Cari Blog Ini

Senin, 27 Januari 2020

Gowes Imlek ke Watu Gajah Park




Tanggal 25 Januari 2020 tiba pada hari Sabtu, libur Imlek alias Chinese New Year. Setelah berdiskusi kita mau bersepeda kemana, akhirnya Ranz memutuskan untuk ke Semarang, karena pada hari Minggu 26 Januari aku harus mengikuti survey rute event "Back to Dahon 09022020" di pagi hari, dan di siang hari aku dan Ranz menghadiri acara istimewa di rumah Tami.



Sabtu 25 Januari 2020



Pukul 06.30 kita mulai meninggalkan kawasan Banjirkanal Barat; aku naik Cleopatra sedangkan Ranz naik Austin. Pagi itu cuaca mendung jadi enak buat bersepeda. Seperti biasa kita meilih rute Lapangan Kalisari ke arah RSUP Dr. Kariadi, di pertigaan kita belok ke arah Jl. S. Parman, kemudian kita belok ke arah Jl. Rinjani yang kemiringannya bisa kita anggap layak untuk pemanasan. :)





Selanjutnya kita ke arah pertigaan Kaliwiru, belok kanan ke Jl. Teuku Umar kemudian mendaki bukit Gombel. Kita berhenti di taman Tabanas untuk memotret Austin dan Cleopatra, sembari istirahat lah menata nafas. Lol. Sesampai ujung tanjakan Gombel, (aku sempat naik Austin, sedangkan Ranz menaiki Cleopatra), dua orang laki-laki yang mungkin usianya di atas 60 tahun (nebak2 sajaaa) menaiki road bike menyalipku pelan-pelan sambil mengacungkan jempol, "Wahhh … ibu hebat! Kuat nanjak Gombel!" duh … aku ngikik dalam hati. Ga tahu dia, sudah sejak tahun berapa aku mendaki bukit Gombel? Ternyata, waktu mereka menyalip Ranz yang berada di belakangku dan memotretku dari belakang, juga disapa oleh mereka, "Wah … istrinya kuat nanjak Gombel ya pak!" eaaaah … kapokmu kapan ndaaaaaaaa. Lol. Setelah Ranz bercerita tentang itu ke aku,  kita pun terkekeh-kekeh. Lol.



But, honestly, mengapa perjalanan mendaki Gombel kali ini terasa jauh lebih ringan ketimbang waktu aku mendakinya sendiri tanggal 10 Januari lalu? Apa karena aku naik Cleopatra (sampai taman Tabanas) atau karena aku ga sendirian nanjak yak?



Kita mampir di satu warung soto di daerah Banyumanik, tempat kita juga beberapa kali mampir sarapan disini sebelumnya (waktu bikepacking ramai2 awal tahun 2015, kemudian waktu bareng cewe2 pelor gowes ke Curug Gending Asmoro awal Juli 2018. sebelum sarapan, kita sempat bertemu dengan rombongan Federal Semarang yang akan bersepeda ke Museum Sangiran.





Setelah itu semua berjalan lancar. Ranz sudah tahu jalan ke arah Watu Gajah Park karena dia telah melihat papan petunjuk ke WGP waktu kita dolan ke Curug Gending Asmoro. Entah mengapa perjalanan kali ini terasa lebih ringan ketimbang waktu bersepeda ke Curug Gending Asmoro, karena tahu-tahu kita sudah melewati jalan dimana jika kita belok kiri kita akan sampai ke curug itu. Kita masih terus lurus. Tak jauh dari pertigaan itu, kita melewati tanjakan yang lumayan killing, padahal badan jalan sempit plus saat kita lewat, traffic lumayan padat. Dari pengalaman bersepeda ke Srambang Park bulan Desember 2019, aku berpikir mungkin orang-orang yang memenuhi jalan 'desa' itu juga akan menuju Watu Gajah Park. Hihihi …







Tak lama kemudian kita sampai hutan karet, yang dikenal dengan nama Alaska Ngobo. Dengan suka cita, kita pun mampir untuk berfoto-foto. Maklum, orang kota, kalau bertemu dengan hehijauan hutan, kita akan sangat suka berfoto ria lah. Waktu itu suasana masih cukup sepi, belum banyak orang yang lewat dan mampir. Saat akan meninggalkan hutan karet ini, tab-ku jatuh. (baca kisahnya disini)



