Cari Blog Ini

Selasa, 12 November 2019

Kisah pertama kali membawa sepeda lipat naik kereta api




Postingan terinspirasi postingan Tayux :)

Januari 2011 pertama kali aku membawa Snow White -- sepeda lipat pertama yang kupunya dibelikan kakakku -- naik kereta api Banyubiru, menuju Jogja, hasil komporan Cipluk alias Diah untuk turut menghadiri gathering Korwil Bike 2 Work se-Jateng dan DIY. Karena kangen Jogja, aku menuruti komporan ini, lol. (haseek, ada 'kambing hitam' yang bisa kupakai, lol.) Cipluk yang mengajak naik kereta api waktu itu.

Entah mengapa aku pede saja menaiki Snow White ke stasiun Poncol, padahal aku belum bisa melipat sepeda, hihihi … antisipasiku adalah bakal bertemu Cipluk di stasiun (waktu itu aku belum tahu dia kudu berangkat dari Kudus pagi itu) Cipluk tentu akan membantuku melipat sepeda. (Eh, Cipluk juga yang memberi nama Snow White karena seli polygon urbano 3.0 itu berwarna putih.)

Ternyata sesampai Poncol, setelah membeli tiket kereta, aku bertemu dengan Tayux dan Riu, yang juga akan berangkat ke Jogja untuk menghadiri event yang sama. Mereka ditolak masuk peron karena mereka membawa sepeda fixie.

Riu, "Mbak, sepeda boleh dibawa masuk peron setelah dilipat."
Tayux, "Sudah bisa melipat sepedanya belum?"
Aku, "Belum." (hihihi …)
Tayux, "Riu, nih sepedanya Mbak Nana tolong dilipatin."

Kemudian dengan cekatan, Riu melipat Snow White.

Aku pun masuk ke peron, sendiri. (NOTE: aku menggendong Snow White sendiri loooh. Lol.) menggendong Snow White masuk ke satu gerbong KA Banyubiru, dan mendudukkannya di dekat tempat aku duduk, ga sampai melihat petugas 'melempar' Snow White masuk gerbong khusus barang, seperti pengalaman Tayux. :) Ga lama kemudian Cipluk nyusul. Dia ga bawa sepeda karena rencana dia mau mampir Solo dulu untuk mengambil sepeda fixie-nya yang dia titipkan di rumah Ranz. (NOTE: waktu itu aku dan Ranz belum solmetan, kekekekeke …)

Cipluk, "Bun, beli tiketnya ke Solo kan?"
Aku, "Loh, waktu ditanyain petugas loket aku bilang beli tiket ke Jogja."
Cipluk, "Lhaah, kan sudah kubilang kita turun di Solo dulu, aku harus ambil sepeda dulu di rumah Ranz."

KA Banyubiru itu seperti kereta commuter Prameks (lawas), tempat duduknya di pinggir kiri dan kanan, menempel 'dinding' gerbong kereta. Aku bisa meletakkan Snow White di dekat aku duduk. Waktu itu kita masih bisa menikmati orang-orang yang jualan pecel dll waktu kereta berhenti sebentar di stasiun-stasiun yang kita lewati. Cipluk sempat membeli dua pincuk sego pecel.

Cipluk turun di Purwosari, ga jauh dari Laweyan, rumah Ranz. Aku melanjutkan perjalanan ke Jogja, turun di stasiun Tugu. Sesampai sana, dengan tabah, lol, aku mencoba unfold Snow White. I did it! Yeay! Dari area Malioboro, aku gowes ke rumah seorang sahabat, di Jalan Kaliurang km 7.

Keesokan harinya, dari Gedong Kuning, aku dan Cipluk gowes ke arah Jombor. Aku mengantar Cipluk membeli tiket bus Nusantara untuk balik ke Kudus. Dari terminal Jombor, setelah membeli tiket bus, Cipluk mengantarku ke pool Joglosemar, dia menawari melipat Snow White sebelum aku naik bus Joglosemar. Sampai pulang Semarang, Snow White aman, ga terlempar-lempar. Hihihi …

Dua bulan kemudian, Maret 2011, aku ke Jogja lagi, naik Joglosemar. Mau naik KA Banyubiru, eh, sesampai stasiun Poncol, yang antri beli tiket panjaaaaaaaaaaaaaaaaang, ga kuat aku melihatnya. Saat itu, aku sudah berani mencoba melipat Snow White sendiri. Yeay!

LG 14.14 07112019

untuk kisah selengkapnya bisa klik link ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.