Day 2 Sabtu 16 September 2017
Gowes Bareng Sikil Kemeng Ati
Seneng
Para seksi repot
dari pihak Komselis telah sampai di venue – Balaikota Semarang – pukul 05.30. demikian
juga banyak lipaters dari banyak kota. Namun karena EO belum datang, sound
system juga belum berfungsi, suasana nampak belum begitu terkendali. Untunglah
peserta bisa menikmati suasana itu untuk berswafoto, maupun foto rame-rame
dengan komunitas masing-masing. Untunglah (2) warna jersey peserta yang didominasi warna ungu itu
super keren sehingga tentu foto-foto yang dihasilkan nampak cerah ceria. J
Sementara menunggu
sound system difungsikan, om AB menggunakan toa ketika memberikan briefing pada
para marshall, toa juga kita gunakan untuk memberikan instruksi pada para
peserta untuk bergabung dengan komunitas dari masing-masing kota dan menempati
lokasi-lokasi yang telah kita tentukan.
Di antara kerumunan
itu, masih banyak peserta yang baru datang dan melakukan registrasi ulang di
lokasi yang telah kita tentukan.
Hampir pukul
setengah 7, setelah beberapa personil EO datang, sound system mulai berfungsi.
Suasana mulai nampak terkendali. MC nampak mulai menempatkan diri di atas
panggung.
Menjelang pukul
tujuh yang mewakili pak Hendi Walikota datang. Beliau lah yang melepas
keberangkatan pasukan “Gowes Bareng Sikil Kemeng Ati Seneng”. Pasukan
dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kota. Satu pasukan diisi sekitar
30 orang dengan 1 orang marshall. Peserta dari Jabodetabek yang paling banyak –
hampir 300 orang – dibagi dalam 10 kelompok dengan 10 orang marshall.
Mengabaikan
kenyataan bahwa beberapa hari menjelang the big day aku hanya bisa tidur 2 – 3
jam, dikarenakan kesibukan seksi repot yang super, yang berarti tubuhku tidak
begitu fit, aku ngeyel ingin ikut bersepeda, dan Ranz pun menemaniku gowes.
Astro sudah dibawa ke Semarang je, mosok dianggurin? LOL. Hanya kita berdua
dari seksi repot yang bersepeda. Yang lain, sadar diri bahwa tubuh (juga
pikiran dan mental) telah lelah, mereka naik sepeda motor membantu kerja para
marshall, atau naik mobil membawa konsumsi untuk dibagikan di sepanjang jalan,
atau naik mobil sambil memantau situasi. Pak Budenk yang juga ikut repot
membantu beberapa minggu menjelang the big day menyediakan diri menjadi
fotografer.
Rute pilihan panitia
sangat memanjakan mereka yang hobi nanjak, jadi mohon maaf bagi mereka yang
kurang begitu menikmati gowes di tanjakan jika rute terasa begitu melelahkan. J Dari balaikota Jalan Pemuda, kita menuju
Tugumuda. Untuk mengurangi penumpukan peserta di traffic light sebelum RSUP Dr.
Kariadi, pasukan dibagi menjadi dua tujuan. (1) dari Tugumuda lurus ke Jalan
Dr. Sutomo, menuju traffic light RSUP Dr. Kariadi (2) dari Tugumuda belok ke
arah Barat, masuk Jalan Sugiyopranoto, kemudian menuju Jalan Suyudono ke arah
kali Banjirkanal Barat, lanjut hingga Jalan Simongan. Setelah melewati Sam Poo
Kong, lurus ke arah Timur, seusai jembatan, belok kanan, ke arah Jalan Kelud. Di
Jalan Kelud ini, pasukan dari rute (1) dan rute (2) kembali menyatu.
Semarang sudah
telanjur terkenal dengan jalanan yang penuh tanjakan, maka tanjakan lah yang
kita pilih. Jika di event tahun 2012 Komselis memilih Gombel, event tahun 2014
Komselis memilih BSB lanjut ke arah Mijen, kali ini kita memilih di tengah,
yakni Gunung Pati.
Setelah menyusuri
Jalan Kelud, pasukan terus hingga jembatan besi (orang-orang sekitar
menyebutnya sebagai ‘Kretek Wesi’) kita belok kanan, Jl. Dewi Sartika, yang
merupakan penghubung antara kawasan Sampangan dengan kawasan Kalipancur, demi
menghindari satu tanjakan, yakni Panjangan. J
Trek masih cukup
bersahabat sampai perumahan Grand Greenwood. Di kawasan perumahan yang cukup
elit ini, panitia menempatkan mobil pickup maupun truk untuk membantu mereka
yang memilih loading, ketimbang menapaki tanjakan yang cukup curam.
