Cari Blog Ini

Rabu, 20 Maret 2019

3iar lambat asal C5: Hari H


Minggu 10 Maret 2019


Pagi ini kita 'terpaksa' bangun pagi, tidak bisa nyantai seperti dua hari sebelumnya. LOL. Ranz memulai ritual paginya jam empat, karena dia selalu butuh waktu lebih dari setengah jam untuk 'nongkrong'. Setelah Ranz selesai, aku gantian. Untung malam sebelumnya kita sudah mencicil packing baju-baju kotor masuk ke dalam tas.


Pukul setengah enam kita turun ke lobby. Pihak hotel telah menyediakan sarapan. Aku sempat makan sarapanku, sementara Ranz memilih untuk membawa jatah sarapannya. Sebelum pukul enam kita sudah siap meninggalkan hotel menuju titik kumpul, alun-alun Magelang, yang terletak tak jauh dari hotel tempat kita menginap.


Sesampai alun-alun, kita mendapati lumayan banyak kawan-kawan pesepeda dari berbagai kota telah berkumpul disana. Om Olan, sang MC, pun telah terlihat in action dengan 'mic' menyapa kawan-kawan pesepeda yang berdatangan disertai guyon-guyon segarnya. Sebagian besar peserta mengenakan kaos yang dibagikan panitia sehari sebelumnya; kaos berwarna hitam, sama dengan kaos event 1 Dekade JFB dua bulan sebelumnya. Ini membuat Ranz berkomentar, "kok serasa melihat foto2 event ultah JFB,' tatkala kukirimi foto-foto even dari panitia. LOL. Sebagian peserta lain mengenakan kaos/jersey komunitas mereka sendiri.


Menjelang pukul tujuh pagi, acara pemberangkatan dimulai; mulai dari sedikit sambutan dari pihak Dishub, membaca doa bersama, hingga foto-foto bareng untuk dokumentasi. Pihak Dishub juga yang memberangkatkan 'pasukan'. Dari alun-alun, kita menuju Selatan, trek turunan.



FYI, tahun lalu di acara ultah C5 kedua, trek menuju SLEKER ASRI lumayan didominasi tanjakan, meski tentu tak ada tanjakan yang tak disertai turunan. LOL. Kali ini, bocoran kabar yang kita terima, panitia berusaha keras untuk memilihkan trek 'datar'. Satu hal yang terdengar impossible mengingat Magelang terletak di satu lokasi yang tentu penuh tanjakan dan turunan. (Masih mending Semarang lah, masih ada kawasan 'Kota Bawah', sehingga masih bisa menghindari tanjakan buat bersepeda. LOL.)


Di awal bersepeda bersama, jalan yang kita lalui terus menurun halus, menuju arah pertigaan Magelang - Mungkid - Salaman. Sesampai sana, kita belok kanan, kemudian memutar, kembali memasuki area kota, nanjak halus dah. LOL. Pit stop pertama adalah di 'KEBUN BIBIT'. Disini, kita diberi waktu 30 menit untuk explore. Di pitstop pertama inilah panitian menyediakan cemilan berupa arem-arem yang lezat untuk mengisi perut, plus air mineral. I love this place terutama karena dari 'gardu pandang' yang disediakan, gunung Sumbing terlihat begitu megah dan anggun. Cuaca yang mendukung membuat gunung terlihat jelas, cantik sekali untuk background foto-foto.




Kurang lebih 30 menit kemudian, kita melanjutkan perjalanan, menuju Utara. Beberapa kali melewati jalan yang penuh 'kenangan' bagiku, saat bus antar kota antar propinsi Semarang - Jogja masih lewat kota, di pertengahan dekade 80-an. Hingga kita menuju 'jalan propinsi' yang memang datar. Saat disini, aku dan Ranz 'tersesat' karena ketika melewati satu pertigaan dimana kita seharusnya belok kiri, tidak ada marshall sehingga kita terus melaju. Aku bilang ke Ranz, "kok ga terlihat peserta di depan kita ya? Apa kita salah rute? Ini kalau terus, kita bakal sampai Secang lho. Kemudian Jambu."


