GREAT ADVENTURE: GOWES PLUS TREKKING KE
NGLIMUT
Background
- Satu kali Mas Nasir mengunggah foto seli imutnya
di pinggir jalan dengan caption “gowes ke Nglimut”. Beberapa jam kemudian
aku melihat Mas Nasir mengunggah fotonya di depan baliho tulisan “Wisata
Alam Nglimut Pemandian Air panas alami Promas Greenland Gonoharjo”.
Dikarenakan Mas Nasir ‘hanya’ menaiki sepeda lipatnya yang rodanya hanya
16 inchi, maka kupikir – atau kuharapkan – medannya friendly. Maka,
beberapa hari kemudian aku ngewall Mas Nasir ngajakin gowes ke Nglimut,
karena sudah cukup lama juga ga ada event gowes bareng di komunitas b2w
Semarang.
- Satu siang waktu makan siang di sebuah rumah
makan aku bertemu Okto, salah satu peserta “gowes ceria to Kudus” setahun
lalu. Kita sempet ngobrol tentang gowes ke Nglimut ini. Review yang
diberikan oleh Okto sempat menciutkan hatiku: dia ga mampu gowes di
tanjakan terakhir yang memang ekstrem. Mana dia terserang linu di dengkul
pula sehingga bahkan perjalanan pulang yang “tinggal” downhill (alias
nggelondor turun) pun butuh waktu lama. L
- “Gowes ke Nglimut? MISSION IMPOSSIBLE!” kata
seorang rekan kerja ketika dia bertanya kemana aku akan gowes di hari
Minggu 7 Mei. Hadeeehhh ... kok ga enak banget yak ‘review’ yang
kudapatkan sebelum berangkat gowes ke Nglimut? Maka kubilang, ‘bekal’ku
adalah: gowes ke Tawangmangu bulan Desember 2011. Yah ... paling tidak aku
punya pengalaman gowes nanjak ‘gunung’ lah. J
- “dulu gowes dari mabes ke sekatoel aja udah fak
fak fak banget. Ampuun ... ban saya kecil, tipis, dan imut. .. nggak dulu
deh.. #ngeles” Ini komen Tedjohns di grup Komselis. hadeehhh ... baru ngeh
kalo lokasi Nglimut lebih tinggi dari pada Sekatul. Bener-bener review
yang tidak mendukung. Semakin menciutkan hati.
Nevertheless, dengan dukungan Mas Nasir,
Tami, dan Ranz yang kebetulan kuliahnya libur karena Hari Suci Waisak, aku
tetap memutuskan berangkat.
On the D-day – Extreme uphill biking
Janjian dengan Mas Nasir kumpul di
meeting point jam 5.30 untuk berangkat jam 6. Aku, Tami, dan Ranz nyampe disana
pukul 06,10 dan Mas Nasir sudah ada disana. Kita langsung berangkat.
Tanjakan lumayan ‘killing’ pertama
adalah setelah kita belok ke kiri dari pasar Jrakah: tanjakan BPI. Untunglah
shifter Austin sudah kuganti sehingga tanjakan itu kulewati dengan mulus.
(Beberapa bulan lalu waktu shifter Austin masih bermasalah, aku terpaksa ttb
disini. :-D) Setelah lewat tanjakan BPI, kita mampir di satu warung soto ayam
untuk sarapan. Kita berhenti untuk sarapan selama kurang lebih 30 menit sebelum
melanjutkan perjalanan.
Tanjakan yang ga begitu killing namun
lebih panjang sehingga lebih melelahkan adalah tanjakan Esperanza. Tanjakan
yang lumayan jadi bahan pembicaraan beberapa teman b2w Semarang di awal
komunitas ini berdiri dan mereka diajak gowes ke Alaska oleh Mas Nasir. Aku
yakin mampu menaklukkan tanjakan ini meski tentu harus pelan-pelan. Namun di
tengah perjalanan, mendadak ada seorang cyclist yang menawari mendorongku.
Hihihihi ... Maka, dengan riang gembira kulewati Tami, Ranz dan Mas Nasir.
Hahahaha ...
Lepas tanjakan Esperanza, kita sampe ke
BSB. Wahhh ... ternyata BSB deket yak? Hihihihi ... Pemandangan perkebunan
pohon karet yang pohonnya miring sangat asik dilihat mata di sebelah kanan
jalan. Serta merta membuat kita lupa tanjakan Esperanza yang membuat kita
lumayan ngos-ngosan sebelumnya. J Akan tetapi, jalanan mulai menyempit sehingga
kita harus hati-hati berbagi jalan dengan kendaraan bermotor yang lain. Lumayan
banyak juga pesepeda lain yang gowes ke arah yang sama dengan kita – maupun ke
arah yang berlawanan – namun hanya kitalah pesepeda yang naik sepeda lipat (aku
naik Austin, roda 20”, Ranz naik Shaun, dahon da bike roda 16” yang frame-nya
terbuat dari besi, sedangkan Mas Nasir naik dahon cd3 roda 16”. Tami
satu-satunya yang naik mtb).