Di tanjakan selepas
Greenwood ini lah pasukan Gowes Bareng Sikil Kemeng Ati Seneng kocar kacir.
LOL. Pehobi tanjakan akan terus ngacir, yang tidak begitu menyukai tanjakan
akan menerima keadaan dengan menuntun sepeda lipat bersama peserta lain yang
memilih ttb (alias tun tun bike). Namun tidak perlu khawatir, jumlah peserta yang
ttb ratusan kok, jadi ga perlu malu. J
Setelah tanjakan
yang cukup curam selepas Greenwood, trek sedikit datar beberapa meter. Setelah
itu disusul tanjakan berikutnya, cukup curam juga, mana jalannya meliuk ke kiri
kemudian ke kanan, dan cukup panjang.
Setelah beberapa
tanjakan, menjelang sampai gapura masuk Goa Kreo maupun gapura selamat datang
Waduk Jatibarang, trek menurun. Waktu menuruni trek turunan ini, aku melihat om
Mada terbaring di sisi kiri jalan, dikerumuni beberapa kawan. Aku kaget, lhah
barusan dia menyalipku di tanjakan sambil bersiul-siul gembira. Kupikir dia
mendadak kakinya kram disebabkan trek yang menanjak, seperti yang kulihat di
beberapa lokasi tanjakan sebelum itu. Beberapa saat kemudian aku tahu bahwa Om
Mada terpeleset jatuh karena menghindari seorang anak yang mendadak
menyeberang. Untung tak lama kemudian ambulans datang, Om Mada pun segera
dimasukkan ke dalam ambulans dan dibawa ke rumah sakit.
Sore harinya aku
mendengar kabar lagi bahwa Shabrina – putri nte Tia dari B2W Surabaya – juga
jatuh di lokasi yang tak jauh dari lokasi Om Mada jatuh. Sementara Om Basuki
jatuh di turunan Trangkil. Shabrina jatuh karena terpeleset, roda sepedanya
menapaki pasir yang licin. Sementara di turunan Trangkil memang sebagian jalan
itu sedang dalam kondisi pengecoran. Om Budenk kebetulan pas lewat lokasi,
sehingga dia bisa langsung lihat kondisi Om Basuki. Seorang penduduk membantu
dengan mengeluarkan kotak P3K-nya untuk memberikan pertolongan pertama.
Di gapura selamat
datang Waduk Jatibarang, banyak peserta menumpuk disitu. Melihat trek yang ala
roller coaster di depan mata, menurun panjang kemudian diikuti tanjakan panjang
lagi membuat sebagian peserta malas melanjutkan perjalanan. Padahal panitia
menyediakan kudapan berupa es kelapa muda dan gorengan di dekat pintu masuk Goa
Kreo.
Ketika aku dan Ranz
sampai di lokasi dimana panitia menyediakan kudapan, kulihat masih banyak es
kelapa muda disitu, meski gorengan dan jajanan yang lain telah habis. Ini pasti
karena banyak peserta yang enggan menapaki trek ‘roller coaster’ selepas waduk
Jatibarang. J
Waktu menunjukkan
pukul 11.00. Sudah sangat siang. Padahal perjalanan masih jauh. Aku dan Ranz
sempat meminta izin ke Tayux untuk memandu peserta yang masih berkumpul disitu
untuk kembali ke Balaikota lewat jalan datang, dan tidak perlu memutar ke
Kandri dan turun lewat Unnes. Tayux mengizinkan. Maka kita mengajak peserta yang
‘tersisa’ disana.
Namun ketika kita
keluar lewat gapura Goa Kreo, para peserta yang sedianya akan kita pandu
kembali lewat jalan semula, diminta Tami untuk melanjutkan perjalanan ke arah
Kandri, mengikuti jalur yang telah dipilih oleh panitia. Kebetulan di seberang
gapura Waduk Jatibarang masih ada satu truck yang bisa dipakai loading peserta
yang mungkin bakal bermasalah. Para peserta tersebut ternyata tidak keberatan
untuk terus mengikuti jalur, lewat Kandri, kemudian turun lewat Unnes. Yuniar,
ketua panitia 7amselinas memintaku dan Ranz untuk mengawal peserta yang berada
di garis paling belakang ini, sambil naik truck. Kawasan Gunung Pati sebenarnya
tidak terlalu jauh dari Balaikota, namun trek yang naik turun dan banyak jalan
belok kiri kanan dan perempatan-perempatan yang ada membuat kita khawatir jika
peserta tersesat. Meski, well, sehari sebelumnya Avitt dan Tami telah memasang
petunjuk arah di perempatan-perempatan yang kita pikir crucial membuat orang
tersesat.