Mungkin kita sampai di 'gerbang' menuju destinasi wisata Watu Gajah Park sekitar pukul 10.45. gerbangnya berupa patung gajah dengan ukuran cukup besar, di kiri dan kanan. Aku berhenti disini, ingin ngecek strava, sudah berapa kilometer kita bersepeda. 2 tahun lalu waktu bersepeda ke Curug Gending Asmoro, kita menempuh jarak 52 kilometer pulang pergi. Saat ingin ngecek strava ini aku baru ngeh kalau tab tidak lagi berada di tas pannier yang nangkring di rak pannier yang menempel di seatpost Cleopatra. :( aku sempat menuduh Ranz menyembunyikan tab -- untuk nggodain aku -- (dan Ranz juga berpikir aku menggodanya, lol) namun ternyata tab memang tak lagi berada di tas pannier. Dengan buru-buru Ranz langsung menaiki Cleopatra, kembali ke arah Alaska Ngobo untuk ngecek, barangkali tab terjatuh disana dan belum diambil orang.



Sekitar pukul 11.00 Ranz sampai di Alaska, melihat celingukan kesana kemari ngecek apakah tab-ku tergeletak somewhere disana, atau jika diambil orang, ada orang yang bisa dia 'curigai' untuk mengambil dan menyimpannya untuk dikembalikan ke aku. Ranz tidak melihat penampakan tabku somewhere, namun dia melihat ada satu orang yang berulang kali memandangnya dengan sorot mata heran. Suasana Alaska sudah ramai saat Ranz sampai sana. Karena tidak menemukannya, Ranz kembali ke gerbang masuk WGP tempat aku menunggunya sambil berharap semoga tab masih rezekiku.



Panik, lemas, menyesali kecerobohan sendiri membuatku linglung waktu ditanya apakah aku akan tetap ingin masuk ke WGP atau lanjut pulang saja. Namun, hal pertama yang harus kita lakukan adalah 'menyelamatkan' akun media sosial yang ada di tab agar tidak disalahgunakan si penemu tab. Maka, kita berdua duduk-duduk di tembok rendah yang ada disitu, aku mengganti password facebook dan instagram, menulis pengumuman di facebook tentang kehilangan itu. Saat itu, Ranz ngecek hp-nya dan terkejut waktu menerima voice message di WA-nya, message itu dikirim dari nomor WA-ku yang ada di tab. Voice message dikirim sekitar pukul 10.30. message itu berbunyi, "maaf mbak/mas, saya menemukan hp ini di karetan Ungaran, tapi ga tahu ini milik siapa." dengan penuh harapan, Ranz membalas message itu, namun tidak berbalas. Aku mencoba menelpon nomorku di tab itu, namun malah jawaban yang kuterima, "panggilan dialihkan". Beberapa saat kemudian, malah nomor sudah tidak bisa kutelpon, nampaknya tab mati.



Antara berharap bahwa si penemu benar-benar beriktikad baik untuk mengembalikan tab, namun juga pesimis apakah benar-benar si penemu mau melakukannya, akhirnya Ranz memutuskan untuk menghindari hal-hal yang tidak bisa kita antisipasi, dia me-reset tab itu dari jauh, setelah aku mengizinkannya. Meski aku sudah mengganti password facebook dan instagram, nomor WA di tab itu masih bisa digunakan.



Kebetulan saat ini, hujan turun dengan deras. Kita pun berlindung ke satu warung makan yang ada di luar kawasan WGP. Ranz memesan satu porsi mie ayam, satu gelas es teh, aku memesan satu gelas teh hangat. Kita berlindung dari hujan sekitar satu jam, hingga hujan berhenti dan sinar matahari terlihat. Setelah meyakinkan bahwa mood-ku sudah membaik dan aku masih mau masuk ke WGP, Ranz mengajakku ke pintu masuk WGP. (duh, menulis ini mendadak jadi ingat kejadian kamera Ranz dicuri orang saat kita mbolang ke Bali. Saat itu Ranz juga masih mau melanjutkan perjalanan gowes ke GWK, padahal kesana tanjakannya lumayan curam dan jarak masih jauh dari gapura masuk ke Univ Udayana tempat kamera Ranz dicuri orang.)










