EVENT J150K : Event silaturrahmi buat
para pecinta sepeda lipat
Tahun ini selain
event jamselinas 3 (jambore sepeda lipat nasional ketiga) yang diselenggarakan
di Bandung bulan Mei lalu, para pecinta sepeda lipat kembali ditawari ajang
untuk bersilaturrahmi: J150 alias Jogja 150 kilometer. Sesuai namanya, event
ini diselenggarakan di Jogja, oleh sebuah komunitas yang menamakan diri “I Love
Touring”. Event
ini diselenggarakan pada tanggal 9 – 10 November 2013. Hari pertama, panitia
telah menyediakan menu gowes “fun touring” (if you can “find” fun in this trip
LOL) sejauh 150 kilometer. Sedangkan hari kedua para peserta bebas menentukan
apakah akan gowes ke Goa Selarong atau keliling kota (saja) sembari berwisata
kuliner.
Day 1 : Sabtu 9 November 2013 J150K
Karena jarak yang
akan ditempuh lumayan jauh, panitia memberangkatkan para peserta (hampir) on
time, yakni pukul 6 pagi. Dari EduHostels di Jalan Tentara Pelajar para peserta
– yang telah dibagi ke grup-grup kecil dimana masing-masing grup dipimpin oleh
seorang RC (road captain) – gowes ke arah Jalan Diponegoro – Jalan Sudirman –
Jalan Cik Di Tiro – Jalan Colombo – Jalan Gejayan terus hingga menyusuri
Selokan Mataram dan sempat mampir ke Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Plaosan
Kidul dan lain-lain.
menunggu rombongan dari EduHostels lewat |
rombonganku dipimpin oleh Raditya |
berjajar rapi di pinggir Selokan Mataram |
Aku, Cipluk dan Ranz
tidak gowes ke EduHostels karena kita bangun kesiangan. :-D Kita cukup menunggu
rombongan lewat di bunderan UGM dan kemudian bergabung dengan grup yang
digawangi oleh Raditya. Sekitar pukul 06.30 aku dkk meninggalkan bunderan UGM
mulai gowes ke arah Selokan Mataram untuk menuju Candi Sambisari.
Adalah sesuatu yang
sangat ‘mahal’ harganya jika kita bisa menyempatkan waktu untuk mengeksplore
candi. (Bakal seharian ga bakal cukup waktunya, padahal jarak yang kita kejar
untuk ditempuh adalah 150 kilometer.) Maka aku dkk harus merasa cukup puas jika
berfoto-foto hanya dari kejauhan untuk kemudian melanjutkan gowes ke
candi-candi berikutnya.
Candi Sambisari |
narsis di kawasan Candi Sambisari |
narsis berdua |
Waktu di Candi Sari
kita mendapatkan pembagian air mineral dan snack. Tetapi waktu rombonganku
datang, snack yang disediakan sudah habis mungkin karena jumlahnya sangat
terbatas. L (padahal kita bukan rombongan yang berangkat
terakhir.)
di Candi Sari, berdua Ranz |
di kawasan Candi Plaosan |
Setelah melewati
Candi Plaosan, salah satu anggota grup-ku mengalami ban bocor, kita semua
menunggu yang bersangkutan mengganti ban dalamnya (belum sempat kenal si Om
dari kota mana ya? Heheheh ...) hingga dilewati oleh kelompok-kelompok lain. Dari
arah Candi Plaosan kita menuju Selatan ke arah Situs Ratu Boko, namun tidak
mampir ke Ratu Boko melainkan teruuuusss lanjut ke arah Selatan.
lagi, di pinggir Selokan Mataram |
menuju arah Selatan |
Cipluk berdua Evie |
Aku tidak menyalakan
sports tracker di etape pertama ini, khawatir battery hape cepat habis, meski
aku membawa powerbank. Kita sempat mampir di sebuah mini market untuk membeli minum.
Walaupun pagi itu aku, Ranz dan Cipluk tidak sempat sarapan, aku tidak
kepikiran untuk membeli cemilan di mini market ini. Hawanya Cuma pengen minuuum
melulu, meski sinar mentari pagi itu belum terlalu menyengat.
Aku tidak tahu telah
berapa puluh kilometer yang kita lewati, dan sampai manakah kita gowes ketika
aku dkk mulai kelaparan. Kita pun heran apakah panitia tidak menyediakan
cemilan – misal buah pisang atau apel – yang bisa disawer dalam perjalanan?
Agar kita bisa tetap gowes sambil nyemil. (Aku ingat dalam catatan rute dari
panitia tertulis bahwa makan siang akan disediakan di akhir etape kedua. AKHIR
ETAPE KEDUA! Hal ini berarti kita masih harus gowes sekitar 70 kilometer lagi.
KLENGER!!!) Demi menyingkat waktu tentu kita ga bisa setiap sekian (puluh)
kilometer mampir mini market untuk sekedar ngadem atau beli cemilan.
