Cari Blog Ini

Minggu, 31 Maret 2019

1 Dekade JFB

Tahun ini Joga Foldingbike memasuki usia kesepuluh. Untuk merayakannya, JFB membuat event khusus yang diberi tajuk 1 Dekade JFB pada hari Minggu 27 Januari 2019.

Aku berangkat dari Semarang pada hari Sabtu 26 Januari 2019, berdua dengan Ranz naik KA Kalijaga. (Owh god, iya! Ranz ke Semarang, tapi aku tidak menyelenggarakan segowangi di hari Jumat terakhir bulan Januari karena hujan yang tak kunjung selesai.) Karena salah komunikasi, aku membeli 6 tiket, selain untukku dan Ranz, aku juga membeli 4 tiket lain untuk Avitt, QQ Qiut, Sandro, dan Adhit, atas pesanan Ranz. Ternyata, Avitt sudah membeli 4 tiket untuk keempat orang ini, Avitt memesan tiket ke Ranz HANYA untuk KA Prameks. LOL. Walhasil, baru kali itu aku dan Ranz duduk sangat nyaman di kursi yang seharusnya untuk 6 orang, kita pakai hanya untuk 2 orang. LOL.

Kita transfer naik KA Prameks di stasiun Balapan. Baru kali ini aku naik Prameks dari stasiun yang namanya diperkenalkan oleh Didi Kempot, dan ... aku mendapatkan tempat duduk yang nyaman sekali. (Biasanya naik dari stasiun Purwosari, kalau tidak berdiri, dapat tempat duduk pun hanya sekedar menempelkan pantat. hahahaha ...)


Kita berenam turun di stasiun Lempuyangan kemudian kita bersepeda bersama ke arah UGM. Titik kumpul untuk event di hari Minggu 27 Januari di gedung BCA tak jauh dari bundaran UGM. Kita sempat makan siang di satu warung penyetan di seberang RS Panti Rapih. Dari sana, kita ke Lekker Je untuk mengambil racepack. Setelah itu, kita berpisah, aku, Avitt dan Ranz ke homestay Sleeping Room, yang terletak di Sagan, gang di sebelah RS Panti Rapih, tak jauh dari hotel Limaran tempat kita pernah menginap beberapa tahun lalu.

Malamnya, kita NR rame-rame ke arah alun-alun Selatan.













Minggu 27 Januari 2019

Kita sudah siap untuk sarapan pukul setengah enam. Pukul enam, aku dan Ranz langsung check out karena seusai acara kita akan langsung pulang. Avitt masih kembali ke penginapan untuk mengambil barang.

Kita bersepeda sejauh kurang lebih 20 kilometer, menuju Jalan Kaliurang kilometer 17, namun tidak langsung menapaki Jalan Kaliurang dari arah UGM. Kita bahkan belok dulu ke arah Gejayan sampai perumahan Condong Catur.

Ranz sengaja menaiki Petir, sepeda lipat dengan ban 14" single speed. Namun, ternyata Petir ditaksir oleh om Hien, hingga dalam perjalanan menuju tempat perayaan ulang tahun 1 Dekade JFB, om Hien naik Petir, sedangkan Ranz naik sepeda yang dibawa om Hien, sepeda milik Iin.




















Usai acara, aku sempat berencana (1) langsung berpisah dengan Ranz, aku ke Jombor, sedangkan Ranz ke stasiun Tugu (2) gowes susur selokan menuju arah Candi Prambanan, Ketika tahu bahwa acara usai di jam yang masih lumayan pagi (belum ada jam 12 siang), aku memilih rencana kedua. Namun rencana ini hampir gagal karena ban belakang Austin bermasalah; ban belakang terasa sangat goyang, terutama ketika menapaki turunan. namun, Setelah sampai Monjali alias Monumen Jogja Kembali, aku menimbang-nimbang, akan masuk Monjali, kemudian pulang ke Semarang naik bus dari Jombor, atau terus gowes susur selokan Mataram.

Keputusan yang kuambil adalah gowes susur selokan. Akan tetapi, beda dengan 3 tahun lalu, selama perjalanan kita sengaja beberapa kali berhenti untuk foto-foto, kali ini kita terus mengejar waktu. Ranz sudah membeli tiket Prameks yang meninggalkan stasiun Tugu pukul 16.00. Kita harus bisa sampai stasiun Klaten sebelum tiket habis (Ranz kudu beli tiket buatku), plus ban belakang Austin yang goyang-goyang, dikhawatirkan akan kian bermasalah jika kupaksa kunaiki sampai Solo.




Masih di tengah-tengah perjalanan menuju Candi Prambanan, hujan turun dengan lebat. Kamera Ranz harus masuk tas, dan kita berdua kudu mengenakan mantel.

Kita sempat mampir makan siang di satu rumah makan setelah melewati Candi Prambanan. Hujan masih turun.

Kita sampai stasiun Klaten pukul 15.30 dimana Ranz kudu buru-buru membeli tiket. Untunglah tiketnya MASIH SATU. waaah ... kalau sudah habis, kita berdua bakal harus ngonthel sampai Solo. hihihi ...

Kita sampai stasiun Purwosari dalam kondisi terang, tak lagi hujan. Aku sempat tergoda untuk langsung pulang ke Semarang saja, tapi Ranz ngiming-ngimingi minum teh nasgitel di Wedangan Pak Basuki. yaaaah. :D plus, meski mengenakan mantel, tetaplah bajuku basah keringat. sangat tidak sehat jika terus kupakai sampai Semarang.

Senin pagi aku diantar Ranz ke stasiun Balapan, beli tiket, kemudian ... bye bye Solo!

PT56 21.45 31-Mar-2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.