukan launching di bulan Oktober 2019 meski katanya telah dibentuk di bulan Mei 2019.


Meski awalnya nampak kurang menarik perhatian beberapa kawan KomseliS ketika link pendaftaran dirilis di awal bulan September, ternyata on the D day, lumayan banyak juga kawan-kawan KomseliS yang hadir: ada sekitar 25 orang hadir.


Sabtu 12 Oktober 2019


Saya dan Ranz ternyata sampai di penginapan nomor satu dibandingkan kawan-kawan KomseliS lain. Untunglah kita masih bisa mendapatkan satu kamar di homestay ini, meski kita belum pesan sebelumnya. Nte Ria yang memberitahu bahwa kawan2 menginap di homestay TENTREM 2 ini.


Setelah check in di kamar nomor 117 (lantai 1) kita keluar untuk makan siang. Usai makan siang, kita bersepeda ga jauh-jauh dari alun-alun Pati. Sayangnya alun-alun sedang dipagari seng karena masih dalam proses renovasi. Ketika kita akan kembali ke penginapan, di jalan tak jauh dari penginapan kita bertemu dengan papih Fatih yang katanya akan mengambil racepack peserta di Omah Koeno 1868, maka kita pun balik bersepeda lagi.


Di Omah Koeno sudah lumayan juga kawan-kawan pesepeda lipat yang datang dari luar kota. Om Haryanto Rangga yang kita kenal sebagai seseorang yang berkecimpung di B2W Pati (dan salah satu mantan ketua JFB) pun ada di lokasi, ternyata beliau adalah ketua panitia launching SESEG ini.


Untuk mendaftar sebagai peserta launching SESEG, kita memiliki 2 pilihan, paket A dengan harga Rp. 75.000,00 peserta mendapatkan 'tas' unik yang bisa dipasang di setang atau di bawah seatpost yang bisa dipakai untuk 'tempat' menaruh bidon dan pernak-pernik lain. Paket B dengan harga Rp. 120.000,00 peserta mendapatkan kaos event. Untuk 'mengurangi' kian menumpuk koleksi kaos event di rumah, lol, saya dan Ranz memilih paket A.


Usai mengambil racepack, kita berdua kembali ke penginapan. Penginapan sudah mulai ramai dengan kawan-kawan peserta launching SESEG terutama kawan-kawan KomseliS.







Malam itu sebagian dari kita NR untuk mencari makan malam; karena khawatir kelelahan, kita tidak ikut event NR yang disediakan oleh panitia. :) tempat yang kita kunjungi pertama setelah meninggalkan penginapan adalah Omah Koeno, yang telah berubah fungsi menjadi café. Kata Tatak, café ini menawarkan kopi terbaik di kota Pati karena barristanya yang sudah terkenal dan  baik hati mengajari orang-orang di Pati yang ingin belajar membuat kopi. Seorang kawan yang asli Pati memberitahu kita informasi untuk makan malam 'soto kemiri' jika ingin mencicipi satu masakan khas Pati. Setelah berfoto bersama untuk kenang-kenangan, kita pun meluncur ke rumah makan yang disebutkan.


Soto Kemiri ini berkuah santan, seperti soto Kudus, beda dengan soto Semarang maupun Solo yang berkuah bening. Perut saya tidak bermasalah makan makanan bersantan, tapi Ranz biasanya bakal mengeluh jika harus memakan masakan bersantan. Untunglah, malam ini Ranz bersedia makan dengan menu yang sama.


Usai makan, kita gowes kembali ke penginapan. Beberapa dari kita mampir ke satu minimarket untuk membeli beberapa barang yang kita butuhkan. Saya dan Ranz menyempatkan diri gowes memutari alun-alun, demi mengurangi lemak yang menempel di perut maupun pinggang sebelum kembali ke penginapan.


Minggu 13 Oktober 2019


Menjelang pukul lima tigapuluh pagi pelataran parkir penginapan sudah riuh rendah dengan suara kawan-kawan KomseliS yang mempersiapkan diri untuk berangkat ke kantor Bupati Pati, tikum peserta launching SESEG Pati. Setelah foto bersama untuk dokumentasi, kita beriringan mengayuh pedal sepeda lipat masing-masing menuju tikum, yang terletak kurang dari satu kilometer dari penginapan. Sampai sana, ternyata suasana masih cukup lengang. Namun begitu kedatangan rombongan dari Semarang, suasana pun langsung ramai. 😝


Bapak Bupati Pati sendiri yang memberangkatkan pasukan gowes launching SESEG sekitar pukul 06.25. jumlah peserta kurang lebih ada 200 orang. Tatak bilang bahwa trek menuju Bendungan Gunung Rowo didominasi tanjakan, tidak jauh berbeda dengan area Gunung Pati, Semarang. Untungnya tidak ada trek tanjakan securam trek menuju kampus Unnes di Sekaran, selepas kreteg Wesi tak jauh dari jalan Dewi Sartika itu. Lol. Namun di awal-awal tentu trek masih datar, meski trek yang dipilih kadang berupa jalanan aspal yang sudah rusak, namun masih lumayan aman lah buat sepeda lipat.





Pemandangan di sepanjang jalan didominasi dengan pohon-pohon kering kerontang yang eksotis dan magis. Tentu ini disebabkan musim kemarau yang cukup lama tahun ini.


Kita sampai di bendungan Gunung Rowo setelah menempuh jarak kurang lebih 19,5 kilometer dari penginapan, berarti sekitar 18,5 kilometer dari tikum. Disana panitia menyediakan air mineral dan buah semangka yang segar sekali. Kebetulan tidak jauh dari tempat kita berfoto-foto ada sepasang suami istri yang berjualan jajanan khas anak-anak Pati, misal sempolan, dan mereka pun menjadi tumpuan jajan kawan-kawan KomseliS yang ternyata doyan jajan makanan khas anak-anak SD/SMP ini. 😉







Setelah puas jajan dan foto-foto, kita kembali melanjutkan kayuhan pedal kembali ke kota. Acara puncak berupa makan siang, pemotongan tumpeng, pembagian door prize serta lelang frame sepeda lipat dilaksanakan di RM Dua Ikan, Pati.


Keseluruhan acara usai pukul 12.35. Kita kembali ke penginapan, packing dan check out.


Sekitar pukul 13.15 saya dan Ranz sudah dalam bus yang meninggalkan terminal Pati. Tiket bus ekonomi ber-AC ini Rp. 30.000,00, dan alhamdulillah free bagasi. Kita turun di jalan ujung menuju terminal Terboyo, sekitar pukul 15.15. untunglah jalan menuju Demak belum sampai momen ketika macet. :) Ranz mengajak mampir ke warung susu Karangdoro untuk minum es teh (aku) dan es susu coklat (Ranz).


Dari sana, kita gowes ke kos Ranz, dia janjian dengan Tami untuk meminjam kompor yang biasa dipakai untuk camping. Di kos, Ranz sempat mandi dan ganti baju. Pukul 17.00 kita telah sampai di travel Xtrans yang terletak di Jalan Menteri Supeno, untung masih ada tempat duduk buat Ranz untuk keberangkatan travel pukul 18.00. setelah membeli tiket, kita sempat jajan di Mbah Jo, Ranz kelaparan karena ketika di RM Dua Ikan dia ga bisa makan dua jenis masakan yang disediakan., soto berkuah santan dan sego gandul. Pukul 18.00 travel yang dia naiki mulai meninggalkan pool, dan saya kembali mengayuh pedal Austin kembali ke rumah.


Sampai bertemu di kisah sepedaan kita berikutnya ya.


LG 14.36 14-October-2019










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.