Cari Blog Ini

Senin, 29 Juni 2020

Semarang - Kudus pp

Bersepeda Semarang - Kudus -- Semarang sendirian bukanlah hal yang 'wow' bagi saya. (Duh, bukan bermaksud sombong ya, apa sih yang disombongin dari gowes dengan trek datar melulu ini? Hihihi …) Meskipun begitu, kisah ini layak saya tulis sebagai satu apresiasi pada diri sendiri karena beberapa hal.

 


 

Sekitar 3 tahun yang lalu mendadak saya juga mendapatkan 'urge' untuk bersepeda ke Kudus, sampai alun-alun Simpang 7, sendiri, naik Cleopatra, sepeda hardtail polygon cleo 2.0 milik Ranz yang saya pinjam sejak tahun 2014. saya lupa dari mana dan mengapa saya mendapat 'urge' itu. ('urge' mungkin semacam 'desakan' dari dalam diri. Atau mungkin semacam 'obsesi' ya.) Sejak itu, sebenarnya pingin melakukannya lagi kapan-kapan, dan ternyata saya mewujudkannya baru di bulan Juni 2020 ini.

 

 


Yang membedakan dari perjalanan kali ini dengan perjalanan 3 tahun lalu tentu saja karena waktu itu naik sepeda dengan ban 26", sekali kayuh, sepeda langsung terasa melaju wuuuushhh, lumayan. Kali ini saya mendapatkan 'bisikan dari langit (halah) untuk naik Snow White, sepeda lipat polygon urbano 3.0. karena diameter ban hanya 20" hingga jelas, sekali kayuh sepeda melaju pelan. Lol.

 

 

Perjalanan ini terutama terdorong dari hasrat dolan bersepeda dari satu kota ke kota lain yang terpendam gegara pandemi covid 19. andai tidak ada pandemi, minimal saya akan menjalani bersepeda Semarang - Solo lagi (tentu saja dengan ditemani Ranz yang menjemput saya di Bawen) di sekitar bulan Maret atau awal Juni untuk menghadiri ulang tahun komunitas Seli Solo. Selain itu, Ranz dan saya sudah berencana untuk bersepeda menyusuri pantai Selatan setelah mengikuti Tour de Pangandaran yang akan dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 2020.

 


 


Sudah biasa dolan antar kota naik sepeda, dan terpaksa menahan hasrat dolan seperti ini bisa bikin seseorang sakaw lho gaes. Seperti mereka yang kecanduan sesuatu yang lain. Lol. Dan karena saya dan Ranz termasuk rakyat Indonesia yang mematuhi himbauan pemerintah untuk tidak kumpul-kumpul dulu, atau dolan keluar kota dulu, tentu Ranz tidak bisa ke Semarang. Oleh karena itu, solusinya adalah saya bersepeda sendiri. Hohoho …

 

 

Bagi seseorang yang hanya tahu menaiki sepeda, tidak tahu harus ngapain jika terjadi hal-hal yang tidak diharapkan pada sepeda, memang hal ini termasuk satu hal yang nekad. Lha wong hanya masalah sepele, misal rantai lepas saja saya tergantung pada Ranz kok. Lol. Tapi ya itulah, saya memang termasuk kaum nekad.

 

 

Beberapa tips bagi mereka yang ingin bersepeda (rada) jauh sendirian (dan seperti saya tidak bisa membetulkan sepeda jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan):

 

  1. Siapkan sepeda sebaik mungkin. Harus yakin bahwa sepeda dalam kondisi prima untuk dinaiki
  2. Siapkan mentalmu jika terjadi hal-hal yang tidak diharapkan.
  3. Yakinkan diri bahwa kondisi tubuh fit. Untuk saya pribadi, malamnya saya harus tidur cukup.
  4. Siapkan uang yang cukup untuk antisipasi
  5. Siapkan bekal (makan dan minum) yang cukup siapa tahu tidak akan bertemu dengan warung makan atau minimarket

 

Untuk tip nomor satu, ini sebaiknya berlaku jika seseorang ingin melakukan perjalanan jauh, baik sendirian maupun rombongan ya. Untuk tip yang kedua ini MUTLAK wajib. Sebagai contoh, 3 tahun lalu saya bersepeda ke kawasan Candi Ngempon di daerah Pringapus (pasar Karangjati belok ke arah Timur). Saya terpelanting jatuh ketika melewati satu jalan yang licin. Waktu jatuh ini ternyata menyebabkan 'bb' patah. Karena kesulitan mendapatkan bengkel sepeda, saya menuntun Cleopatra sampai kurang lebih 6 kilometer dengan trek rolling. Ini pun saya terbilang beruntung karena menemukan seorang tukang tambal ban yang baik hati mau membantu di kawasan Lemahbang. Jika tidak, saya masih harus terus menuntunnya sampai pusat kota Ungaran dimana ada toko sepeda plus mekaniknya. Ketika hal ini terjadi, saya butuh tip nomor 2 dan 3.