Di tengah jalan, Mas Nasir ‘menemukan’
seorang goweser yang nampaknya gowes sendirian kayak orang ilang, sehingga
ditawarin Mas Nasir untuk ikut gabung dengan kita: Ibnu. Mas Nasir memintanya
untuk menjadi sweeper. J Mungkin juga untuk menemani Mas Nasir yang satu-satunya
berjenis kelamin lelaki di ‘rombongan’ kita. :)
Perjalanan lancar hingga kita sampai di
pertigaan yang kalau belok kanan kita akan sampai di Sekatul sedangkan kalau
belok kiri kita akan melanjutkan perjalanan menuju Nglimut. Kita sempat berpose
untuk foto-foto terlebih dahulu. Setelah foto-foto, yang lain langsung lanjut
gowes, aku meminta Ranz untuk menemaniku beristirahat barang 5-10 menit lagi.
:) maklum lah ya. Hihihihi ...
Dalam perjalanan berikutnya, tanjakan
terasa semakin menantang dengkul. :) panjang dan terjal. Meski terkadang ada
turunan yang ternyata ‘ menipu’. Aku telanjur senang ketemu turunan, eh,
ternyata setelah turunan tajam itu, jalan belok tajam ke kiri dan langsung kita
disambut tanjakan yang lumayan curam. Yah ... keburu aku udah ganti gear
ke yang lebih besar. L lumayan kerepotan deh di tanjakannya setelah itu. Untung
saat itu tidak ada kendaraan bermotor yang lewat. :)
Tanjakan tak kunjung usai. Dengan pelan
namun pasti kita lewati. Yang lain – mulai dari Ranz, Mas Nasir, Ibnu, sampai
ke Tami – nampak sangat semangat dan pede. Aku pelan-pelan saja yang penting
terus lanjut nggenjot dengkul. :)
Akhirnya tanjakan ekstrem yang diomongin
teman-teman di depan mata! Dua tanjakan terakhir sebelum akhirnya kita sampai
di tempat wisata alam Nglimut Pemandian Air panas alami Promas Greenland
Gonoharjo. Terus terang aku mulai keteteran, sementara yang lain masih tetap
berusaha untuk menaklukannya, dan Ranz terus menerus memompa semangatku bahwa
aku tentu akan mampu mengayuh pedal Austin menaklukkan dua tanjakan terakhir
yang esktrem itu. Sedangkan Mas Nasir memastikan akan menemani jika aku harus
ttb. Di dua tanjakan terakhir yang ekstrem ini roda depan Shaun beberapa kali
terangkat sendiri yang membuat Ranz harus sesegera mungkin mengontrolnya agar
dia tidak terjengkang ke belakang. Nah lo. J Maka, tentu sangat dipahami jika
kita perlu beberapa kali beristirahat di pinggir jalan untuk mengatur nafas dan
sedikit mengembalikan tenaga yang telah digunakan. Penduduk sekitar yang
melihat kita kadang menyapa ramah. Bahkan salah satu dari mereka ada yang
berkomentar, “Wah ... priyayi putri kok tekan kene numpak pit.” Waaahhh
... sangat melambungkan semangatku. :-D
Kurang lebih menjelang pukul 11.00 kita
pun sampai. Legaaa. Dan ternyata, frankly speaking, gowes Solo – Tawangmangu
tetap terasa lebih melelahkan dibandingkan gowes Pusponjolo – Nglimut. J meski
mandi keringat, aku masih mampu tersenyum manis di depan kamera sebagai ‘bukti’
aku telah gowes ke Nglimut naik Austin, sepeda lipat downtube nova 20”. Waktu
bikepacking ke Tawangmangu, aku lebih memilih ga usah foto ajah pas sore hari
nyampe di pasar Tawangmangu, jaim. Wajah sudah kucel berat. Hihihihi ...
