Cari Blog Ini

Kamis, 14 Maret 2019

3iar lambat asal Selima : Borobudur - Magelang

3iar lambat asal Selima Day 3


Sabtu 09 Maret 2019

Pagi ini kita juga cukup bersantai-santai. Sebenarnya aku mengajak Ranz ke Puthuk Setumbu, tapi dia menolak karena ga mau kudu bangun pagi-pagi sekali. :D Kita baru bangun sekitar pukul 07.00 untuk memulai ritual pagi. :D Pukul delapan lebih kita keluar penginapan, aku butuh sarapan. Kebetulan aku tertarik pada lotek, di satu warung makan tak jauh dari penginapan, maka aku pun memesan itu. Ranz yang belum lapar, tidak memesan apa-apa.

Usai makan, Ranz mengajak ke arah Camera House, hanya sekedar untuk memotret sepeda di depannya, ga masuk ke dalam. Akhir tahun 2016 kita sudah masuk kesini, waktu dolan bareng Angie dan Fitri naik motor. Setelah merasa cukup, kita langsung mengayuh pedal sepeda kembali ke arah kita datang.

Dari Camera House, kita ke Candi Pawon. Setelah mengunjungi Candi Borobudur dan Candi Mendut dua kali, di kunjungan sebelumnya, ini adalah kali pertama kita mampir ke Candi Pawon. :D Kebangeten kita yaaa. Apalagi ketika kemudian aku berpikir bahwa Candi Pawon ini ukurannya sangat 'pas' buatku, cukup besar (jika dibandingkan dengan candi-candi di area Gedong Songo atau Candi Ngempon) namun tidak berukuran 'raksasa', jika dibandingkan dengan candi-candi lain yang lebih terkenal, misal, Candi Borobudur, Prambanan, bahkan jika dibandingkan dengan Candi Plaosan Utara. Ukuran Candi Pawon is just perfect for me, seems like it was built especially for me. (ge-er yak. Lol.)

Setelah mengunjungi Candi Pawon, kita langsung menggeber sepeda menuju Magelang. Meski masih cukup pagi, cuaca hari itu cukup panas, jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya saat kita menyusuri Selokan Mataram. Ranz yang tidak membawa 'manset' padahal dia mengenakan kaos lengan pendek pun mengeluh lengannya gatal terpapar sinar matahari.

Dalam perjalanan, Ranz sempat mengajak mampir ke satu warung es degan. Disini aku juga sempat ngemil pisang rebus yang enak banget. Warung ini terletak di jalan 'utama' penghubung pertigaan Mungkid menuju Borobudur, satu jalan nostalgik buat kita berdua karena di tahun 2013 dulu waktu kita pertama kali bersepeda dari Semarang menuju Borobudur, waktu lewat sini, kita melihat arak-arakan api yang dibawa dari Mrapen menuju Candi Mendut.

15 menit kemudian kita melanjutkan perjalanan. Di jalan propinsi yang menghubungkan kota Magelang dengan Muntilan, terik sang mentari kian terasa garang. Apalagi trek kian rolling, naik turun sesuka hati. LOL. Ranz sempat mengajak berhenti istirahat di satu tempat dimana kita bisa berlindung di bawah rimbunan pohon. Ranz kembali mengeluh lengannya yang gatal. Belum ada 5 menit beristirahat, Ranz bilang, "Eh, bukannya di depan itu deretan pertokoan tempat kita bertemu Radit yak, sebelum kita ke Kragilan sekian tahun lalu?" memang iya sih, itu sudah dekat pertokoan Mertoyudan, Ranz pun kembali semangat untuk melanjutkan perjalanan.

Begitu melewati Mertoyudan, kita pun sampai pertigaan menuju Salaman, nahhh … sedikit lagi sampai pertigaan Artos, ga lama lagi deh kita sampai di pusat kota Magelang. Kita sempat melihat "Café Toffee" tempat para peserta event "3iar lambat asal Selima" mengambil racepack. Namun karena belum ada jam satu siang, kita terus melaju menuju alun-alun, untuk makan siang sembari menunggu jam kita bisa check in ke hotel yang telah kita booking.

