Cari Blog Ini

Kamis, 02 Januari 2014

JLFR DESEMBER TAHUN 2013



JLFR DESEMBER TAHUN 2013

Demi memenuhi ajakan Om Poetoet untuk meramaikan JLFR (alias Jogja Last Friday Ride), aku dan Ranz berangkat ke Jogja pada hari Jumat 27 Desember 2013

Aku meninggalkan Sukun - Semarang sekitar pukul 06.30 menuju Solo. Alhamdulillah perjalanan lancar (tidak kena macet di daerah Pudakpayung yang sedang diperbaiki), aku sampai di Kerten Solo sekitar pukul 09.30. Dari Kerten aku ke Stasiun Purwosari, untuk kemudian bersama Ranz naik kereta Sriwedari menuju Klaten. (Demi menghemat waktu kali ini kita tidak gowes dari Solo). Setelah turun di Stasiun kereta Klaten, kita mulai mengayuh pedal sepeda lipat masing-masing sekitar kurang lebih 15 kilometer. 

Tujuan pertama adalah having brunch di RM Djatayu, tempat kita biasa mampir untuk brunch di tiap gowes Solo – Jogja (ini kali keempat). Siang itu sangat terik ketika kita meninggalkan RM Djatayu. Kita janjian dengan Tiwuk, seorang sobat yang pertama berkenalan lewat FB untuk bertemu di Candi Plaosan. 

Gunung Merapi dari Plaosan Lor

salah satu candi utama Plaosan Lor

deretan candi perwara (pendamping)

deretan patung yang tak lagi utuh
Dari RM Djatayu yang terletak kurang lebih 2 kilometer  dari Prambanan, kita terus melaju ke arah Barat. Di perempatan pertama, ada petunjuk ‘Candi Plaosan’ ke arah kanan (Utara), kita menyeberang dan belok ke kanan. Gowes sejauh kurang lebih 1,5 kilometer, ada petunjuk lagi ‘Candi Plaosan’: kita belok kanan. Dari situ, kita gowes kurang lebih 200 meter. Candi Plaosan Lor terletak di sisi kiri jalan. Sekitar pukul 12.50 kita sampai.

salah satu stupa yang telah selesai direnovasi

gerobag sapi dan turis manca :)

Candi kembar :)

Candi kembar dan 3 sepeda :)

Butuh waktu kurang lebih satu setengah jam Tiwuk menemaniku menjelajah Candi Plaosan Lor yang indah ini. Jika kita beruntung kita bisa memandang Gunung Merapi yang berdiri gagah dari kejauhan. Sayangnya siang itu, puncak gunung diselimuti awan, meski tetap tidak mengurangi keindahan panoramanya.

Tiwuk otw

Candi Plaosan Kidul 1

Candi Plaosan Kidul 2

aku dan Tiwuk otw ke Candi Sojiwan

Candi Sojiwan (jepretanku)
Candi Sojiwan (jepretan Ranz, bagus yaaa? :) )

Candi Sojiwan dan aku :P


Semula aku dan Ranz berencana untuk melanjutkan perjalanan gowes ke Candi Sambisari. Namun oleh Tiwuk kita diantar ke Candi Sojiwan, yang terletak di sebelah Selatan jalan raya yang menghubungkan Solo – Jogja. Sebelum ke Candi Sojiwan, kita mampir dulu ke Candi Plaosan Kidul. Jika di Plaosan Lor ada dua buah candi utama yang dikelilingi oleh candi-candi perwara (pendamping) serta stupa, di Plaosan Kidul kita hanya menemukan candi-candi perwara, dan tumpukan-tumpukan batu. Mungkin proses eksvakasi disini masih jauh dari kata selesai, meski di Candi Plaosan Lor pun masih banyak yang harus dibenahi. Andai saja semua candi perwara yang mengitari dua candi utama, dan semua stupa yang mengitari candi-candi perwara itu usai direnovasi, ahhh ... Candi Plaosan akan nampak sangat amat menarik.

aku dan Tiwuk yang motret Candi Sojiwan dipotret Ranz :D
Candi Sojiwan dari kejauhan
Di situs Candi Sojiwan kita hanya mendapati sebuah candi utama, satu buah stupa, tanpa candi perwara. Yang istimewa dari Candi Sojiwan adalah relief-relief yang menghiasi dinding luar candi. Relief-relief itu berkisah tentang episode-episode yang terpisah dimana di tiap relief mengisahkan cerita yang memiliki pesan moral agar manusia tetap memelihara jiwa nan bersih.

Pukul 15.15 kita berpisah dengan Tiwuk. Aku dan Ranz terus melaju ke arah kota Jogja, terutama di Jalan Malioboro untuk mencari penginapan. Untunglah kita tidak kesulitan mencari penginapan. Sesampai di jalan Sosrowijayan, kita diberi petunjuk ke hotel Harum yang masih ada satu kamar kosong. Kita masuk hotel kurang lebih pukul 16.30, untuk kemudian mandi, ganti baju dan istirahat sejenak.

