Ngeromli sih oke-oke saja, tapi lihat-lihat event dan rutenya dong ah. :D plus tahu diri lah batas-batasnya
Kata yang bisa
bermakna ganda ini -- positif dan negatif -- kembali ngetrend beberapa hari
terakhir ini di kalangan pesepeda gegara event J150K ENDURANCE 2019. Panitia
mematok "hanya" 500 calon peserta, naik 200 ketimbang tahun 2017.
(Meski tahun itu akhirnya membengkak ke angka di atas 600 perserta) Jika di
tahun 2017 300 nomor peserta itu ditutup dalam waktu sekitar 2 - 3 jam, tahun
ini jauh lebih spektakuler. Angka 500 langsung terlampaui hanya dalam waktu
kurang dari 10 menit! Walhasil, banyak calon peserta kecewa, baik calon peserta
veteran (yang sudah pernah ikut J150K tahun 2013 maupun 2017) maupun newbie.
Bagi yang mengenal JFB a.k.a Jogja Folding Bike yang 'tegas' terhadap peserta
liar, tentu pasrah menerima nasib. Namun, tidak bagi mereka yang penasaran pada
J150K tapi tidak "kenal" JFB, dengan ringan mereka menulis komen
"kalo ga bisa daftar resmi, ngeromli saja deh."
J150K 2013 |
Nah … jadi polemik
deh kata yang bisa jadi dianggap positif bagi penyelenggara event sepeda yang
menurutku tidak terlalu butuh pengawasan khusus dan bisa cuek pada peserta
romli. Namun, kata ini bisa bermakna negatif jika panitia mengerti bahwa event
yang mereka selenggarakan sangat beresiko. Bersepeda mengendarai sepeda lipat
dengan lingkar diameter ban di bawah 22 sangatlah tidak dianjurkan jika
dilakukan oleh mereka yang belum berpengalaman, plus jarak yang ditempuh
lumayan melelahkan, 150 kilometer. Jika terjadi apa-apa, panitia tentu akan
terkena imbasnya, meski yang 'terkena apa-apa' itu peserta liar, yang tidak
terdaftar secara resmi.
Seperti yang kutulis di artikel ini, panitia
Tour de Pangandaran pernah berbaik hati 'mengurusi' peserta romli, sekian tahun
lalu. Namun, di tahun-tahun terakhir ini, mereka mulai tegas dengan peserta
romli, karena tidak ingin konsentrasi mengurusi peserta remsi terganggu.
J150K 2017 |
Selain TdP, ada
banyak event sepedaan lain yang menurutku tidak masalah jika ada peserta romli,
misal Tour de Borobudur. Sekian tahun lalu aku pernah ditawari seseorang untuk
bergabung dengan komunitasnya yang ngikut TdB secara tidak resmi, jadi tidak perlu
membayar. Namun, komunitas ini menyediakan armada evak sendiri, mungkin juga
sekaligus untuk kebutuhan makan dan minum mereka sendiri. Penyelenggaraan TdB
berbeda dengan TdP yang bersifat fun touring, tidak ada batas minimal peserta
harus sudah sampai di garis finish pada jam tertentu. Peserta TdB sudah harus
sampai garis finish sebelum pukul 12.00. panitia menyediakan armada evak untuk
'menyapu' peserta yang masih keleleran di jalan, sehingga dipastikan semua
peserta resmi sudah sampai di garis finish di jam yang sudah ditentukan. Event
sebesar TdB maupun TdP akan selalu terbuka untuk peserta romli karena (1) jalan
yang dilewati jalan umum, dimana pada saat yang bersama siapa pun bisa lewat.