Istirahat kurang lebih 15 menit di depan
pintu masuk wisata alam pemandian air panas Nglimut, sementara Mas Nasir
berusaha membetulkan ‘standar’ Shaun yang tak lagi berfungsi karena di satu
tempat jatuh, ketika Ranz sibuk memotret. Kemudian Ibnu mengajak melanjutkan
perjalanan untuk menuju tempat wisata air terjun Nglimut. Sesampai disana, yang
kurang lebih hanya berjarak 150 meter, kita langsung parkir sepeda yang
disambut oleh omongan seseorang, “prei-prei arep refreshing kok malah ngeselke
awak tok.” Hadeeehhh ... aku tahu, pasti orang itu ‘ngomelin’ kita yang datang
naik sepeda. Hahahaha ...
Setelah aku membeli gorengan dan Mas
Nasir membeli tiket masuk, kita pun masuk ke lokasi. Kubayangkan tidak sejauh
Grojogan Sewu Tawangmangu – yang konon anak tangganya naik turun mencapai angka
1250 – aku berharap untuk segera melihat air terjun Nglimut yang diceritakan
Ibnu.
But I was wrong. :(
On the D-day – jungle trekking
Jalan turunan tidak berbentuk anak
tangga yang sebagus anak tangga di Grojogan Sewu yang berarti langkah-langkah
kita lebih sulit. Banyak juga anak tangga yang sudah rusak sehingga kita tidak
bisa menghitung secara pasti ada berapa anak tangga yang harus kita tapaki.
Selain itu, anak tangga ini berhenti setelah kurang lebih 500 meter dari pintu
gerbang masuk. Selanjutnya adalah jalanan setapak yang terkadang licin sehingga
kita harus hati-hati.
Kita pertama kali berhenti untuk
menikmati gorengan ketika kita sampai di satu ‘curug’ kecil tempat kita bisa
main air di antara bebatuan yang ada. Setelah sedikit foto-foto, Ibnu mengajak
melanjutkan perjalanan. Pemberhentian kedua adalah di tanah agak lapang dimana
kita menemukan sumur yang berupa sumber air panas. Disini Ibnu sempat memesan
segelas kopi hitam dan menghabiskan sebatang dua batang rokok. Aku sendiri
menyempatkan ganti baju karena t-shirt yang kupakai sudah basah kuyup karena
keringat. :) untuk itu aku dan Ranz – yang kebelet pipis – harus ngantri lumayan
lama di toilet yang tersedia.
Honestly aku agak ga yakin akankah
setelah ini berkeinginan melanjutkan perjalanan sampai ke air terjun. Namun
karena berpikir mungkin kita bakal ga akan gowes ke Nglimut lagi (belum-belum
sudah kapok? Hihihihi ...) dan belum tahu akankah bisa menyediakan waktu untuk
berkunjung ke tempat yang sama, maka aku memutuskan untuk melanjutkan trekking
ke arah air terjun. Tami yang telah mendengar cerita dari teman-temannya bahwa
Nglimut adalah tempat wisata tempat trekking menuju ke sebuah air terjun tentu
sangat bersuka cita melanjutkan perjalanan. Apalagi Ibnu bercerita dalam
perjalanan kita akan menemukan bekas petilasan yang mungkin di zaman dulu
dipakai orang untuk beribadah, meski sudah rusak.
Dari tempat sumur sumber air panas ini,
trek semakin sulit. Jungle trekking started! Yay! Jalanan cukup licin hingga
kita harus ekstra hati-hati, ditambah banyak bersliweran akar-akar pohon yang
tak kalah licin. Sampai sini, aku tak lagi membandingan trek di Nglimut ini
dengan Grojogan Sewu yang terasa sangat ringan, namun membandingkannya dengan
trek menuju air terjun Semirang Ungaran. Trek menuju air terjun Nglimut ini
lebih panjang dan menantang dibandingan air terjun Semirang. Sementara Mas
Nasir membandingkannya dengan trek menuju Curug Lawe. Trek menuju Curug Lawe
jauh lebih sulit dan membahayakan dibandingkan Nglimut. :)
Sempat ketar-ketir dan ragu akankah aku
melanjutkan perjalanan sampai air terjun – mau balik kok sudah telanjur lumayan
jauh trek yang kita lewati, mau lanjut, entah berapa kilometer lagi, padahal
nanti jalan kembali ke pintu masuk juga jauh – aku sempat digodain Mas Nasir
yang melihat ekspresi roman wajahku yang terlihat galau. (Lebay!) Untunglah
pada saat aku ragu itu, Ibnu bilang, “Coba dengarkan mbak, suara air terjunnya
sudah terdengar lho dari sini.” Yay! Syukurlah. :)
Akhirnya ... sampai juga kita di air
terjun Nglimut. Legaaa ... Langsung foto-foto untuk bukti kita sudah sampai.