Ranz sempat mengeluh karena Jalan Pemuda yang hanya satu arah memaksa kita sedikit memutar. Dia sudah kehausan dan di jalan yang kita lewati tidak ada angkringan tempat kita bisa mampir untuk sekedar memesan es teh. Teriknya sinar sang surya siang itu benar-benar meluruhkan semangat Ranz. Maklum, sudah lama kita tidak mbolang yang memaksa kita bersepeda di bawah sinar matahari nan garang. LOL.

Di alun-alun, aku yang tidak mengeluh nyaris dehidrasi malah butuh minum dua gelas es teh, sedangkan Ranz cukup minum segelas saja. Entah yang dramatis itu aku atau Ranz yak? Kekekekeke …  untuk makan, Ranz memesan satu porsi ayam kremes dengan nasi aku memesan tahu kremes tanpa nasi. Bukan karena aku ga butuh makan nasi, tuh nasi satu porsi milik Ranz paling juga  ga habis dia makan sendiri. Heheheheh …

Menjelang pukul setengah dua, kita sudah meninggalkan alun-alun, menuju hotel Sumber Waras, tempat kita menginap. Hotel yang ternyata merupakan langganan para sales yang bertugas keluar kota ini terletak di Jalan Pemuda, tak jauh dari alun-alun. Mungkin tahu bahwa hotel tempat kita menginap sudah dekat, atau karena sudah minum dan makan, Ranz terlihat cukup ceria, tak lagi uring-uringan. LOL.

Sesampai di hotel, kita langsung check in. kita mendapatkan kamar 201, di lantai 2, cukup dekat dari jalan raya. Tak lama kemudian, kita keluar lagi, untuk mengambil racepack di 'Café Toffee'. Sebelumnya panitia bilang racepack bisa diambil mulai pukul tiga sore. Namun, sesampai di hotel, aku mengecek grup WA, ternyata panitia sudah siap melayani pengambilan racepack mulai pukul satu siang. Setelah ambil racepack, kita langsung balik ke hotel. Saatnya istirahat.

Sore, sekitar pukul setengah lima, kita keluar. Aku ingin berfoto di klenteng yang terletak tak jauh dari alun-alun. Sesampai alun-alun, kita lihat om Aris Hien bersama Adis. Kita pun mampir. Mereka ternyata usai ikut event sore itu, dengan menu tanjakan syahdu. LOL. Tak lama kemudian, kawan-kawan Komselis lain berdatangan. Ramai sekali. Tak lama kemudian, kita sudah melanjutkan perjalanan menuju satu warung makan yang menyediakan sop senerek, sop kacang merah khas Magelang.

Dari sop senerek, kita berputar menuju klenteng. Kita berfoto-foto disana, tapi suasana sudah gelap, dan suasana hatiku pun galau setelah menerima kabar dari Angie bahwa dia dan tante-tantenya ke Cirebon, menengok pakdenya yang sedang dirawat di RS. Aku langsung khawatir ada hal serius yang membuat adik2ku memutuskan untuk ke Cirebon. (Untungnya ternyata kakakku terlihat cukup sehat, hanya kulitnya saja yang nampak menghitam bekas luka kulit yang telah mengering. Demikian kabar selanjutnya yang kuterima dari Angie.)  dari klenteng, aku mengajak Ranz balik ke hotel, mood-ku untuk sepedaan pupus.

Dan malam itu aku tak bisa tertidur gegara suara mesin kendaraan bermotor yang terdengar jelas dari kamar. :( begini lah resiko menginap di hotel yang terletak di pinggir jalan raya. Hiksss …

To be continued.

IB 20.39 14-Mar-2019


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.