Sekitar puku 17.40 kita meninggalkan hotel, gowes ke arah Alun-alun Kidul. Om Poetoet mengajak kita berkumpul dengan teman-teman pesepeda Jogja yang sedang mempersiapkan diri dengan menghiasi sepeda mereka untuk bergabung ke JLFR. 

di Nagan Tengah

Om Poetoet sebelah kanan

Sego Segawe :)

sebagian pesepeda yang memadati Stadion Kridosono

Jelang pukul 19.00 para pesepeda yang telah berkumpul di Nagan Tengah no 8 Alkid mulai beriring-iringan menuju tikum JLFR: Stadion Kridosono. Sepanjang perjalanan kita bertemu dengan banyak pesepeda yang ternyata semuanya mengayuh pedal sepeda mereka ke arah yang sama: Stadion Kridosono! Wah! Sesampai Stadion Kridosono, kulihat ribuan pesepeda berkumpul disana, mulai dari anak-anak  remaja, hingga orang-orang dewasa. Mulai dari mereka yang naik sepeda gunung, sepeda downhill, sepeda mini, onthel, lipat, lowrider, hingga sepeda yang sadelnya sangat tinggi. Semua nampaknya tumplek bleg disana. 

Sebelum mulai gowes, aku dan Ranz sempat bertemu dengan Om Budenk (sesama founding father Komunitas B2W Semarang yang sekarang berdomisili di Kotagede), Om Iwan dari Ambarawa (yang berangkat dari Kulon Progo karena keluarganya sedang berlibur disana), Om Sugeng dari Jakarta (namun berangkat bersama keluarganya dari Semarang, kota asalnya), Om Ti Yo dan rombongan dari Bandung, Om Toto Sugito (orang nomor satu di B2W Indonesia) yang tadi dijemput Om Poetoet waktu kita meninggalkan Nagan, Tante Ria dari Jakarta bersama Bunda Upik sang tuan rumah (dari Jogja), dan banyak lagi yang lain. 

Bisa dibayangkan jika ribuan orang berkumpul di satu lokasi kemudian mulai gowes bareng apa yang akan terjadi: MACET! Walhasil, di awal mulai JLFR, kita harus menuntun sepeda terlebih dahulu sejauh beberapa kilometer. Dari Stadion Kridosono, kita menuju Jalan Abu Bakar Ali, terus ke Malioboro. Aku dan Ranz terus menuntun sepeda hingga kita sampai di seberang kantor pos utama, selepas Malioboro.

Bunda Upik (Jogja), aku, Tante Ria (Jakarta), yang laki2 sapa ya? :D

bersiap-siap JLFR

'bus pariwisata' :)

berkerumun sebelum mulai gowes

'hotel-hotel' :)

Beberapa komunitas sengaja menghiasi sepeda mereka dengan bentuk hotel dengan maksud menyindir pemerintah kota Jogja yang terus menerus memberi izin para pengusaha membangun hotel namun tanpa menyediakan lahan parkir yang cukup. Akibatnya para tamu hotel memarkir kendaraan mereka di jalan raya hingga menimbulkan kemacetan. Ada juga yang menghiasi sepeda dengan bentuk bus pariwisata. Bus-bus tersebut juga menyebabkan kemacetan disana sini. Sementara itu, mana perhatian pemerintah untuk para pesepeda?

JOGJA LAST FRIDAY RIDE

bersama anak-anak PIT UWOH COMMUNITY

Om Kartono (kiri), Om Poetoet (kanan), Om Toto (sebelah kiri Om Poetoet)

mejeng bersama anak-anak PIT UWOH COMMUNITY

bersama Raditya, our RC waktu gowes J150K

Ada yang unik dari komunitas yang menamai diri “Pit Uwoh Community” alias “Gembel Squad”. Selain bersepeda mereka juga rajin melakukan kegiatan bersih-bersih sampah. Dari barang-barang yang telah menjadi sampah bagi orang lain, mereka gunakan barang-barang itu menjadi barang-barang berguna, seperti yang mereka pakai untuk menghiasi diri sendiri pada malam JLFR tersebut.
Malam itu nampaknya Jogja benar-benar tidak tidur. Di sepanjang jalan yang kita lewati, selalu ada para pesepeda yang nongkrong di pinggir jalan untuk menonton kita, mengelu-elukan kita, atau ikut bergabung gowes dengan kita. Iring-iringan JLFR berhenti di Jalan Mangkubumi. Itu sekitar pukul 23.00. 


Pukul 23.30 aku dan Ranz kembali ke penginapan. Saatnya kita beristirahat.

To be continued.

PT56 12.16 01/01/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.