(Hadeeehhhh ...) Dan kita adalah rombongan yang paling belakang (setelah
kejadian ban bocor).
di pitstop pertama |
jelang berangkat etape kedua |
masih semangat di etape kedua :) |
Mungkin di titik
kilometer 50, beberapa teman rombongan kita (yang ada di depan kita beberapa
puluh meter) berhenti di sebuah warung mie ayam. Kita pun langsung ikut mampir
untuk membeli es teh dan es degan. (Kebetulan Ranz sedang tidak mood makan mie
ayam plus dia kebelet p*p maka bawaannya pengen ke toilet. LOL. Karena ga mau
terlalu tertinggal di belakang, kita juga ga bisa mampir pom bensin untuk buang
hajat. Repotnyaaahhh!) Waktu itu tiba-tiba sebuah truk evak berhenti menawari
kita naik truk. Semula Ranz keukeuh untuk lanjut gowes (dan tentu aku bakal
menemaninya gowes) sementara Evie (Srikandi 1 & 2) – teman gowes dari
Jakarta yang gabung rombongan kita waktu kita berhenti ketika mengganti ban
yang bocor – memutuskan untuk naik truk. Singkat cerita akhirnya aku, Ranz,
Evie dan Cipluk ikut truk evak.
Kita sampai di
pitstop pertama sekitar pukul 11.20 (molor sekitar 50 menit dari perkiraan
panitia sekitar pukul 10.30). Kita beristirahat disana sekitar satu jam.
Kebetulan di tempat istirahat ada warung makan sehingga banyak peserta yang
menggunakan kesempatan itu untuk makan siang. (Note: panitia BARU menyediakan
makan siang gratis di akhir etape kedua.) (Later, ketahuan bahwa terjadi
miskomunikasi dimana banyak peserta yang makan siang di pitstop pertama ini mengira
makan ini ditanggung oleh panitia sehingga banyak yang took it for granted makan
tanpa bayar. NAH LO.)
Sekitar pukul 12.15
kita kembali melanjutkan gowes. (Namun bagi sebagian lain yang telah sampai di
pitstop pertama sesuai waktu yang diperkirakan panitia sudah berangkat sejak
pukul 11.45. Mentari kali ini bersinar sangat terik. Sejak pemberangkatan, kita
tidak dibagi per rombongan, namun kita langsung berduyun-duyun meninggalkan
pitstop pertama secara bersama-sama.
di kawasan Imogiri nan indah |
trek dengan pemandangan yang indah |
Cipluk + Evie di Jembatan Selopamioro |
Trek etape kedua ini
jauh lebih menantang dan bervariasi dibanding etape pertama : banyak yang
berupa single trek sehingga kita harus satu persatu; trek yang permukaannya
berupa makadam, batu-batu berserakan, hingga rerumputan. Trek yang seperti ini ditambahi dengan mentari
yang bersinar sangat terik hingga dengan mudah kita berkeringat dan diterpa
dahaga.
Tak lebih dari 10
kilometer kita sampai di Jembatan Gantung Selopamioro yang terkenal untuk
berburu foto bagi pecinta fotografi. Untunglah di dekat jembatan ada sebuah
warung sederhana dimana para peserta langsung menyerbu untuk membeli minuman
sembari ngantri foto dan lewat jembatan satu persatu.
rombonganku melanjutkan perjalanan, di belakang Raditya, sang RC |
hello Cipluk :) |
Dany (terpaksa) tergelincir karena mendadak botol minum Evie jatuh |
Setelah melewati
jembatan gantung Selopamioro, kita disambut trek rolling, meski tanjakannya
tidak tinggi-tinggi amat. Trek rolling ditambah dengan pemandangan alam sekitar
yang spektakuler (sangat menggoda iman untuk berhenti dan berfoto-ria untuk
dokumentasi sebagai bukti bahwa KITA SUDAH SAMPAI DISINI!) membuat rombongan
kocar-kacir.