Ranz pun bengong. LOL. Untuk area Jawa Tengah daerah sini, aku lebih tahu ketimbang Ranz yang hafal rute Semarang - Solo di luar kepala.


Untung ga lama kemudian, ada satu marshall bersepeda yang mengejar kita, Dia berteriak, "Hooooiii … apakah kalian berencana untuk langsung gowes balik ke Semarang?" xixixixixi … Alhamdulillah … kita belum sampai terminal bus Secang waktu itu.


Akhirnya, kita pun 'kembali ke jalan yang benar'. LOL. Tak lama kemudian, meski kita semula jauh ketinggalan di belakang, kita kembali melihat rombongan pesepeda di depan kita, mengenakan kaos hitam dengan bagian punggung bertuliskan '3iar lambat asal Selima'. Haseeeeek. Trek tetap naik turun. Maka, orang-orang pun terheran-heran melihat Ranz naik Petir, sepeda lipat dengan roda 14 inchi, single speed.


Kota Magelang memang indah dan sejuk. Kemana pun kita berputar, kita terus melihat penampakan Gunung Sumbing, kadang juga terlihat Gunung Merapi dan Merbabu.


Titik akhir sepedaan kita hari ini, sekaligus pusat acara ulang tahun ketiga C5 adalah Hotel Puri Asri, yang terletak di sebelah Taman Kyai Langgeng, taman yang dibangun di pertengahan dekade 80-an, saat aku telah menjadi penghuni (sementara) kota Jogjakarta karena kuliah di kampus Bulaksumur. Memasuki hotel Puri Asri, kita melalui trek yang menurun tajam, dan lumayan panjang. Tidak kuketahui kita akan sampai dimana. Ternyata oh ternyata, panitia menyediakan tempat di pinggir sungai Progo yang terletak persis di belakang hotel Puri Asri. Sungai Progo ini juga merupakan salah satu sungai yang dipilih untuk melaksanakan arung jeram. Beberapa kali kita melihat rombongan yang sedang berarung jeram lewat.






Acara ulang tahun C5 yang ketiga terlaksana dengan cukup meriah, meski cuaca kadang terang kadang mendung. Pembagian door prize yang dipandu oleh sang MC yang kocak selalu membangkitkan tertawa para peserta. C5 benar-benar memanjakan peserta dengan banjiran door prize, meski tidak ada door prize utama, misal sepeda lipat brompton, eh, dahon, eh, apalah apalah. LOL. Untuk cemilan, kita bisa memilih kacang rebus, singkong rebus, pisang rebus, juga berbagai jenis gethuk. Semua sehat, tidak mengandung kolesterol tinggi.



Menjelang pukul 11.00 cuaca kian mendung. Angin yang berhembus pun mulai terasa membawa titik-titik air hujan. Wah … bakal turun hujan nih. Saat itu kuperhatikan kian banyak peserta yang meninggalkan venue. Ranz nampak tenang-tenang saja, tidak memburu-buruku untuk segera ikutan meninggalkan venue. Dia hanya membungkus tas panier yang menempel di setang dan seat post dengan tas plastik. Ya sudah, aku juga ikutan santai.





Seperti di acara-acara sepedaan lain, panitia pun menyelenggarakan lelang frame sepeda fnhon. Aku yang terus setia pada Austin, eh, karena ga punya duit buat dihambur-hamburkan untuk beli sepeda baru, lol, tidak pernah tertarik pada acara lelang seperti ini. LOL. Satu hal yang sangat menggembirakan bagi peserta yang masih setia tinggal, panitia mengobral kaos merchandise event dengan harga hanya Rp. 10.000,00 per piece. WAAAAW. Dalam waktu kurang dari 20 menit, semua kaos merchandise terjual habis. Kekekekeke … setelah itu, panitia juga membagi-bagi door prize berukuran kecil pada semua yang masih disitu. Untuk door prize yang lumayan mahal -- harga di atas seratus ribu rupiah, dilelang oleh panitia. Baru kali ini rasanya aku berada di pasar lelang. LOL. Semua tertawa gembira. Aku gembira melihat orang-orang yang begitu antusias ikut lelang. LOL. Sementara itu, hujan mereda. Alhamdulillaaah.



