Cari Blog Ini

Selasa, 07 Januari 2020

Dolan Ngawi 2019 Day 2


Selasa 24 Desember 2019



Ranz memulai 'ritual' paginya jam 05.00 sementara aku masih mlunger di tempat tidur yang lumayan nyaman. :D Setelah aku siap, dan kita berdua menikmati sarapan yang kita dapatkan dari hotel, ditambah lauk yang kita beli semalam, kita berangkat ke destinasi wisata yang kita tuju pukul 06.30. 


Dari hotel kita belok kiri ke arah perempatan Kartonyono, kemudian belok kanan ke jalan utama kota Ngawi. Di satu pertigaan kita belok kiri, jalan ini menuju stasiun Paron, nama lawasnya, nama barunya stasiun Ngawi. Stasiun ini terletak kurleb 8 kilometer dari penginapan. Ranz sempat memotretku sebentar disini sebelum kita melanjutkan perjalanan. Trek masih datar.


Setelah melewati flyover yang membentang di atas jalan tol Surabaya - Solo, trek masih terasa datar. Di kilometer 12, aku mulai terganggu rasa kantuk, lol. Payah. Lol. Ranz langsung menawari mampir ke satu warung kopi, aku setuju. Di warung kopi itu aku memesan kopi hitam sedangkan Ranz memesan es the. Jalanan belum terasa ramai.


Selesai ngopi kita melanjutkan perjalanan lagi. Tak jauh dari warkop aku  merasakan trek mulai nanjak tipis. Ibu penjaga warkop memberi petunjuk bahwa kita tinggal mengikuti jalan beraspal, lurus saja. Dari situ kita akan sampai di perempatan Jogorogo. Jarak yang harus kita tempuh dari warkop sampai perempatan Jogorogo adalah 15 kilometer. Okeee. Di perempatan Jogorogo, kita diminta memilih jalan yang terus lurus, bukan ke kiri atau ke kanan.


Mendekati Jogorogo tanjakan mulai terasa curam, aku sudah harus memindah gear belakang sampai ke gear 1, sementara gear depan masih di gear 2. 


Sesampai Jogorogo, aku berpikir Ranz akan mengajak berhenti untuk berfoto, seperti kita dulu waktu sampai Sukapura otw Cemara Lawang. Eh, ternyata tidak. Lol. Perutku mulai keroncongan, lol. Sarapan nasgor yang kita dapatkan dari hotel sudah menguap dalam bentuk kayuhan sepeda menuju Jogorogo. Lol.


Aku belok ke satu rumah makan yang menawarkan mie ayam, bakso dan ayam bakar. Ranz berpikir aku hanya butuh minum yang segar, misal es the. Tapi setelah petugas rumah makan datang, aku memesan ayam bakar dan es the dua gelas (untuk kita berdua), Ranz sempat nampak bengong. Mimik mukanya seolah bertanya kepadaku, "Apa? Kamu sudah lapar?" lol. Waktu ayam bakar datang, dan aku mencicipinya, aku benar-benar tidak menyesal: ayam bakarnya lezat dan sambalnya uenaaak sekali. Lol. Ranz pun terprovokasi mencicipi; dan … dia membenarkannya. Hohoho …


Setelah selesai sarapan kedua, kita melanjutkan perjalanan. Perutku kenyang, mataku terang, lol. Mariiii, kita lanjut nanjak! Lol. 500 meter dari situ ada pertigaan. Tepat di pertigaan itu ada petunjuk, belok kanan kita akan menuju Sine, jika lurus menuju SRAMBANG PARK, tujuan kita gowes hari ini. Jarak yang masih harus kita tempuh 6 kilometer. 


6 kilometer itu tentu dekatlah. Tapi jika trek yang harus kita tempuh itu tanjakan curam, plus badan jalan yang cukup sempit, tentu langsung terasa jauuuuuuuuuh. Iya, setelah pertigaan, jalan menuju Srambang Park menyempit. Itulah sebabnya bus berbadan besar tidak disarankan dinaiki sampai Srambang Park. Dari pertigaan ini aku mulai memperhatikan traffic mulai padat, kebanyakan mobil-mobil pribadi. Isi mobil itu rata-rata keluarga besar. 


6 kilometer ini rasanya setara dengan 30 kilometer dari Tugumuda menuju Bandungan, lol. Ga sampai-sampai! Lol. Tatkala melewati tanjakan yang kian curam, aku Cuma bisa menaiki Austin sejauh 100 meter, kemudian harus berhenti untuk menstabilkan nafas yang terengah-engah. Lol. Kemudian ambil ancang-ancang untuk mengayuh pedal Austin kembali. Lol. 


Namun trek tidak melulu nanjak lho. Ada juga yang rolling. Di satu turunan yang terasa curam, Ranz sudah berpesan untuk hati-hati karena setelah turunan dia melihat jalan menanjak di depan. Aku sempat heran waktu  melihat ada sekitar 3 orang di depan yang memberi aba-aba; membolehkan mobil/motor lewat, atau menahannya karena mobil/motor dari arah yang berlawanan akan lewat terlebih dahulu. Setelah menuruni turunan tajam itu pelan-pelan, aku bersiap-siap belok kiri di tikungan yang tajam itu; ternyata aku langsung disambut tanjakan yang curam sekali. Ada 3 orang lokal lain lagi yang berjaga di depan, mereka (nampaknya) bengong melihat yang lewat naik sepeda, mana emak-emak pula. Lol. 