(2) kedua event besar ini sudah diselenggarakan lebih dari 7 kali, jadi para
'penggemar' sudah hafal tata cara penyelenggaraannya, meski bisa jadi rute yang
dipilih sedikit berbeda dibanding tahun tahun sebelumnya. Para romli bisa
'ngeles' mengatakan, "orang saya sepedaan sendiri kok, ga ngikut event, kebetulan
saja rute yang saya pilih sama." iya, terutama TdP, rute sepedaan dari
Tasikmalaya menuju Pantai Pangandaran ya satu itu saja, jika lewat kawasan
Banjar.
Ngeromli di J150K?
Tahun 2013 waktu
pertama kali ngikut event ini, beberapa kawan kuliah berkomentar, "Mosok
bisa sih Na, sepedaan di Jogja sejauh
150 kilometer? Lha wong jalan (Utama)nya ga sampai 150 kilometer.
DIY memang luas,
tapi tentu jarak dari titik terbarat sampai titik tertimur ga bakal sampai 150
kilometer. Agar bisa tercapai jarak 150 kilometer, tentu panitia harus berpikir
keras menentukan rute muter kesana kesini kesitu dan lain lain. Dan, untuk memandu
peserta agar tidak tersesat bukan hal yang mudah. Belum lagi menyediakan
kudapan yang dibutuhkan peserta.
Rute yang tentu
tidak hanya 'lurus' tentu menjadi alasan yang sangat jelas ga mungkin jika
seorang peserta liar bilang, "Kebetulan saya juga sedang sepedaan lewat
sini kok." Mosok sepedaan sejauh 150 kilometer dengan rute berputar-putar
mengitari Jogja kok bisa sama persis dengan rute yang telah ditentukan panitia?
Kekekekeke …
Mungkin bagi para
newbie di komunitas sepeda lipat, sepedaan sejauh 150 kilometer dengan naik
sepeda lipat sangat menantang. Namun, apa pun itu, ini 'hanya' acara sepedaan
kok, kita bisa sepedaan sejauh apa pun yang kita mau, kalau hanya sekedar
menantang diri sendiri mampu atau tidak.
P.S.
Waktu tahu biaya
pendaftaran J150K limaratus ribu rupiah, aku membahas dengan Ranz. Kesimpulan
yang kita ambil adalah "skip this event". Namun, ketika pendaftaran
dibuka oleh panitia, aku 'gatal' pingin mencoba mendaftar, dan siapa tahu Ranz
akhirnya berubah pikiran. Hihihi …
Hari Rabu 20 Maret
2019 pukul 20,19 itu aku sedang menguji lisan (oral examination) di tempat
kerja. Setelah selesai, aku menimbang-nimbang, ndaftar ga ya … Well, akhirnya
iseng-iseng aku ndaftar untuk diriku sendiri. Setelah mengklik tombol 'kirim'
data-data yang dibutuhkan, aku pikir-pikir lagi, ndaftarin Ranz ga ya. Kalau
kudaftarin dia bakal ngomel ga ya, "Kamu tuh, sudah dibilangin ga usah
ikut, pake iseng2 daftar, nomor kita kan bisa dipake mereka yang benar-benar
pingin ikut. Huh." LOL. Meski berpikir begitu, aku akhirnya memutuskan
mendaftarkan Ranz. Kalau tidak salah, aku melihat penampakan, "selamat,
anda berhasil mendaftar" setelah aku klik tombol 'kirim'.
Keesokan hari, Kamis
21 Maret 2019. aku ngecek email, ada email pemberitahuan panitia bahwa namaku
terdaftar di nomor 368. namun waktu aku ngecek email yang kupakai untuk
mendaftar Ranz, tidak ada email pemberitahuan dari panitia. Hmmm …
Waktu panitia
mengumumkan nama-nama calon peserta di web resmi, aku menemukan namaku, namun
tidak menemukan nama Ranz. Hmmm … baiklah. Nampaknya aku 'manut' Ranz saja deh.
Skip J150K 2019. :D dari pada maksain diri jadi romli, mending dolan sendiri
somewhere else. :D
PT56 22.15 24 Mar
2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.