Day 4 Explore Tuban dan pulang 25
Agustus 2012
Sempat
tergoda untuk melanjutkan gowes ke Wisata Bahari Lamongan yang berjarak kurang
lebih 40 kilometer dari alun-alun Tuban, namun terkendala tidak mudah
mendapatkan bus untuk balik ke Semarang langsung dari WBL, kita akhirnya
kembali ke rencana semula: explore Tuban saja. Ada sebuah goa yang terkenal
terletak tak jauh dari tempat kita menginap. Setelah sarapan, kita mandi,
kemudian packing. Tak lama setelah selesai packing, seseorang yang memang
kuharapkan menghubungiku: Yoni. Wahhh ... Yoni langsung menyanggupi untuk
menemuiku di hotel yang ternyata dulunya adalah rumah sakit bersalin, tempat
adik Yoni dilahirkan. Yoni pun sekaligus bernostalgia dimana katanya dia pernah
menceburkan diri ke kolam ikan di depan kamar dimana adiknya dilahirkan karena
merasa cemburu. :-P
di depan hotel BASRA |
Setelah
check out, Yoni mengajak kita bedua untuk ke rumahnya. “Masak sudah sampai
Tuban, ga nyempatin main ke rumahku?” protesnya. Ya sudah kita mampir. Sesampai
rumahnya, kita disuguhi beberapa kue khas lebaran sebangsa nastar, sumpia,
namun juga ada beberapa klethikan khas Tuban yang sekarang aku lupa namanya. :)
Yang menarik ketika berkunjung ke rumah Yoni adalah dia memamerkan sepeda yang
frame-nya terbuat dari kayu, buatan kakeknya sendiri.
Orangtua
Yoni menawari kita berdua untuk menginap malam itu baru hari Minggu pagi kita
balik ke Semarang. Namun tawaran menarik itu terpaksa kita tolak karena aku
bilang ke orang rumah aku akan pulang hari Sabtu; apa lagi Ranz keberatan jika
dia harus langsung mengadakan perjalanan Tuban – Semarang – Solo at a stretch.
Setelah pamitan kepada orangtua Yoni, Yoni mengawal kita menuju Goa Akbar.
Tuban
terkenal dengan semboyannya “”kota seribu goa”. Goa Akbar hanya merupakan salah
satu goa yang kebetulan berada di tengah kota. Yang menarik adalah di atas goa
ini ada bangunan pasar yang telah ada selama puluhan tahun. Selain itu, di
dalam goa pun ada tersedia musholla untuk pengunjung. Ini adalah kali pertama
aku berkunjung ke sebuah goa yang lumayan besar, dengan stalagtit dan stalagmit
yang menarik. Goa Akbar ini sudah ditata sedemikian rupa sehingga pengunjung
tinggal menyusuri jalan setapak yang sudah disediakan di dalam, dengan pagar
yang dibangun di sebelah kiri kanan jalan. Sepanjang berjalan kaki menelusuri
goa, aku teringat novel silat bacaanku waktu kecil dimana banyak dikisahkan
sang tokoh bersembunyi di dalam goa, atau mereka telah menata satu sudut goa
dengan nyaman untuk dijadikan tempat mereka tidur.
Pemerintah Tuban mengelola goa ini
dengan cukup baik, menurutku, dengan tiket masuk yang lumayan murah, hanya lima
ribu rupiah per orang. Di dalam goa pun tersedia lampu-lampu warna-warni
sehingga suasana tidak begitu gelap dan seram. Di beberapa titik atap goa ada
air yang menetes, dan di beberapa titik lain juga ada sumber air asli yang
kemudian diatur alirannya dengan memasang kran. Goa ini cukup ‘akbar’ karena
dengan berjalan pelan, jepret sana jepret sini, sambil mengamati beberapa
titik, kita butuh waktu sekitar satu jam untuk mengeksplore.
Keluar dari
goa, sekitar pukul satu siang. Karena lapar, kita pun menuju sebuah rumah makan
sederhana yang kata Yoni harganya super murah. Dan memang benar! Untuk makan
kita bertiga siang itu dengan menu nasi pecel, mendoan, telur ceplok (untukku),
ikan pindang (untuk Ranz), dua gelas es teh, satu gelas es kacang hijau, dan
satu gelas teh panas, kita hanya bayar Rp. 17.000,00. YA! Hanya tujuhbelas ribu
rupiah saja.
Jam dua
kelar makan siang, Yoni menawari apakah kita ingin explore ke tempat lain lagi.
Dia akan mengajak kita ke tempat tujuan wisata yang untuk menuju lokasinya kita
butuh waktu satu jam gowes santai. Wah ... ga usah sajalah. Maka dari sana,
Yoni hanya mengajak kita gowes keliling kota, menunjukkan satu toko sepeda yang
khusus berjualan sepeda merek P*l***n, kemudian langsung ke terminal lama
tempat kita menunggu bus.
Sampai di
terminal lama sekitar pukul tiga sore. Aku berharap untuk naik bus PATAS, namun
karena jadual lebaran yang tidak seperti biasa, kita menunggu lumayan lama.
Ketika sebuah bus patas melintas, Yoni bertanya harga tiket berapa, dan
ternyata kondektur bus meminta kita membayar satu setengah harga tiket untuk
satu orang plus satu sepeda, dimana kita harus merogoh kocek sekitar Rp.
270.000,00 aku berubah pikiran. Kebetulan tak lama setelah itu, pukul empat
sore, datang bus ekonomi namun berAC dengan harga tiket yang reasonable, Rp.
35.000,00. Dan karena tidak ada lagi space di bagasi, Pockie dan Snow White
didudukkan di kursi bus di deretan paling belakang. Maka kita membayar Rp.
140.000,00. Masih jauh lebih murah dibandingkan bus patas yang melintas tadi.
Perjalanan
lumayan lancar sehingga kita sampai di SPBU Genuk, sekitar pukul 21.00. Kita
turun di situ, unfold sepeda, dan menaikinya ke kota. Aku lupa bahwa malam itu
adalah malam minggu maka sepanjang jalan yang kita lewati sampai di daerah
Tugumuda, traffic lumayan padat.
Aku sampai
rumah kurang lebih pukul 22.30. Not really tired but very excited.
See you next
time!
GL7 15.52
270812
P.S.:
keseluruhan jarak yang kita tempuh mungkin (ternyata, hanya) sekitar 250 kilometer
thanks to
Cipluk dan Yoni
special
thanks to Ranz :)
di kamar hotel tempat kita menginap semalam |
otw ke rumah Yoni |
Ranz mencoba sepeda Yoni yang terbuat dari kayu |
sepeda dari kayu |
berangkat menuju Goa Akbar |
sumber air di dalam Goa Akbar |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.