Setelah berhasil menapaki tanjakan yang ngagetin itu, aku berteriak lega! Hwaaaaaaaaaaaahhh. Kok gini amat yak treknya! Hohohoho …


Ada 2 trek yang ngagetin seperti ini. Turunan tajam, diikuti tikungan tajam juga kemudian langsung dilanjutkan tanjakan curam. Aku berhasil dengan mulus di dua trek ngangetin ini. Meskipun begitu, di 1 kilometer terakhir, aku memilih menuntun Austin ketika bertemu dengan tanjakan curam. Aku harus mengeman-eman dengkul dan jantung lah. Lol. 


Menjelang pukul 12.30 akhirnya kita tiba di satu tempat dimana banyak petunjuk 'TEMPAT PARKIR". Alhamdulillaaah .. Akhirnya sampai lah kitaaa. Dari situ, untuk menuju pintu masuk Srambang Park, kita harus menuruni turunan tajam sejauh kurang lebih 1 kilometer. Hadeeeeh. Pulangnya kudu nanjaaak. Di situ kulihat banyak tukang ojek yang menawarkan tumpangan ke para wisatawan yang baru turun dari bus atau mobil. 


Setelah menuruni turunan yang curam itu, kita sampai ke pintu masuk destinasi wisata yang sedang naik daun ini. Tentu saja kita berdua tidak lupa memotret Austin dan Pockie di tulisan SRAMBANG PARK, kemudian memarkir kedua sepeda ini di tempat yang kita rasa cukup aman. 


Tiket masuk Rp. 20.000,00. tanggal 24 Desember tentu masuk momen libur hari raya ya, entah apakah tiket seharga Rp. 20.000,00 juga berlaku di hari-hari lain, atau hanya khusus di momen libur panjang.

SRAMBANG PARK



Bagi yang belum familiar dengan destinasi wisata ini bisa googling; atau search saja di instagram atau youtube. Bagi orang-orang yang familiar dengan wana wisata air terjun Semirang yang terletak di Ungaran, mungkin bisa membayangkan bahwa wana wisata Srambang Park ini sejenis Semirang. Jika Semirang masih sangat natural, Srambang Park sudah ditata sedemikian rupa sehingga wisatawan nyaman (baca: mudah) menapakkan kaki menuju air terjun. Selain trek yang mudah ditapaki, pemerintah lokal juga menyediakan banyak sekali instagrammable spots, gazebo untuk istirahat pengunjung, juga warung-warung yang jauh lebih layak (ketimbang yang ada di Semirang). Yang paling istimewa disini adalah kebersihannya. Petugas kebersihan tersebar di segala penjuru sehingga begitu ada pengunjung yang 'meleng' membuang sampah sembarangan, sampah itu akan langsung disingkirkan.







Jarak berjalan (melewati tapak yang kebetulan kupilih) dari pintu masuk sampai air terjun kurang lebih 2 kilometer. Bagi yang tidak bisa menikmati berjalan kaki sedemikian 'jauh' jangan khawatir, pepohonan tinggi yang masih rimbun cukup menaungi kita sehingga berjalan sejauh 4 kilometer (pp) tidak akan begitu terasa; apalagi jika kita sambil berhenti di spot-spot tertentu untuk foto-foto. Di tengah area juga disediakan kolam renang untuk bermain air; bukan untuk berenang yang sesungguhnya seperti di kolam renang yang dibangun khusus untuk olahraga lho ya; namun cukup untuk bermain-main air. 






Sekitar pukul 15.00 kita keluar. Karena malas membayangkan harus mengayuh pedal nanjak curam sejauh kurleb 1 kilometer menuju tempat parkir bus/mobil dari loket jualan tiket, aku bertanya kepada salah satu tukang ojek yang sedang mengantri mengambil penumpang apakah mereka bersedia membawa penumpang plus sepeda lipat; ternyata mereka bersedia. Alhamdulillaaah. :D aku dan Ranz buru-buru melipat Austin dan Pockie. 


Voilaaa … kurang dari 5 menit kita telah sampai 'di atas'. Kita cukup membayar Rp. 10.000,00 untuk dua motor yang masing-masing membawa satu penumpang dan satu seli. Dari sana, kita kembali menaiki sepeda, sambil tak lupa menurunkan sadel untuk jaga-jaga karena turunan yang cukup curam yang akan kita lewati. 


Traffic praktis lebih sepi ketimbang saat kita nanjak. Di dua lokasi yang kusebut di atas (turunan tajam, kelokan tajam dilanjut dengan tanjakan curam) ternyata lebih nyaman jika dilewati dari arah yang berlawanan. :D Ga pakai lama pun mendadak kita sudah sampai di perempatan Jogorogo. Hohoho … 


Alhamdulillah perjalanan pulang lancar, tak kurang suatu apa. Hujan juga tidak turun. Sebelum adzan maghrib kita telah sampai hotel. Setelah mandi, kita baru keluar untuk mencari makan malam.


Jarak yang kita tempuh kali ini hanya sekitar 68,3 kilometer dengan elevasi gain 1,033 mdpl. Waduwww … kirain bisa sampai 1500 mdpl. Xixixixixixi …

To be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.