Cari Blog Ini

Senin, 06 Juni 2022

Series of 'unfortunate' events: Jogja - Solo Day 3

 


Minggu 29 Mei 2022

 

Sejak bangun, Ranz sudah bilang dia merasa tubuhnya kurang fit jika balik ke Solo kami full gowes. Aku manut saja, minimal bersepeda sepanjang Selokan Mataram lah, sampai kawasan Kalasan. Jika dulu, kami harus bersepeda sampai stasiun Klaten -- KA Prameks dari stasiun Lempuyangan langsung berhenti di stasiun Klaten, kemudian langsung ke stasiun Purwosari -- kali ini kami cukup ke stasiun Brambanan. (Hah! Aku baru ngeh kalau namanya stasiun BRAMBANAN, bukan PRAMBANAN, hihihi) . Ranz setuju minimal kami bersepeda sampai stasiun Brambanan.

 





 

Namun entah mengapa aku berharap Ranz tetap akan mengajakku bersepeda sampai Solo. Hihihi … beberapa kali ini terjadi, rencana hanya akan bersepeda sampai Klaten, namun kenyataannya kami tetap bersepeda sampai Solo. Saking berharapnya kami tetap bersepeda sampai Solo, aku tetap ga ngeh melihat 'clues' yang diberikan oleh Ranz: dia ngepit dengan sangat santai, mengajak mampir Candi Sambisari, meski hanya untuk jajan di angkringan (langganan kami setiap kesana), plus memotretku di tulisan CANDI SAMBISARI, setelah melewati Global Islamic School Jogja, menyeberang ring road, eh, dia mengajak balik lagi demi foto-foto di jembatan yang baru dibangun, sudah mampir di angkringan Candi Sambisari, tetap mengajak mampir ke es dawet dekat Candi Kalasan. Ternyata, Ranz benar-benar hanya 'mau' bersepeda sampai stasiun Brambanan.

 

Kami sempat mampir toko oleh-oleh yang berjualan bakpia merek Muti***, namun yang rasa original sudah habis. Dari sana, kami ke 'pabrik' bakpia Muti*** yang terletak dekat Hotel Galuh, eh, disana malah yang ada tinggal rasa green tea, lol. Kami ga jadi beli oleh-oleh. :D Dari sana, Ranz langsung mengajak menyeberang jalan, menuju stasiun Brambanan. Ini sekitar pukul 12.50. KRL akan sampai stasiun sekitar pukul 14.10. setelah mengisi kartu e-tolnya (untuk membayar tiket KRL) Ranz mengajak mampir ke Candi Sojiwan sebentar untuk berfoto. Beberapa jepretan (dari luar, kami tidak masuk area candi), kami langsung kembali ke stasiun.

 





 

 

Kembali ke stasiun Brambanan, kami melipat sepeda yang kami naiki. Dengan mudah aku bisa melipat Austin, tapi, Ranz kesusahan melipat Petir. Ketika berada di bengkel di hari Jumat, ternyata baut di bagian lipatan Petir itu dikencangkan oleh sang mekanik. Sebegitu kuat, sampai Petir tidak bisa dilipat. :( Meski Petir tidak bisa dilipat, Ranz tetap mengajak masuk peron. Kami diperbolehkan masuk peron oleh penjaga pintu, namun salah satu dari mereka bilang ke Ranz, "Maaf, sepedanya nanti dilipat dahulu sebelum naik KRL ya." Di dalam peron, Ranz mencoba melipat, namun tetap gagal. FYI, ukuran Petir yang kecil -- diameter ban hanya 14 inchi -- sebenarnya tidak nampak besar, meski yang dilipat hanya setang, Petir tetap saja tidak akan makan tempat. Akan tetapi, Ranz ternyata tidak pede untuk 'ngeyel'. Kami pun keluar dari peron, kembali ke lobby.

 

Trouble keempat: Petir tidak bisa dilipat!

 

Di lobby stasiun, Ranz menelpon mas Martin, bertanya apakah dia bisa menjemput kami di stasiun Brambanan. To our relief, dia bisa menjemput. Alhamdulillah. Mas Martin sampai stasiun sekitar pukul setengah empat. Kami sampai rumaj Ranz di Laweyan sekitar jam setengah lima.

 

Aku sebenarnya janji ke Angie untuk balik ke Semarang hari Minggu itu. Namun Ranz asked me to stay one more night. Adiknya mau menraktir seluruh keluarga (plus keluarga istrinya) for their wedding ceremony. Ya wis lah.

 

Aku baru balik ke Semarang hari Senin 30 April 2022 pukul 08.00. seat yang pemberangkatan jam 06.00 dan 07.00 sudah habis!

 

Sampai jumpa di kisah sepedaan kami berikutnya yaaa.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.