 

 

Menjelang bersepeda Semarang - Kudus - Semarang saya yakin Snow White dalam kondisi baik-baik saja karena sejak lebaran, saya lebih sering naik Snow White ketika bersepeda di dalam kota. (Untuk sementara Austin dan Cleopatra saya istirahatkan.) karena ini pula lah, saya ingin bersepeda ke Kudus naik Snow White, dan bukan dengan Austin maupun Cleopatra meski keduanya juga dalam kondisi baik dan enak dinaiki.

 

 

Sabtu 27 Juni 2020

 

Saya meninggalkan rumah sekitar pukul 05.20, masih dalam kondisi mengantuk, lol. Masih belum yakin apakah saya jadi mewujudkan keinginan saya bersepeda ke Kudus hari itu. Namun setelah saya sampai Kaligawe, dengan yakin saya terus melaju menuju Demak. Kebetulan seminggu sebelumnya (hari Minggu 21 Juni)saya telah bersepeda ke Demak, jadi saya sudah tahu kondisi jalan, yang tidak terlalu mulus setelah melewati area 'Bates'. Sedikit berbeda dengan ketika bersepeda ke Demak, waktu itu 'mood' saya bagus jadi bisa bersepeda dengan kecepatan yang lumayan (untuk ukuran saya sendiri), waktu bersepeda ke Kudus ini mood saya biasa-biasa saja, jadi ya saya mengayuh pedal sepeda nyantai saja.

 

 


Mendekati alun-alun Simpang Enam Demak, jalan ditutup, namun sepeda masih bisa melaju. Ternyata di depan LP ada upacara, maka traffic dialihkan lewat jalan lain. Meski ada upacara, banyak orang yang berada di alun-alun tidak 'diusir' sehingga saya merasa aman tetap memotret Snow White dengan latar belakang tulisan SIMPANG ENAM DEMAK. Kemudian saya mlipir ke arah kiri, memotret Snow White dengan latar belakang Masjid Agung Demak. Dari sana saya belok ke jalan Muka Kabupaten (nama jalan yang unik, hohoho) hingga tembus ke pasar Bintoro, kemudian melaju ke arah Kudus.

 

 

Biasanya saya mampir sarapan dulu di satu warung soto ayam yang terletak tak jauh dari alun-alun, tapi di depan LP ada upacara, saya tidak kesana. Tentu saja selepas meninggalkan alun-alun, mata saya jelalatan mencari warung tempat saya bisa berhenti untuk sarapan. Namun ternyata hingga sampai perbatasan Kudus - Demak, saya tidak 'berjodoh' dengan satu warung pun untuk sarapan. Lol. Wow, saya bersepeda sejauh 52 kilometer tanpa minum! Air dalam bidon masih utuh. Istimiwir, biasanya paling pol saya minum sesampai alun-alun Demak.

 

 

Saya memang tidak berniat melanjutkan perjalanan hingga alun-alun SIMPANG 7 KUDUS, karena target saya hanya mencapai jarak tempuh 100 kilometer. (untuk 'membukukan' trophy virtual grandfondo di strava. Hihihi) Itu sebab setelah memotret Snow White di perbatasan Kudus - Demak, saya langsung kembali mengayuh pedal sepeda balik ke arah Demak. Nah, tak jauh dari situ, saya mampir satu minimarket untuk membeli air mineral dan roti.

 

 

Setelah istirahat sekitar 15 menit -- nunut ke toilet dan ngemil roti plus minum air mineral -- saya melanjutkan perjalanan. Thank god saya sama sekali tidak diganggu rasa kantuk padahal saya sering lho diganggu rasa kantuk jika sedang gowes jauh. Lol. Semula saya berencana untuk mampir di warung soto ayam Semarang yang ada tak jauh dari alun-alun Demak. Tapi ketika saya melewati resto ayam bakar 'Mbak Tari', saya mampir untuk sarapan. Saya ingat saya dan Ranz pun mampir di resto ayam bakar 'Mbak Tari', tapi yang berlokasi tak jauh dari pertigaan Trengguli ketika kita on the way dari Semarang ke Kudus untuk menghadiri pernikahan seorang sahabat, tahun 2014.

 

ayam bakar, tahu dan tempe goreng
 


Usai sarapan ayam bakar, dan minum segelas teh hangat, saya melanjutkan perjalanan. Sempat 'bertemu' kemacetan di kawasan Sayung, tapi masih ada ruang untuk sepeda agar bisa terus melaju. (Jadi ingat saya dan Ranz pernah juga bertemu kemacetan seperti ini sewaktu pulang dari Demak, karena terjadi kebakaran di satu lokasi.)

 

 

Thank god saya sampai rumah mungkin sekitar pukul 12.30. next time lagi ah gowes dengan Snow White. Lumayan 'mengobati' sakaw mbolang.

 

PT56 16.07 29-Juni-2020


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.