Lokasi yang ga begitu luas semakin terasa sempit karena begitu banyak
pengunjung. Maka kita tidak perlu nongkrong sampai lama. Kurang lebih 15 menit
kemudian kita sudah berjalan kembali ke arah semula: ke pintu gerbang masuk.
Perjalanan balik ternyata terasa lebih
cepat. Apakah karena kita sangat semangat untuk segera kembali? :) Tidak ada
insiden yang berarti kecuali kadang terpeleset sedikit di trek yang licin.
Sesampai di pintu gerbang, Mas Nasir
langsung mengambil sepeda kita dari tempat parkir – di belakang loket penjual
tiket. Melihatnya nampak in a hurry – tentu dia telah sangat ditunggu
keluarganya tercinta – aku mengurungkan niatku untuk memintanya beristirahat
sekitar 30 menit, mengembalikan otot-otok di betis, dengkul, dan paha yang
kaku. Aku merasa sangat bersalah jika Mas Nasir harus menunda gowes pulang. Akhirnya
kurang lebih 10 menit kemudian, setelah menurunkan seat-post Austin, yang lain
juga menurunkan seat post sepeda masing-masing, kita melewati turunan tajam
pertama. Sempat diperingatkan oleh seorang perempuan paruh baya – seorang
penduduk – agar berhati-hati karena ternyata sebelumnya ada seorang cyclist
yang terpeleset jatuh di turunan itu. Austin memang sangat ringan hingga meski
aku mengerem, dia membawaku melesat turun dengan cepat sampai Ranz menuduhku
tidak memanfaatkan rem dengan baik. :)
Bisa dimengerti jika waktu berangkat
kita harus ngos-ngosan di tanjakan, dalam perjalanan pulang kita dimanjakan
oleh turunan-turunan yang tak kunjung habis, sampai di pertigaan pasar Jrakah.
:) Yah ... meski ada juga sih beberapa tanjakan yang harus kita lahap di
beberapa tempat. (Ingat ceritaku di atas tentang turunan yang menipu? :) )
Semenjak
di BSB, Ibnu sudah memberitahu bahwa Mas Nasir terpaksa harus melaju pulang
terlebih dahulu karena urusan keluarga. (Aku jadi merasa bersalah telah
‘menahan’ suami orang dan bapak anak-anaknya selama sekian jam. :-D) Kita
bertiga berpisah dengan Ibnu di pasar Jrakah karena dia harus belok kiri, dia
tinggal di daerah Mangkang. Aku, Tami, dan Ranz belok kanan.
Aku, Tami, dan Ranz mengakhiri
perjalanan kita dengan makan siang kesorean di rumah makan Padang yang terletak
tak jauh dari Pusponjolo. :)
Catatan jarak.
Gowes pulang pergi berdasarkan
sportstracker di hp Ranz tercatat sekitar 62 kilometer.
Trekking dari pintu gerbang masuk
Nglimut sampai air terjun pulang pergi sekitar 6 kilometer.
Elevasi gowes berkisar 75 – 900 meter.
Elevasi trekking berkisar 900 – 1200
meter.
Closing
Memang benar apa yang dikatakan banyak
goweser, yang juga dikutip dalam status Tami. “Jangan dilihat terus tanjakan di
depan mata yang curam, dijalani saja, pasti bisa terlewati.” Meski kalau aku
sendiri sih tetap saja memandangi tanjakan di depan mata, sambil berkata pada
diri sendiri, “Ah Cuma gini aja. Ayo terus kayuh pedal!” dan ... tanjakan pun
terlewati. :-D
Special thanks buat Mas Nasir yang
menyediakan diri menjadi tour leader perjalanan, sekaligus menemani trekking.
Juga menggendong backpack-ku dalam perjalanan berangkat ke Nglimut.
Special thanks juga buat Ibnu yang
dengan sabar menjadi sweeper sepanjang gowes dan penunjuk jalan plus njagain
aku agar tidak terpeleset waktu jungle trekking.
Thanks buat Tami yang selalu menyambut
undanganku gowes bareng dengan riang gembira dan bersemangat.
Selalu big thanks buat Ranz untuk
segalanya: mengiringi gowes, mengabadikan momen dengan kamera, menggendong
backpack-ku sepanjang trekking dan gowes perjalanan pulang, menjagaku agar
tidak terpeleset sepanjang trek yang licin.
Praise to myself for this great
adventure: the combination between crazy uphill biking and challenging jungle
trekking. YAY! (lebay is okayyyy. :-P)
GL7 15.06 090512
cuaaaapeeek nya sak pol e... tapi pengen libur pengen nyepda ..
BalasHapusaku jugaaaaaaaa
Hapuspengen segera berlibur bikepacking!
uuuuuuuggghhhh