Menjelang pukul 12.00 Om Olan menutup acara dengan resmi. Kita berfoto-foto bersama sebelum meninggalkan lokasi. Sampai bertemu di acara ultah C5 keempat di tahun 2020, jika ada. Atau mungkin dijadikan satu dengan jamselinas ke-10? Santer terdengar kabar untuk jambore sepeda lipat nasional ke-10 akan diboyong oleh C5, setelah sebelumnya di jamselinas Makassar, id-fb mengumumkan jamselinas 10 akan diselenggarakan di Purwokerto. Asal masih sama-sama dilaksanakan di Jawa Tengah, akan mudah dan murah bagiku dan Ranz untuk ikut. LOL.


===============================

Setelah meninggalkan Hotel Puri Asri, aku dan Ranz mencari rute menuju Jalan Pemuda, jantung kota Magelang. Ranz sedikit mengeluh ketika aku memilih belok ke jalan yang nanjak. Ya gimana lagi, ini Magelang, ga mungkin kita akan terus menerus menghindari tanjakan. LOL. Sesampai Jalan Pemuda, kita tinggal lurus ke arah Selatan menuju pertigaan Artos, Salaman, Mungkid, Blabak, lanjut hingga Muntilan, Sleman, Jogja.


Jika di hari Jumat kita terkadang dipayungi mendung, saat dalam perjalanan UGM - Borobudur, hari Sabtu kita berpanas-panas ria, bersepeda dari Borobudur ke kota Magelang, di hari ini, Minggu, kita juga terus menerus dipapar sinar matahari yang panas. Kita berhenti di satu pom bensin karena Ranz kebelet pipis. Setelah ngecek 'strava' jarak yang telah kita tempuh (dari Puri Asri) ternyata baru 15 kilometer, padahal rasanya sudah jauuuuuuh, LOL. Hawa panas memang mudah membuat kita lemah. LOL. Disini, aku bilang ke Ranz untuk mampir di warung makan yang berjualan tahu kupat, tempat kita mampir satu tahun yang lalu. Warung makan ini terletak di area Sleman, setelah melewati gapura 'selamat jalan'.



Masih di area Muntilan, di jalan utama penghubung DIY - Magelang, aku mengajak Ranz mampir di satu toko oleh-oleh, aku kangen rasa gethuk Trio yang dulu kadang kubeli di terminal Magelang, ketika naik bus Jogja - Semarang. Setelah melewati gapura pembatas propinsi, tak lama kemudian kita pun sampai di warung makan yang kuinginkan. Waktu menunjukkan pukul 14.45. Ranz bilang dia sudah beli tiket KA Prameks yang pukul 16.00 karena yang berangkat pukul 17.00 maupun 18.00 sudah terjual habis. Maka, kita pun buru-buru makan. Kali ini hanya aku yang memesan makanan, Ranz hanya mencomot tahu kupat pesananku beberapa sendok. (Tahun lalu dia memesan mie ayam goreng.) setelah itu, kita buru-buru melanjutkan perjalanan.


Jika sebelumnya, aku lumayan nyantai mengayuh pedal Austin, kali ini aku ngebut. Jika sebelumnya, aku memilih berada di belakang Ranz yang naik Petir, kali ini aku berada di depan. Ranz yang biasanya membaca gps suka kehilangan mood jika dia tahu aku tahu jalan yang kita lewati. LOL. Maka, begitulah, mending aku di depan, Ranz tinggal ngikut di belakang.


Kebetulan selepas meninggalkan rumah makan tempat kita makan, trek cenderung turun terus, hingga mudah buat ngebut, bagiku, tapi tidak terlalu 'membantu' buat Petir yang settingannya lebih 'ramah untuk trek datar dan nanjak' namun tidak untuk turun halus. Sesampai aku di seberang lapangan Denggung, pas traffic light berwarna merah, aku berhenti untuk ngecek Ranz di belakang. To my shock, aku tidak melihat penampakan Ranz. :( Menunggu satu dua menit, hingga 5 menit, Ranz tidak kunjung muncul. :( :( :( Aku pun sempat berpikir apakah sebenarnya Ranz tanpa kusadari telah menyalipku hingga dia berada di depan. Desperately, aku bertanya kepada seorang penjual koran yang berdiri tak jauh dariku apakah dia melihat seseorang menaiki sepeda 'mungil', lebih mungil dari Austin, sepeda lipat yang kunaiki lewat situ. Jawabannya membuatku menyimpulkan bahwa Ranz tidak menyalipku. Dia bilang, "Wah … banyak mbak yang sudah lewat sini naik sepeda tadi, ada sepeda ukuran besar, ada yang kecil."


