Cari Blog Ini

Kamis, 14 Maret 2019

3iar lambat asal Selima : Susur Selokan Mataram

3biar lambat asal Selima Day 2

Susur Selokan Mataram menuju Candi Borobudur



Pertama kali Ranz dan aku menyusuri Selokan Mataram menuju Candi Borobudur dalam event JOGJA ATTACK 6 Maret 2011. Sedangkan ke arah sebaliknya, susur Selokan Mataram menuju Candi Prambanan pertama kali kita lakukan saat mengikuti J150K di bulan November 2013. Setelah itu, berulang kali kita menyusuri Selokan Mataram ke arah Klaten a.k.a Candi Prambanan, mulai dari bulan Desember 2013, seusai mengikuti JLFR, kita hanya berdua; dilanjut bulan Januari 2015 bersama beberapa kawan, (eh, aku ga ikut, karena selepas mengunjungi Candi Mendut waktu bikepacking bareng itu aku langsung pulang ke Semarang). Kemudian lagi di bulan Februari 2016 setelah mengikuti event PITULUNGAN alias ulang tahun JFB ketujuh; bulan Juli 2016, mbolang perdana bersama para gadis pelor; dan yang terakhir bulan Januari 2019 yang lalu, seusai event 1 DEKADE JFB. Waaah … enam kali!


Akhirnya, karena penasaran untuk mencoba lagi menyusuri Selokan Mataram menuju Candi Borobudur, aku merayu Ranz untuk napak tilas. Setelah tertunda pelaksanaannya di akhir tahun 2018, kita mendapatkan kesempatan itu pada tanggal 8 Maret 2019. Alhamdulillah. :D


Jumat 08 Maret 2019


Karena sadar bahwa jarak yang kita bakal tempuh hari ini hanya kurang lebih 40 kilometer, meski ini bisa dikategorikan 'blind adventure' karena kita belum yakin apakah kita bakal menemukan treknya dengan mudah, pagi itu kita nyantai. LOL. Kita baru bangun pukul enam pagi, kemudian melakukan ritual pagi di kamar mandi, ngantri. :) Pukul tujuh pagi kita baru duduk di ruang makan, siap menyantap sarapan yang disediakan oleh pemilik homestay. SLEEPING ROOM dikelola ala rumah biasa, karena memang 'bentuknya' pun seperti bangunan rumah biasa, plus beberapa kamar tambahan di bagian belakang, yang mungkin dulunya ditawarkan untuk kos. Ruang makan ada di bagian tengah.


Pagi itu, kita melihat ada dua pasang bule yang menyewa satu kamar di bagian tengah bangunan; juga ada foreigner yang mungkin dari negara tetangga, Singapore/Thailand, karena secara fisik mereka nampak seperti orang Indonesia, namun they speak English. Para bule itu tidak sarapan, namun seseorang yang nampak dari Singapore/Thailand itu makan sarapan dengan menu yang sama yang kita makan: nasi putih, oseng kacang panjang plus tahu, dengan sedikit telur dadar.


Pukul setengah sembilan, kita sudah siap meninggalkan homestay. Selepas Jl. Cik Di Tiro, kita langsung menuju Jalan Kaliurang, melewati Gedung Pusat UGM dan sederet bangunan fakultas. Sesampai Selokan Mataram, kita langsung belok kiri, melewati Fakultas Biologi. Kita memulai Susur Selokan Mataram dari sini. Kita terus menuju Barat. Karena ini adalah pertama kali kita napak tilas, di tahun 2011 dulu kita 'hanya' mengikuti RC di depan, lol, untuk meyakinkan diri bahwa kita berada di trek yang benar, Ranz perlu ngecek gps beberapa kali.


Situasi sepanjang Selokan Mataram ke arah Barat ini tidak jauh beda dengan sepanjang Selokan ke arah Timur, hehijauan di kiri kanan, tidak bertemu banyak kendaraan bermotor, jika dibandingkan kita lewat jalan utama menuju Magelang. Kita cukup diberkahi dengan penampakan Gunung Merapi dan Gunung Merbabu yang terlihat jelas, tak tertutup awan, di sebelah kanan. Sedangkan di depan (Barat/Barat Laut) kita terus disapa oleh Gunung Sumbing. Dari arah Selokan Mataram, Gunung Sindoro tak terlihat. Setelah semakin ke arah Barat, kita pun bisa melihat penampakan perbukitan Menoreh.


Sebenarnya cuaca sangat bersahabat buat kita karena sang mentari tak begitu garang bersinar. Meskipun begitu, gunung-gunung itu terlihat sangat jelas. Our journey was really blessed!


Setelah menempuh jarak 15 kilometer, kita mampir ke satu toko kelontong untuk membeli air mineral dan sedikit cemilan berupa wafer coklat. Di sepanjang Selokan Mataram, kita tak melihat ada warung makan yang menarik kita untuk mampir. Well, yang penting, ada air minum dan sedikit cemilan. :)


Setiap mengecek rute di gps, Ranz ternyata ngecek rute menuju Bendungan Ancol. Ouww … ya … aku ingat, tahun 2011 dulu, rombongan pegowes JOGJA ATTACK juga melewati Ancol, yang waktu itu jembatan di atas sungainya ambrol setelah diterjang banjir lahar ketika Gunung Merapi meletus bulan Oktober 2010. Well, berarti ga 'blind blind' amat yak adventure kita kali ini, orang ada gps kok. Hihihi …