Aku dan Ranz
‘sempat’ masih bertahan gowes bareng rombongan kita (di bawah RC Raditya)
selama beberapa kilometer berikutnya namun akhirnya kita pun terpisah karena
sesuatu dan lain hal (misal: karena terserang kram atau dengkul linu, dll) Semenjak
meninggalkan Evie dan Cipluk di sebuah warung di pinggir jalan, melewati Tayux
dan Da, sebagian rombongan ‘Bikeberry’ (komunitas seli Surabaya), aku dan Ranz
serasa gowes hanya berdua: gowes sejauh 25 kilometer tanpa bertemu seorang pun
peserta J150K! Di banyak tikungan maupun perempatan tak lagi kita temui
marshall yang memberi petunjuk arah mana yang harus kita ambil, namun untunglah
panitia telah menyediakan petunjuk yang entah ditempel di pohon, di dinding
bangunan, atau pun di atas permukaan jalan. (Serasa gowes mencari jejak
jadinya. J )
mendadak nanjak :-P |
wong ilang :D |
Jembatan Gantung Soka |
Ketika sampai di
Jembatan Gantung Soka, kita bertemu dengan beberapa marshall yang sempat
mengingatkan bahwa di tiap tikuungan selalu akan kita temukan petunjuk arah. Kita gowes sepanjang 25 kilometer tanpa berhenti
sama sekali karena khawatir terlalu terlambat, apalagi ketika gerimis mulai
turun, padahal mantel Ranz ada di rak boncengan sepeda Cipluk. Kita sempat
bertanya-tanya pada diri sendiri mengapa yang ada di belakang kita tak segera
menunjukkan batang hidungnya, padahal kita gowes cukup pelan. (Apakah mereka telah
naik mobil evak? Atau bagaimana ceritanya?)
Setelah mengikuti
petunjuk arah yang muter-muter (dan ‘sadar’ bahwa kita telah ‘dikerjain’
panitia demi mengejar jarak 150 kilometer LOL) akhirnya kita pun kembali ke
peradaban, saat kita sampai di Jalan Parangtritis. Hah, leganya! (Untunglah
hujan ga jadi turun, kita hanya kegerimisan tipis.)
Kurang 500 meter
dari pitstop kedua sebuah truk evak melewati kita. Oleh pasukan evakuasi kita
‘dipaksa’ ikut karena jam menunjukkan sekitar 20 menit lebih dari waktu yang
ditentukan. (Kita diharap sampai di pitstop kedua paling lambat jam 15.00)
Blessing in disguise karena pada waktu itu ban belakang Pockie (seli yang
dinaiki Ranz) telah gembos poll.
nunut narsis di pitstop kedua, RM Waroeng Pohon |
Akhirnya kita pun
sampai di satu tempat dimana panitia menyediakan makan! Ada trancam yang enak,
tahu tempe goreng, plus ayam opor. Jika di pitstop pertama Ranz yang mengambil
piring makan (dengan menu nasi pecel, ayam goreng plus tahu bacem), di pitstop
kedua aku yang mengambil makan dan berbagi dengan Ranz. J
Masih ada etape tiga
dan empat yang berjarak kurang lebih 45 kilometer lagi. Jika kita berangkat
sekitar pukul 16.00, mungkin kita akan sampai di EduHostels sekitar pukul 19.30
paling cepat.
Dikarenakan ban
belakang Pockie gembos poll (dan Ranz mencurigai penyebabnya adalah bocor
halus), tentu Ranz tak bisa melanjutkan gowes. Salah satu panitia telah memberi
sebuah ban dalam sebagai ganti, namun panitia sangat sibuk dan tak ada mekanik
yang disediakan untuk ‘mengurusi’ kejadian seperti ini. L
Sekitar jam 16.00
Cipluk dan Evie pun muncul di pitstop kedua (RM Waroeng Pohon – Sewon Bantul). Evie
yang sedang ‘kedatangan’ tamu bulanan memilih untuk evak saja sampai di
EduHostels. Kesempatan bagi Ranz untuk gowes dengan menaiki Kum Kum (seli milik
Evie) sedang Pockie dinaikkan truk evak. Setelah Cipluk dan Evie datang,
berdatangan pula lah teman-teman lain yang tadi ada di belakang kita.
Kita baru
meninggalkan RM Waroeng Pohon sekitar pukul 17.00, bersama beberapa orang lain. Oleh beberapa RC yang
mendampingi, kita diajak untuk langsung menuju EduHostels – yang berarti
mengabaikan rute yang telah dipilih oleh panitia demi menuntaskan 150
kilometer. LOL.
Kita sampai di EduHostels
sekitar pukul 17.20. Jarak yang kita tempuh tak lebih dari 10 kilometer.
Heheheheh ...
finish! yayyyy! |
Da Ningrum, medalinya dan Om Erwin Bikeberry |
aku juga bersama Om Erwin Bikeberry |
Sekitar pukul 18.00
dalam perjalanan pulang kita mampir ke sebuah tambal ban untuk mengganti ban
dalam Pockie. Ketika menunggu, kita melihat rombongan peserta yang gowes dari
arah Utara menuju arah EduHostels, mereka adalah peserta yang ‘tunduk’
mengikuti rute yang ditentukan panitia. Wuuuaaahhh mereka h-e-b-h-a-t!!! Four
thumbs up! J
Malam itu semua
peserta diundang makan malam dengan menu sate klathak oleh Bikeberry. (Tapi
Ranz dan aku ga datang. J)
Aku tidak menyalakan
sports tracker di etape pertama. Di etape terakhir, di tengah jalan sports
tracker mati sendiri, sehingga tak tercatat berapa puluh kilometer jarak yang
kutempuh hari ini.
to be continued :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.