Aku pun mengirim message ke nomor WA Ranz. "Aku di seberang lapangan Denggung. Kamu dimana? Di depanku atau di belakangku?" dua menit kemudian Ranz membalas, pendek saja, "Ya." nah lo, ya yang mana? Akhirnya aku berinisiatif bertanya pada seseorang yang naik motor, waktu traffic light berwarna merah. "Mbak, apakah di belakang sana tadi lihat seseorang naik sepeda kecil seperti ini (aku nunjuk Austin) dan mengenakan kaos yang sama dengan yang saya pakai sekarang?" sayangnya si perempuan yang kutanya tidak melihatnya. :( Namun, di luar dugaan, seorang laki-laki yang berhenti di samping perempuan yang kutanya menjawab, "Saya lihat tadi, di belakang. Jalan kaki, sepedanya dituntun."


Nah lo! :( :( :(


Setelah mengucapkan terima kasih, aku pun menaiki Austin, kembali ke arah aku datang, terpaksa contra flow, agar mudah menemukan Ranz. Dan … ya … akhirnya aku bertemu Ranz, yang terlihat lemas menuntun Petir, namun terlihat rasa lega di matanya tatkala melihatku datang. Aku menemani Ranz mencari tukang tambal ban, namun tiga tempat tambal ban semua menolak. :( aku menyarankan Ranz naik taksi online ke stasiun Tugu, masih ada waktu sekitar 30 menit, tapi Ranz menolak, dia khawatir waktunya tidak cukup. Menurut perhitunganku sih asal taksi segera datang, dan jalan tidak macet, Ranz masih bisa mengejar KA Prameks yang jam 16.00, namun kadang perhitungan kita meleset kan ya.


Setelah mempertimbangkan beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan, Ranz setuju dengan ideku untuk naik taksi online, langsung ke Solo. Ranz yang kadang mood-nya buruk jika terpaksa berpisah denganku dengan cara yang tidak kita antisipasi, kutawari aku akan ikut ke Solo, dan bukannya melepasnya begitu saja naik taksi kembali sendiri, meski ini berarti aku butuh waktu lebih lama untuk balik ke Semarang. Jarak Lapangan Denggung ke Jombor kan ga ada 5 kilometer tuh, dibandingkan aku kudu ikut ke Solo. Tapi, yaaah … that is what friendship is for. :)


Taksi yang dipesan Ranz datang 15 menit setelah dia pesan. Mungkin kita ninggalin lokasi itu sekitar pukul setengah lima sore. Kita sampai rumah Ranz di Laweyan pukul tujuh kurang 15 menit. Setelah pipis, aku menuju Kerten, ditemani Ranz yang naik Jean Grey. Godaan mampir ke wedangan Pak Basuki kutepis karena aku ga mau tambah malam nyampai Semarang.  


Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya aku naik bus menuju Semarang, dan mendapatkan tempat duduk. Alhamdulillah. Bus meninggalkan Kerten sekitar pukul 19.20. pukul 21.15 bus sudah sampai Pudakpayung. Syukurlah tidak macet sehingga perjalanan tidak butuh waktu lama.


Ketika sampai di area Gajahmungkur kulihat bekas-bekas hujan. Well, kalau tadi aku pulang dari Jombor langsung ke Semarang, kemungkinan aku bakal kehujanan ya waktu bersepeda dari Sukun. Well, blessing in disguise.


Maka, demikianlah. Kisah dolanku wiken ini usai sudah.


Sampai bertemu di kisah dolan yang berikutnyaaaaa.


PT56 15.15 17/03/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.