Sesampai Ancol - Bligo, waaah … sungainya lebar juga lho. Air sungai mengalir dengan wajar, tidak terlalu cepat, tidak bergolak keras. Cuaca sedikit mendung membawa suasana kian syahdu. Asyik banget pokoknya karena masih banyak pepohonan juga di daerah sini. Awalnya kita tidak menemukan jalan menurun menuju sungai, jadi kita berfoto-foto di atas. Ada tangga sempit untuk turun, tapi Ranz melarangku turun. :( Aku bilan ke dia, dulu ada jalan khusus menuju sungai, dimana kita bisa menaiki sepeda, jadi tidak berbentuk tangga. Ketika akhirnya kita akan meninggalkan lokasi itu, kita justru melewati jalan menurun menuju sungai. Naaah … turun lah kita. :D


Beberapa kali jepretan, memotret Austin dan Petir. Sekitar 10 menit kemudian kita melanjutkan perjalanan. Kita langsung disodori tanjakan. :D Kali ini sudah ada jembatan yang kokoh yang bisa kita lewati. Sementara itu, aku sudah buta arah, entah kita sampai mana. Kita sudah melewati satu jembatan (sebelum Ancol) dengan tulisan 'batas propinsi DIY dan Jateng', yang berarti kita telah meninggalkan DIY. Namun, kemudian, setelah melewati jembatan di atas bendungan Ancol, kita disambut dengan tulisan 'batas propinsi DIY dan Jateng' lagi. Lah, ini kita masuk DIY lagi? Hehehehe … Tapi, yang pasti kita berada di daerah Kulon Progo.


Meninggalkan area Ancol, ternyata juga berarti kita mulai meninggalkan area Selokan Mataram. Kita mulai menapaki jalan-jalan dimana kita dengan mudah berpapasan dengan mobil maupun truk kecil, meski tentu traffic tidak seramai jika kita lewat jalur utama. Trek pun semakin menantang dengan tanjakan dan turunan yang lumayan menguras tenaga. Terus terang aku hampir lupa, apakah di tahun 2011 dulu kita juga lewat rute ini. Ranz 'ngeyel' kita lewat sini, aku ngeyel engga. Perasaan dulu ga segitunya rolling deh trek yang kita lewati. LOL. Sampai ketika menapaki satu tanjakan, mendadak aku ingat 8 tahun lalu banyak peserta JOGJA ATTACK menuntun sepedanya bareng-bareng, sambil setengah memaki trek setengahnya lagi tertawa-tawa geli. Kayaknya, memang, dulu lewat sini. Setelah ngecek gps lagi, Ranz bilang, kita tinggal luruuuuus saja. Jika melewati pertigaan maupun perempatan, kita tetap mengambil jalan yang lurus.


Sekitar menjelang pukul 12.00 kita mampir di satu warung makan Padang. Ternyata Ranz sudah kelaparan. :D Aku yang tidak terlalu lapar namun haus memesan dua gelas es teh sekaligus. Ga Cuma Avitt yang suka memesan es teh dua gelas sekaligus LOL. Untuk makan, Ranz hanya mengambil satu piring nasi + sayur + rendang. (Disini berlaku self-service.)


Setelah makan, kita kembali melanjutkan perjalanan. Sekitar pukul setengah dua siang, kita sampai pertigaan yang jika kita belok kanan kita akan ke Candi Mendut, jika belok kiri, kita ke Candi Borobudur. Kita sedang akan menyeberang ke kanan, tiba-tiba ada seorang laki-laki paruh baya, melambaikan tangannya ke arah Ranz, tangan yang satu lagi menunjuk-nunjuk ke satu arah. Karena penasaran kita ke arah jembatan sambil melayangkan pandangan ke titik yang ditunjuk olehnya. Ternyata sedang ada lomba 'canoeing'. Wahhh .. Lumayan buat kita tonton sebentar. 15 menit kemudian, kita kembali mengayuh pedal sepeda ke arah Candi Mendut.


Kita tidak lama disini. Ranz mengajak mampir karena beberapa minggu sebelumnya aku bilang aku pingin ke candi. :)


Di halaman candi Mendut, aku mengajak Ranz beristirahat di bawah pohon beringin raksasa. Awalnya, Ranz sempat menolak karena dia merasa harus menyeberangi 'portal' masuk ke satu kerajaan antah berantah. Waduh … bulu-bulu halus di tangannya nampak mulai berdiri. Padahal aku ga merasakan apa-apa. Wew … dia juga menolak kuajak masuk ke Candi Mendut. Ya sudah, aku naik sendiri, masuk sendiri, menyempatkan diri memutari candi dua kali sendiri. Ini gegara terprovokasi melihat seorang bule sedang melakukan pradaksina sambil memegang rosario/tasbih ukuran besar. :D


Setelah meninggalkan Candi Mendut, kita langsung menuju area Candi Borobudur. Sesampai sana, kita belum booking kamar penginapan, ternyata Ranz langsung mengajakku ke penginapan 'langganan' kita, tempat kita pernah menginap sebelumnya. Satu kamar yang bisa dipakai untuk 2 orang, dengan double bed, kamar mandi di dalam, dan kipas angin. Untuk menginap semalam kita diminta membayar Rp. 200.000,00. kamar yang sama bakal berharga tiga sampai empat kali lipat jika di musim Waisak. :D Untuk welcome drink, aku minta disediakan kopi hitam.


Malam itu kita sempat keluar untuk makan malam. Kita pun makan di tempat yang sama, tempat kita makan malam waktu kesini di hari Waisak 2013 dan waktu mengajak Angie dan Fitri kesini tahun 2016.


To be continued.

LG 15.15 12/03/2019

N.B.:

foto-foto nyusul yaaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.