Tiket masuk WGP Rp. 15.000,00. WGP ini nampaknya cocok buat arena main anak-anak selain spot spot instagrammable buat para remaja dan dewasa. Sayangnya saat ini mendung menggayut di langit sehingga gunung Ungaran dan gunung-gunung lain yang seharusnya terlihat anggun tertutup awan.



Ranz dan aku meninggalkan lokasi sekitar pukul 14.45 setelah kita rasakan gerimis tipis kembali menyentuh kulit kita. Kita tidak mengambil jalan yang sama dengan jalan kita datang. Kita langsung menuju jalan raya yang menghubungkan Ungaran - Bawen. Saat sampai di jalan raya, di seberang kulihat ada halte Trans Jateng Ngobo. Jadi kalau kesini lewat jalan raya, itulah petunjuk kita belok kiri menuju WGP. :)


Saat melewati satu minimarket, Ranz mengajak mampir. Dia butuh membayar online shopping yang dia lakukan (shhhttt … out of the blue, dia beliin aku satu tab pengganti tab yang hilang di Alaska) disini gerimis masih terasa hanya menggoda, tipis tipis saja. Namun tak lama setelah kita melanjutkan perjalanan, mendadak hujan melebat. Kita pun buru-buru mencari tempat berteduh. Kita bawa mantel tapi hujan terlalu lebat sehingga kita memilih menunggu. Mungkin waktu menunjukkan pukul 15.50.



Jam 16.15 hujan tetap deras. Ranz mulai gelisah; dia paling tidak suka kita masih di jalan raya jika cuaca telah gelap. Mana kita berada di jalan yang memungkinkan kita disalip kendaraan-kendaraan besar, seperti bus dan truck. Pukul 16.25 kita meninggalkan lokasi. Kita berdua sama-sama mengenakan mantel. Hujan yang lebat ternyata dengan mudah membuat kita menggigil kediginan. Perutku pun kian keroncongan.



Kita sampai di resto SS Ungaran sekitar pukul 16.45. hujan sudah menipis tinggal gerimis. Karena kelaparan membuatku ga mampu terus melaju :D namun ternyata kata Ranz tanjakan dari situ tinggal sedikit. Tak jauh dari situ kita akan sampai gapura selamat jalan. Ya sudah, kita makan saja dulu. But to our disappointment, kita harus menunggu lama. Sampai pukul 17.30 belum ada tanda2 pesanan kita datang, minuman yang kita pesan pun belum datang. Ranz pun gelisah. Minuman kita (aku pesan segelas jeruk nipis panas, Ranz segelas es the) datang pukul 17.35. aku pun mengultimatum jika makanan belum diantar pukul 17.45 kita akan cancel pesanan. Untunglah ga lama kemudian makanan kita datang.



Pukul 18.20 kita keluar resto. Meski langit masih terlihat sedikit terang, Ranz sudah ngomel; kita bakal nyampai Semarang kemalaman. Karena hujan sudah berhenti, kita melanjutkan perjalanan tanpa mengenakan mantel. Namun, sesampai kita di sekitar pagoda Buddhagaya, Ranz komplain: kampas rem Austin habis! Jika dia mengerem, velg ban belakang Austin akan tergerus. She did NOT like such a situation. Dia kian ngomel. Hihihi. Dia bilang sesampai Banyumanik dia akan memesan go box yang akan membawa kita turun ke arah BKB.



Benar, sesampai area Banyumanik, Ranz mengajak berhenti, mencoba memesan go box. Aku sempat memintanya naik bus Taruna/Safari saja, kan sudah melebihi maghrib, bus itu masuk kota, sementara aku terus melaju naik Cleopatra. Ranz tidak mau. Dia tidak membolehkanku menuruni Gombel dalam kondisi gelap gulita dengan jalan basah yang mungkin bakal licin. Akan tetapi setelah panggilan go box-nya tidak ada menyambut, Ranz mengalah, kita lanjut gowes.



Sesampai Srondol, hujan melebat lagi. Kita pun mengenakan mantel lagi.


Alhamdulillah kita sampai kosnya Ranz pukul 20.00 safe and sound.


Dan Ranz bilang andai aku mengajak gowes ke WGP lewat Alaska Ngobo, dia bersedia menemani lagi. Aku masih penasaran andai tab tidak hilang, jarak di strava akan menunjukkan berapa kilometer dan berapa mdpl elevasi gain yang kita hasilkan. Ohh … maklum, aku ini pengabdi strava. Hohoho …



LG 12.12 28-Januari-2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.