Maka, aku dan Ranz
pun duduk dalam truck, sambil mengawai para peserta yang tetap memilih gigih
mengayuh pedal sepeda lipat masing-masing. Jika mereka berhenti untuk minum
atau istirahat, truck yang kita tumpangi pun berhenti menunggu mereka bergerak
lagi.
Dalam perjalanan
selanjutnya, akhirnya beberapa peserta yang kita kawal ada yang kemudian
memilih loading. Beberapa peserta yang masih tercecer, akhirnya dikawal
beberapa marshall yang naik sepeda motor.
Truck yang kunaiki
bersama beberapa peserta lain sampai di Balaikota sekitar pukul 13.00. Meski
ketika masuk ke Jalan Pemuda aku telah melihat beberapa peserta naik sepeda
lipat menuju hotel masing-masing untuk beristirahat, halaman balaikota yang
cukup luas itu masih penuh dengan ratusan peserta lain. Di atas panggung utama
terlihat MC sedang sibuk menghidupkan suasana. Mereka membagikan beberapa door
prize. Aku juga melihat MC memanggil pihak United Bike untuk memperkenalkan
produk terbaru mereka è sepeda lipat
trifold. United pun membagi dua sepeda lipat untuk peserta yang beruntung siang
itu.
Aku dan beberapa
kawan seksi repot stay di pojok seksi konsumsi sampai sekitar pukul 15.00.
Setelah foto-foto dengan background ‘wall of fame’ 7amselinas, kita pulang.
GALA DINNER
Aku dan Ranz kembali
ke Balaikota sekitar pukul 18.30 untuk menghadiri gala dinner sekaligus malam
puncak membagikan door prize. Masing-masing peserta resmi mendapatkan 3 kupon
makan, masing-masing kupon makan bisa ditukarkan dengan berbagai jenis kudapan yang
disediakan: nasi ayam, mie kopyok, tahu gimbal, nasi kebuli, garang asem, sate
sapi, sate ayam. Untuk jajanan, panitia menyediakan kue mochi, ganjerel (ganjel
rel), lumpia, dan wingko babat; semua khas jajanan Semarangan. Untuk minuman,
peserta bisa memilih susu (disediakan oleh susu Karangdoro, langganan
kawan-kawan pesepeda), es gempol, wedang tahu, dan air mineral.
Selain booth yang
menyediakan berbagai jenis makanan, gratis untuk para peserta 7amselinas, juga
ada booth yang menjual berbagai jenis makanan lain, selain booth sponsor, misal
blibli.com dan zuna sports.
EO yang bertanggung
jawab mengisi acara di panggung utama, dibantu oleh Om Duryanto yang
penampilannya selalu menghebohkan itu.
Acara malam ini
sedikit terganggu ketika ada sekelompok siswa sebuah sekolah negeri yang bikin
suara memekakkan telinga dari mesin sepeda motor yang terus menerus digas
selama puluhan menit di luar balaikota. Usut punya usut ternyata mereka sedang
berusaha menarik perhatian masyarakat sekitar dalam rangka mempromosikan acara
di sekolah mereka. L
Satu info penting
yang disampaikan oleh pengurus id-fb dalam acara gala dinner ini adalah bahwa
jamselinas kedelapan akan diselenggarakan di Makassar, tahun 2018. Sementara
jamselinas kesembilan akan diselenggarakan di Palembang, tahun 2019. Duh, luar
Jawa terus selama 2 tahun berturut-turut nih.
MC menutup acara
sekitar pukul 22.00. aku dan kawan-kawan seksi repot lain baru meninggalkan
lokasi menjelang tengah malam karena masih banyak hal yang harus kita beresi.
Rasa lega memenuhi rongga dada kami: acara utama telah selesai; tinggal satu
hari lagi. Rasa lelah jelas juga kita rasakan, namun kita tak boleh patah
semangat.
To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.